Mohon tunggu...
Ar Kus
Ar Kus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senang berpikir apa adanya dan adanya apa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Maha Adil dan Maha Pengampun

29 Juli 2012   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalau kita lihat sejarah kehidupan manusia, telah ada banyak nama Tuhan yang pernah menghiasi dunia ini sejak berabad-abad yang lalu. Kebanyakan sudah dilupakan. Apakah Anda ingat Huitzilopochtli, dia adalah dewa nasional Aztek dan dia adalah Dewa Perang dan Dewa Matahari. Dia menuntut darah manusia. Di hari2 perayaan ibadah, korban2 dirobek dadanya dan direnggut jantungnya untuk dipersembahkan kepada sang Matahari (Huitzilopochtli) dan lalu dilemparkan ke dalam api. Tubuh korban lalu dilempar ke tangga kuil dan bergulir ke bawah, lalu dipotong-potong dan dimakan. Kulitnya digunakan sebagai baju perayaan agama.

Luar biasa, Tuhan yang kejam itu kini sudah dilupakan. Seperti halnya orang melupakan Mars, sebagai dewa perang; Venus sebagai dewi cinta; Pluto sebagai dewa maut, atau Tyr sebagai dewa perang bangsa Nordik, penguasa hari selasa (Tuesday berasal dr kata Tyr’s day). Tuhan2 ini pernah berjaya, di mana mereka memerintah dengan gagah. Tapi kini mereka telah dilupakan, dan dianggap hanya sebagai mitos.

Konsep Tuhan paling mutakhir adalah Tuhan personal ala agama-agama Abrahamik. Umat Islam mengenal 99 nama Tuhan. Disebut asma ul husna artinya nama-nama Tuhan yang indah. Secara umum kadang terdapat perbedaan dalam menafsirkan suatu nama Tuhan. Jumlahnya pun kadang diperselisihkan, yang banyak dikenal adalah 99 nama, tetapi ada juga yang menyebut jumlahnya 100, 200, 1.000, 4.000 nama, dan bahkan tak terbatas.

Di antara sifat-sifat Tuhan personal adalah sifat kemahaan, seperti mahaadil, maha pengampun, mahaesa, maha penyayang, dan lain-lain. Ada kendala ketika memahami sifat-sifat tersebut, misalnya:

Bisakah tuhan itu mahaadil dan di saat yang sama maha pengampun?

Uraiannya sebagai berikut:

1. Tuhan itu mahaadil

2. Tuhan itu maha pengampun

3. Tuhan Yang Maha Adil akan menghukum setiap yang bersalah dengan hukuman yang benar-benar pantas baginya.

4. Tuhan Yang Maha Pengampun akan memberikan pengampunan atau amnesti umum bagi setiap orang yang bersalah, apapun jenis kesalahannya.

5. Tidak mungkin suatu entitas memperlakukan seorang yang bersalah dengan memberi hukuman yang pantas di saat yang sama memberikan ampunan berupa pembebasan hukuman atau amnesti.

6. Karena itu, tidak mungkin Tuhan mampu berlaku mahaadil dan pada saat yang sama berlaku maha pengampun.

Secara teori, seorang hakim tidak boleh memiliki sifat pengampun, karena akan menjadi tidak adil dalam menegakkan hukum. Jadi, petanyaannya adalah, bisakah suatu entitas mampu berlaku SANGAT MUTLAK ADIL sekaligus SANGAT MUTLAK PENGAMPUN?

Misalnya, ada seorang pembunuh berantai yang telah membunuh 100 orang tanpa diketahui, di pengadilan Tuhan bagaimanakah nasibnya?

Nah, jika Tuhan itu maha adil maka Dia akan menghukum setiap yang bersalah dengan hukuman yang benar-benar pantas baginya, alhasil si pembunuh berdarah dingin ini akan dihukum berat, misalnya dimasukan ke dalam neraka.

Jika Tuhan itu maha pengampun maka Dia akan memberikan pengampunan atau amnesti umum bagi setiap orang yang bersalah, apapun jenis kesalahannya, alhasil si pembunuh berdarah dingin ini akan diampuni dan dimasukan ke surga.

Masalahnya,

A. Jika Tuhan mengampuni, maka berarti Dia tidak maha adil, karena ia tidak menghukum secara pantas. Tambahan lagi, jika Tuhan mengampuni bagaimana pula keadilan buat para korban pembunuhan si pembunuh?

B. Jika Tuhan menghukum secara adil sesuai dengan hukuman yang seharusnya, maka Dia tidak maha pengampun.


Jadi, jika Tuhan mahaadil, berarti Ia tidak maha pengampun, karena keadilan tidak mengenal ampunan dan pengampunan bukan persoalan keadilan. Tidak mungkin ada keadilan mutlak jika pengampunan yang mutlak juga hadir di sana.

Catatan tambahan:

- Tulisan ini hanya refleksi bagi diri sendiri, bagi saya berpikir tentang tuhan bukanlah sebuah kegiatan makar, ya biasa saja lah.

- Saya yakin, setiap argumentasi pasti ada argumentasi tandingannya, tidak ada argument/pemikiran yang sempurna, termasuk yang ditulis di atas.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun