Mohon tunggu...
Kuswari Miharja
Kuswari Miharja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Senang menulis fiksi dan nonfiksi serta suka bergaul dengan siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Capres Dihujat, Makin Populer

3 Juli 2014   14:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:41 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

HUJAT-menghujat seakan mewarnai Pilpres yang akan berlangung 9 Juli 2014. Media sosial menjadi ajang untuk menumpahkan hujatan dari kedua belah pihak. Masing-masing Timses menjagokan Capres yang mereka usung, bahkan saking semangatnya, apapun dilakukan sehingga berlaku "menghalalkan segala cara". Kedua pihak sama-sama melakukan berbagai teknik dan strategi untuk capres yang mereka jagokan.

Media TV menjadi alat propaganda yang efektif dalam upaya menjatuhkan lawan politiknya. Dua TV yang sangat menonjol sekali, TV-ONE dan Metro TV, sama-sama menampilkan capres yang mereka usung. Nyaris keduanya terus bersaing untuk melakukan hujatan terhadap lawannya, sehingga penonton dibuat bingung dengan tayangan kedua TV nasional ini. Sebagai media nasional yang setiap hari menayangkan berita, maka yang lebih besar ditayangkan adalah capres jagoannya. Nyaris sama sekali tidak ada kejelekan saat menampilkan sosok capres yang dijagokan. Bahkan ketika TV yang satu tengah menghujat Capres lawan politik, maka yang satunya lagi pun demikian. Keduanya berburu berita yang sama-sama bertujuan mengangkat capres atau menjatuhkan capres.

Perkembangan yang terjadi selama Piplres, justru Capres yang dihujat akan semakin populer di masyarakat. Contoh sederhana, adalah Gus Dur yang pada saat itu terus mendapat hujatan karena kondisi yang sebenarnya tidak memungkinkan jadi Presiden, namun justru beliau menjadi seorang Presiden yang kontroversial di negera ini. Tidak ada yang mengira, sosok Gur Dur akan menjadi Presiden, padahal kondisi matanya tidak melihat. Namun itulah fakta.  Kemudian, Megawati yang terus menerus mendapat serangan sebelum terpilih jadi Presiden, apalagi di kalangan kaum muslimin, yang tidak setuju dipimpin oleh seorang wanita. Namun akhirnya, Megawati menjadi Presiden. Kemudian SBY, yang sebelumnya mendapat tantangan keras dari Megawati saat mencalonkan dirinya menjadi Presiden. Hujatan ke SBY, justru pamornya semakin populer, sehingga terpilih jadi Presiden.

Saat sekarang, kedua Capres Prabowo dan Jokowi, sama-sama menghadapi serangan yang bertubi-tubi, bahkan  serangan yang datang dari mantan Jenderal, benar-benar menyudutkan Prabowo. Demikian pula, Jokowi dengan hujatan yang sangat tajam karena dikatakan Munafik oleh mantan Sekda Solo, ditambahkan lagi belum tuntas menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Kesimpulannya : Bangsa Indonesia memang belum ada kemajuan dalam demokrasi, bahkan sama-sama masih belajar tentang demokrasi yang sesungguhnya. Siapapun pilihan anda, tidak harus menghujat, menghina atau menjatuhkan lawan politiknya. Pilih sesuai keyakinan Anda, dan katakan "Saya memilih X, karena X  lebih baik daripada Y atau sebaliknya Saya memilih Y karena Y lebih baik daripada X"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun