Point of Journey to Marocco – Spain : 3
“Djamaa El-Fna adalah alun-alun besar di pusat kota Marrakech, Marocco, dimana penduduk lokal dan turis berkumpul dan beraktivitas sebagai bentuk ekspresi budaya populer dan tradisionil lainnya. Ruang besar yang meninggalkan jejak sejarah panjang terkait dengan perkembangan sebuah kota dunia. Yang mendorong Pemerintah pada 1922 mengesahkan undang-undang pertama melindungi dan melestarikan ruang dan warisan budaya di dalamnya. Dan memantabkan keputusan UNESCO menjadikannya sebagai warisan budaya Takbenda pada 2001 yang kemudian dimasukan dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Manusia (List of Intangible Culturel Heritage of Humanity) UNESCO pada 2008”
Deretan kereta kuda berjejer teratur di sisi kanan jalan masuk utama Djamaa El-Fna, sebuah ruang terbuka yang merupakan alun-alun kota Marrakech. Di dapannya jalan utama kota tua yang ramai dengan kesibukan yang luar biasa dari penduduk dan turis yang banyak berdatangan dari mancanegara. Terutama Eropa.
Persis di seberang jalan sebuah mesjid tua tetap berdiri gagah. Masjid Koutoubia. Masjid bersejarah dengan warna merah bata yang menjadi kebanggan warga kota. In syaa Allah akan saya tulis terpisah untuk Kompasiana di point of Journey berikutnya.
Saat masuk Jalan pintu utama biasanya kusir kereta kuda akan menawarkan jasa melihat pemandangan di sekeliling kota tua Marrakech dengan imbalan jasa tertentu. Kereta kudanya cukup besar dengan design menarik ditarik kuda-kuda yang besar dan bagus. Namun sedikit disayangkan mereka kurang menjaga kebersihan kotoran kuda yang menimbulkan sedikit aroma yang mengganggu. Namun itu hanya tercium di satu garis sisi kanan saja dimana mereka memarkir kereta kudanya.
Kurang lebih tujuh puluh meter dari jalan pintu utama terbentang sebuah ruang terbuka yag luas. Lantainya terbuat dari kramik berberwarna coklat tanah. Design garis-garisnya menarik dengan ornament kotak kuning di tengahnya. Sehingga keseluruhan membentuk pola lantai yang cantik dan menarik. Inilah ruang utama alun-alun Djamaa El-Fna.
Saat kami datang untuk makan siang di sebuah restaurant yang berada di sisi kiri sebelah dalam , ruang alun-alun ini masih terlihat sepi, baru beberapa orang mempersiapkan tempat jualannya. Beberapa kursi plastik merah berserakan di beberapa titik alun-alun untuk menandai tempat pedagang nanti akan membuka jualannya.
Nama Djamaa El-Fna memang dapat di artikan dalam beberapa makna terkait dengan sejarah panjang kehadirannya di tengah kota tua Marrakech. Nama yang diambil dari bahasa Arab ini bisa bermakna:
Masjid yang telah hancur (Karena dahulu ada masjid Saadin yang talah hancur); halaman, ruang depan bangunan; ruang terbuka; tempat berkumpul. Makna lain yang ada adalah; Masjid di ujung dunia atau Majelis kematian mengacu pada eksekusi hukuman di depan public di alun-alun pada tahun 1050.
Apapun maknanya, sekarang ini rasanya lebih tepat Djamaa El-Fna dimaknakan sebagai “ruang besar terbuka tempat berkumpul” dimana mereka bersosialisasi sesame warga local ataupun turis mancanegera yang hadir disana. Untuk mudahnya kita sebut saja “Alun-alun Kota” yang akrab dengan pemahaman kita. Setuju? Setujuuuuuu!!!