Point of Journey To Marocco-Spain : 11
“Sang Raja dan Sultan datang silih berganti di bumi Maghribi. Goresan kekuasaanya membentuk deretan jejak sejarah panjang di atas negeri. Situs sejarahnya saling menghancurkan atau menyaingi satu sama lain. Bagi Sang Penguasa, yang terpenting nama dan keanggungannya bisa dilihat hingga hari ini”.
Hari masih terlihat sangat terang, saat sang matahari mulai condong sepuluh derajat dari titik tengahnya. Cahaya panasnya menerpa tubuh kami yang baru selesai makan siang di restaurant Seafood mewah di kota Rabat.
Menu seafood yang lezat disajikan hangat membuat nafsu makan siang kami berlipat. Tak terasa semua hidangan yang tersaji di santap tuntas…tas…tas. Habis tak tersisa. “Alhamdu lilahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja’alanaa minal muslimiin – Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami makan dan minum dan menjadian kami sebagai orang Islam”
Energi yang didapat setelah makan terasa begitu dahsyat bila setiap memulainya kita awali dengan doa, “Allahumaa baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa waqinaa ‘adzaa ban-naar – Yaa Allah berkatilah rezki yang Engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka” dan menutupnya dengan doa di atas.
Maka setiap zat makanan yang masuk akan diterima setiap sel tubuh dengan penuh berkah. Diolahnya menjadi energi dahsyat dan berlimpah untuk digunakan oleh semua bagian tubuh, beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya.
Itulah tugas utama kita sebagai manusia di dunia. Salah satu ibadah yang sedang kita lakukan adalah melaksanakan perintah Nya yang banyak disampaikan dalam Al-Quran untuk berjalan di muka bumi Nya yang maha luas ini dan mentadabbarinya. In syaa Allah.
Masih ada dua tempat yang akan kami eksplorasi di Rabat, yaitu Masjid dan Menara Hasan (Tower Hassan) serta Mausoleum Muhammad V yang keduanya berada dalam satu tempat yang berdekatan. Hanya diperlukan waktu kurang lebih dari 10 menit untuk mencapai lokasi tujuan dari titik kami berpijak. Sebuah lokasi strategis dekat sungai Bou Regreg yang bermuara ke Samudra Atlantik.
Adalah Sultan Abu Yasuf Yaqub al-Mansur khalifah ketiga dari kekahalifahan Almohad yang merencanakan pembangunan sebuah masjid besar di Dunia Muslim Barat dengan sebuah menara tinggi yang menjadi bagian dari masjid, di akhir abad 12. Direncanakan ketinggian menara mencapai 86 meter.
Pembangunannya dimulai pada 1191. Namun beberapa data sejarah mencatat pembangunan menara pada 1195 yang dikaitkan dengan memperingati tahun kemenangan al-Mansur di peperangan Alarcos.
Dalam idenya menara akan dibangun seperti menara Masjid Koutoubia di Marrakech dengan pengaruh design dari Marcusuar kono di Alexandria, Mesir untuk ketinggian dan kekuatan bangunan. Pembangunannya menelan banyak biaya dan tenaga ditambah lagi Sultan juga melakukan pembangunan tembok dan gerbang kota baru serta perbaikan Kasbah Udaya.