Mohon tunggu...
bhiworro adhi
bhiworro adhi Mohon Tunggu... Nelayan - lelaki

Saya Lelaki Bahagia dengan 3 Anak Hebat dan 1 Istri Cantik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Kita, Bukan Milik Kita Tapi Tanggung Jawab Kita

18 Mei 2016   13:37 Diperbarui: 18 Mei 2016   14:03 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memiliki anak yang sudah lama  kita tunggu dan idam idamkan menjadi suatu anugerah yang tak terkira,  berbagai rencana  telah tergambar di benak kita (para Orang tua) untuk menjadikannya  apa kelak besar nanti.

Banyak orangtua saat ini, berupaya "mencetak" anaknya  menjadi sesuatu yang secara duniawi di katakan hebat, pintar  dll, namun sadarkah  kita bahwa  membentuk anak dengan  menjadikannya seperti apa obsesi kita selaku orangtua adalah suatu kesalahan yang besar yang  lebih sering membuat anak menjadi depresi  dan tak jarang berujung pada kematian.

Sedikit bercerita, saya mengenal seorang anak berusia 11-12 tahun, yang di usia kanak kanaknya telah  menguasai 4 bahasa asing, dan mampu menghapal lebih dari 20 Juz ayat suci Al Quran, setiap tahun selalu  menjadi juara kelas  dan hari harinya penuh dengan jadwal les ini, les itu  yang  sangat padat.

Menjadi  pintar bukan suatu kesalahan, namun ketika itu dipaksakan  dan disesuaikan  dengan  obsesi kita sebagai orangtua, maka  hal tersebut akan menyengsarakan anak kita . Sepintas kita melihat  dengan mata bangga ketika anak kita jadi  pintar secara akademik melalui pola  pemaksaan tadi,  namun  tidakkah kita perhatikan dan tanyakan bagaimana  perasaan anak tersebut atas  pemaksaan yang kita lakukan.

Banyak anak dengan pola  pemaksaan yang kita terapkan, menjadi lupa untuk bersosialisasi dan menikmati masa kanak kanak mereka , sekolah international, les bahasa, les matematika, les musik dan berbagai tugas  lainnya  memang membentuk kebiasaan yang  akhirnya menjadi  keharusan  bagi sang anak untuk belajar, namun  anak jadi mudah  tertekan secara emosional,  asosialisasi dan akhirnya tak jarang menjadi depresi.

Di sejumlah negara   seperti Jepang, cina, banyak anak yang mengakhiri hidupnya  hanya karena  tak mampu menahan tekanan  atas  berbagai tugas sekolah dan les yang di berikan  kepadanya atas  keinginnan orang tua untuk menjadikannya sesuatu yang  mereka inginkan, bukan yang anak butuhkan.

Apa yang akan kita katakan jika  pada akhirnya anak yang kita dambakan kelahirannya di dunia menjadi korban dari  obsesi  kita sebagai orangtua, sangat disayangkan  ketika anak anak di TK bahkan Playgroup sudah dibebani  dengan sejumlah tugas  dari sekolahnya  seperti tuntutan kemampuan calistung  dan lain sebagainya, padahal kita semua tahu bahwa masa peka setiap anak adalah tidak sama  jadi jangan pernah menyamakan atau membandingkan  anak kita dengan anak lainnya.

Kembali  ke cerita  anak yang  saya kenal tadi, beberapa hari yang lalu  anak tersebut telah pergi untuk selamanya menghadap Yang Maha Kuasa , tangisan dan penyesalan orangtuanya tidak mampu membuat anaknya  kembali, diagnosa dokter  mengatakan penyakit  lambung  dan  depresi  menjadi penyebab  meninggalnya anak tersebut.

Bapak / ibu semua, menjadikan anak pintar bukan dengan pemaksaan namun lakukanlah dengan  kasih sayang, dampingi anak kita  bukan beri perintah pada mereka, lindungi dan jadikan  diri kita sebagai tempatnya berkeluh kesah. Anak kita  bukan milik kita yang bisa kita perlakukan semau kita, namun anak kita  memiliki hidupnya sendiri, tanggung jawab kita untuk mengarahkan  dan memahami  setiap kebutuhannya untuk menjadikannya  besar kelak nanti.

Jangan jadikan mereka obsesi kita , yang akan membawa kita pada penyesalan tak berkesudahan...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun