Mohon tunggu...
Zainul Kutubi
Zainul Kutubi Mohon Tunggu... Administrasi - Menceritakan sesuatu lewat tulisan

Suka menulis puisi di tumblr: tulisanzainn.tumblr.com | ig: @zkutubi | twitter: @Al_kutub | Email: Al_kutub@ymail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Refleksi 91 Tahun Persija, Sinergi Antar Elemen Membawa pada Kejayaan

29 November 2019   14:40 Diperbarui: 29 November 2019   21:29 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo tagline ulang tahun Persija yang ke-91 #siner91 (sumber gambar: jakarta.tribunnews.com)

Kamis malam (28/11/2019) ada yang berbeda pada pertandingan pekan ke-29 liga 1 2019 antara Persija vs Persipura. Pertandingan antar dua klub besar di Indonesia itu berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Persija, gol dicetak pemain asal Spanyol Joan Tomas Campasol di menit ke-75. 

Namun, poin pentingnya adalah Persija bisa kembali bermain di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Persija berdiri pada 28 November 1928 dengan nama Voetbalbond Boemipoetra, satu tahun berselang namanya berganti menjadi Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ). Barulah ketika Mei 1942 namanya berganti menjadi Persatuan Sepakraga Indonesia Djakarta (Persidja).

Prestasi Persija sendiri tergolong sukses, sembilan kali juara di era perserikatan dan dua kali juara di era liga Indonesia. Total sudah sebelas gelar yang mereka kumpulkan dari tahun berdirinya klub hingga kini, dengan gelar tersebut menjadikan Persija sebagai klub tersukses di Indonesia dan  peraih piala terbanyak sejak era perserikatan hingga liga Indonesia. Pesaing terdekatnya ialah Persebaya dengan delapan gelar dan Persib dengan tujuh gelar.

Berbicara kandang tim yang berjuluk Macan Kemayoran ini sedikit berliku, dari berkandang di Stadion VIJ Petojo, kemudian pindah ke Stadion Ikada Gambir. 

Setelah Stadion Ikada diruntuhkan tahun 1963 dan berubah alih menjadi bagian dari kawasan Monumen Nasional (Monas), Persija hijrah ke Stadion Menteng, Jakarta Pusat.

Ketika Stadion Menteng dialihfungsikan menjadi Taman Menteng pada 2006 silam, kembali Persija berpindah kandang ke Stadion Lebak Bulus. Sebenarnya sedari era 90-an atau awal 2000-an Persija sudah mulai pindah ke Stadion Lebak Bulus dan menjadikan stadion Menteng hanya untuk tempat latihan saja.

Tahun 2015 Stadion Lebak Bulus pun dibumiratakan untuk Depo kereta MRT. Persija kembali berpindah kandang ke Stadion Gelora Bung Karno, Senayan. 

Sejak 2017 Persija aktiv menggunakan Stadion Patriot Chandrabaga yang berada di Kota Bekasi sebagai Kandang, ketika Stadion Gelora Bung Karno tidak bisa digunakan.

Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 91 tahun Persija memutuskan balik ke Jakarta, setelah sebelumnya banyak memainkan laga kandang di Stadion Patriot Chandrabaga, Bekasi, Ataupun di Stadion Wibawamukti, Cikarang, Kab. Bekasi. Menggelar banyak pertandingan home liga 1 2019 di Bekasi menjadi pilihan, memang bukan tanpa alasan.

Bambang Pamungkas mengibarkan bendera  diperayaan hari ulang tahun Persija yang ke-91 (sumber gambar: instagram/jakonline01)
Bambang Pamungkas mengibarkan bendera  diperayaan hari ulang tahun Persija yang ke-91 (sumber gambar: instagram/jakonline01)
Banyak permasalahan yang menyelimuti klub Ibu Kota ini selama perhelatan liga 1 2019 berjalan. Keterpurukan di papan bawah dari awal kompetisi sampai putaran pertama liga, kemudian situasi politik di tahun 2019 yang memanas dan berpusat di Jakarta, membuat Persija mau tidak mau harus memainkan laga kandangnya di luar Jakarta.

Selepas pertandingan melawan Persipura, semala liga 1 2019 tercatat Persija baru memainkan laga kandangnya di Stadion Gelora Bung Karno sebanyak empat kali, selebihnya pertandingan banyak dimainkan di Bekasi.

Menggelar Pertandingan di Stadion Gelora Bung Karno dengan dipadati para pendukung setianya, menjadi bukti bahwasanya Persija telah menjadi magnet bukan hanya untuk warga Jakarta saja melainkan Jabodetabek dan sebagian kota lainnya.

Dengan nama besar, sejatinya Persija hanya membutuhkan mutual trust antar manajeman dan suporternya, dari segi keterbukaan antar pengelolan klub dan penikmat sepak bola. 

Apabila kedua elemen itu bisa saling percaya dalam rangka membangun dan mengendarai klub ke arah yang baik dan benar, maka hasilnya adalah cita-cita yang sama-sama diinginkan yaitu prestasi.

Tingkat okupansi yang tinggi di tiap laga kandang Persija Jakarta , membuat manajemen klub tidak usah repot-repot mencari sarana dan wadah  untuk mencari dukungan. 

Karena kecintaan dan kesetiaan Jakmania (sebutan untuk suporter Persija) lahir bukan dari kebetulan apalagi keterpaksaan, ini yang menjadikan endorsement Persija lahir dari suporter militannya sendiri. 

Kuncinya sinergi antar kedua lini tersebut  akan melahirkan mutual endorsement yang bisa membanggakan bagi mereka yang cinta akan Persija.

Pertandingan semalam pun disaksikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta. Bpk. Anies Baswedan, hubungan mesra Persija dan Pemprov DKI boleh dibilang sudah terjalin sejak Anies terpilih menjadi Gubernur DKI.

Kala itu Gede Widiade selaku Direktur Utama Persija memang menggalakan tiga pendekatan. Pertama menjalin komunikasi dengan Pemerintah Provinsi DKI, selaku penyedia insfrastruktur  ataupun penyambung lidah agar mudah menggunakan insfrastruktur dalam hal ini Stadion untuk bertanding. 

Kedua, giat menjalin silaturahim dengan pihak keamanan, dalam hal ini jajaran Kepolisian Polda Metro Jaya. Bagaimana mungkin pertandingan bisa berlangsung di Jakarta tanpa adanya izin keramaian dan keamanan dari pihak kepolisian. Ketiga menjalin komunikasi kepada stakeholder sepakbola, dan wartawan.

Hasilnya seperti yang kita ketahui, tahun 2018 merupakan tahun yang paling dikenang untuk semua pecinta Persija. Karena dalam satu tahun tim Ibu Kota berhasil meraih dua piala bergengsi, juara piala Presiden dan juara liga Indonesia.

Juara yang telah lama dinanti-nantikan, karena Persija terakhir kali mengangkat piala pada tahun 2001, kala itu Bambang Pamungkas dan kawan-kawan berhasil menjuarai liga Indonesia 2001.

Bayangkan berapa lama waktu untuk menunggu Persija mengangkat piala lagi?, 17 tahun bukan waktu yang sebentar. Seperti yang kita ketahui pada 2001 memang hubungan Persija dan Gubernur DKI Sutiyoso bisa dikatakan mesra, tak dipungkiri pada era itu prestasi Persija memang bagus, ketika tidak juara paling tidak selalu masuk 5 besar liga Indonesia.

Namun, setelah era itu komunikasi antara Persija dan Pemprov seakan terhenti dan berjalan kurang fokus. Mulai dari era Fauzi Bowo, Joko Widodo sampai Ahok tidak ada sinergi antar kedua belah pihak.

Setelah era itu praktis Persija selalu kesulitan menembus papan atas. Terlebih tahun 2012 sampai 2014 adalah masa-masa sulit Persija. 

Sponsor terbatas, Sering berkutat di papan tengah bahkan cenderung ke papan bawah, tidak diizinkan main di Ibu Kota oleh pihak keamanan, sampai masalah tunggakan gaji pemain. Menjadi warna tersendiri kala itu.

Masalah-masalah tersebut akhirnya dapat diselesaikan medio 2017-an, Persija menjadi klub yang ramah dan terbuka dengan melakukan sinergi terhadap semua lini yang terkait. 

Mulai dari menjalin komunikasi terhadap suporternya secara persuasif, aktiv menjalin komunikasi oleh Pemprov dan pihak Kepolisian, serta menjalin kerjasama antar stakeholder sepakbola Jakarta. Menjadikan Persija menyatukan elemen-elemen penting dalam rangka eksistensinya di liga Indonesia.

Bagaimana dengan tahun 2019 ini?, prestasi Persija seakan seperti yoyo setelah di 2018 meraih banyak gelar, kemudian tahun berikutnya jatuh dan bergulat untuk keluar dari zona degaradasi.

Banyak faktor memang yang mempengaruhinya. Mulai dari pergantian Direktur Utama Persija di detik-detik menjelang  kick off  liga 1, dua kali ganti pelatih di 2019, sampai inkonsistensi pemain asing di awal musim.

Samapai tulisan ini dibuat Persija masih berkutat di papan tengah liga 1 2019, dengan 38 poin dari 29 kali bermain membuat anak asuh Adson Tavares menduduki peringkat ke-11. Butuh proses memang, pergantian kursi pelatih sampai pimpinan klub membuat arah dan kebijakan bergati pula.

Namun, menurut kacamata saya di 2019 ini setidaknya Persija masih sedikit sukses, tatkala bisa berlaga di AFC Cup (kompetisi kasta kedua di kawasan Asia). 

Meskipun langkahnya hanya sampai di fase grup saja. Tidak hanya itu di 2019 Persija berhasil menembus final piala Indonesia. Namun, di final dikalahkan Psm Makassar.

Melihat alur Persija kita dapat belajar bahwasanya sepak bola tanpa suporter tidak akan bergairah, sedangkan sepak boa tanpa stakeholder terkait, maka tidak akan berjalan dengan lancar.

Selamat ulang tahun yang ke-91 Persija Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun