Bagi rata-rata pemimpin koran di dalam jaringan Jawa Pos Grup, Pak Dahlan naik kereta atau ojek itu tidak mengandung keanehan sama sekali. Jelas sangat jauh dari hasrat bikin sensasi, apalagi membangun citra. Itu hanya kebiasaan lama. Cecep, tukang ojek yang mangkal depan stasiun Bogor, mengatakan banyak yang tidak percaya kalau yang naik kereta adalah menteri. "Lah naiknya kereta biasa gitu. Kirain bukan menteri bang," kata dia, di kutib forum kompas.
[caption id="attachment_153031" align="aligncenter" width="400" caption="Zainal Muttaqin/PHOTO (Dahlan Iskan naik ojek dari stasiun ke Istana Bogor. "][/caption] Kehebohan pun terjadi begitu berita itu disajikan di media online hari itu juga, lengkap dengan fotonya. Apalagi kemudian stasiun-stasiun televisi nasional juga menayangkannya. Seorang menteri negara yang mengurusi BUMN beromset Rp 3.000 triliun, yang mau rapat di Istana Bogor, naik kereta api bersama rakyat jelata, berdiri pula, lalu melanjutkannya dengan naik ojek!
Memang sangat banyak respon positifnya. Bisa dilihat dari komentar-komentar di jejaring sosial hari itu. Termasuk yang masuk ke telepon genggam, maupun yang disampaikan langsung kepada saya ketika bertemu kenalan. Seolah masyarakat Indonesia sedang sangat menantikan hadirnya pemimpin yang benar-benar merakyat. Tapi ada juga yang merespon negatif, yang menganggap Pak Dahlan sedang tebar pesona untuk kepentingan suksesi kepala negara, dua tahun lagi.
Bahwa sejak diamanahi sebagai Meneg BUMN menjadi lebih sering naik KA, saya yakin, ya karena ada yang hendak dipahaminya. Memang begitulah kebiasaan Pak Dahlan dengan pekerjaannya. Semuanya diselami dengan sangat dalam, untuk kemudian dicarikannya solusi-solusi terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H