Mohon tunggu...
Kuswari Miharja
Kuswari Miharja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Senang menulis fiksi dan nonfiksi serta suka bergaul dengan siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mantan Wartawan Tempo, Nyaleg Demi Umat

28 Maret 2014   00:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13959149712095674802

[caption id="attachment_317405" align="aligncenter" width="300" caption="Hasan Syukur Caleg PBB untuk Garut dan Tasikmalaya"][/caption]

Dunia jurnalistik merupakan bagian hidup yang tak terpisahkan dengan sosok lelaki ini. Hasan Syukur adalah mantan wartawan Tempo Biro Jawa Barat kini mencoba untuk turut berpartisipasi dalam dunia politik. "Sebenarnya Akang maju jadi Caleg karena mempunya rasa tanggungjawab terhadap umat Islam. Negara dan bangsa ini merdeka adalah salah satunya adalah peran para ulama, namun kini ulama justru dipinggirkan dan tidak berdaya menghadapi wabah sekularisasi," ujar Hasan Syukur yang bergabung dengan Partai Bulan Bintang (PBB) dan memilih daerah tempat kelahirannya Garut dan Tasikmalaya untuk bersaing menjadi Caleg DPRD Provinsi Jabar.
Menurut Hasan, dia berjuang maju menjadi caleg karena melihat semakin jauhnya bangsa Indonesia meninggalkan amanat para pendiri negara ini. "Bila melihat korupsi yang mewabah dan dilakukan secara terang-terangan, bukankah itu berarti menghancurkan negara dari dalam? Kita lihat sendiri, korupsi semakin merajalela dan terjadi kejahatan politik yang luar biasa hebat di negeri ini. "Menang atau tidak dalam caleg, itu urusan belakangan. Akang justru ingin semaksimal mungkin berjuang sesuai kemampuan. Bila warga Garut dan Tasikmalaya percaya, maka saya akan memegang amanat itu. Tapi kalau pun tidak terpilih, perjuangan sudah maksimal. Terpilih saya bersyukur, tidak terpilih pun tidak jadi soal, yang terpenting saya sudah berikhtiar untuk bisa memenangkan pileg ini," tandasnya seraya menambahkan, baginya berada di PBB semata-mata meneruskan perjuangan umat Islam. "Siapa lagi yang akan memikirkan perjuangan umat Islam, kalau bukan kita?"

Pengalamannya sebagai wartawan di Tempo sudah terasa suka dukanya, terlebih di zaman Orde Baru. Hasan tergolong wartawan yang kerapkali pedas dan tajam dalam menyampaikan pemberitaan. Bahkan dia pernah disekap oleh warga yang dipimpin oleh kepala desa karena dituduh memberitakan yang tidak berdasarkan fakta, namun justru Hasan melawan dan dapat keluar dari sekapan warga setelah dia menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. "Jadi wartawan itu harus pandai mendapatkan informasi yang akurat. Jadi saya tahu, bagaimana permainan para pejabat dalam melakukan tindak pidana korupsi...karena saya pernah meliput hal-hal yang demikian," ucapnya.

Hasan Syukur bertekad untuk terus berjuang meski usianya sudah tidak muda lagi. "Dalam perjuangan tidak ada istilah tua dan muda. Justru yang dikhawatirkan Akang, orang muda yang tidak ada ghirah untuk berjuang di jalan Allah!" katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun