Mohon tunggu...
Ar Kus
Ar Kus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senang berpikir apa adanya dan adanya apa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jagalah Hati atau Jagalah Pikiran?

7 Januari 2013   10:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:25 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Hati adalah segalanya” atau “Hati adalah jiwa” demikian beberapa kata indah tentang hati. Bahkan beberapa orang dengan gagahnya mengatakan bahwa apa yang disampaikannya adalah suara hatinya yang paling dalam. Dia tidak menyebut apa yang yang disampaikannya sebagai buah pikirannya yang paling dalam.

Sayangnya, facebook saya selalu nanya 'what's on your mind?' bukan 'what's in your heart'? Apa facebook gak ngerti urusan hati ya. Apa sebaliknya, orang telah salah persepsi tentang apa itu hati? Maksudnya pikiran eh malah merujuknya ke hati, mungkin saja bukan?

Coba perhatikan kata-kata bijak berikut ini:

"Perhatikanlah hatimu karena ia akan menjadi fikiranmu
Perhatikanlah fikiranmu karena ia akan menjadi perkataanmu
Perhatikanlah perkataanmu karena ia akan menjadi perbuatanmu
Perhatikanlah perbuatanmu karena ia akan menjadi kebiasaanmu
Perhatikanlah kebiasaanmu karena ia akan menjadi karaktermu
Dan ...............
Perhatikanlah karaktermu karena ia akan menjadi lintasan hatimu"

Lagi-lagi, awalnya dari hati terus baru masuk ke pikiran.

Jadi....., apa itu pikiran dan apa itu hati? Apa bedanya sih? Kenapa pula ada keterangan agama bahwa Tuhan-lah yang membolak-balikan hati?

Jagalah hati, jangan kau kotori

Jagalah hati, jangan poligami…

Kenapa lagu kyaiku itu 'jagalah hati' ya bukan 'jagalah pikiran'? Kenapa brand image-nya manajemen qolbu/hati ya bukan manajemen pikiran. Apa hebatnya fungsinya hati ini sampai orang-orang sibuk mengurus hati, mendewakan hati, seolah-olah hati itu segala-galanya bagi tubuh kita.

Hati secara biologis

Secara bilogis kata ‘hati’ merujuk pada organ badan yg berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk menyaring racun di dl darah dan menghasilkan empedu. Kata ‘hati’ juga kadang merujuk pada organ jantung, misalnya pada kata ”Hatinya berdebar-debar. Sebenarnya, jantunglah yang berdebar-debar bukan hati.

Hati secara metaforis

“Hati-hati jaga hati”. “Hati-hati nanti jatuh hati.” “Niat itu adanya di dalam hati”. Begitulah, kata hati memang bisa juga bermakna metaforis. Umumnya merujuk merujuk pada apa yang disebut batin. Tapi, apapula itu batin? Padahal, secara faktual tidak ada fungsi hati untuk berpikir, fungsi hati salah satunya adalah untuk detoksifikasi.

Jadi, kata ‘hati’ pada kalimat “Hati-hati jaga hati”. “Hati-hati nanti jatuh hati.” “Niat itu adanya di dalam hati” sangat mungkin makna sebenarnya adalah merujuk pada fungsi otak sebagai tempat berpikir. Jadi, kalimat ‘jagalah pikiran’ mungkin itu lebih tepat dibanding 'jagalah hati'.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun