Mohon tunggu...
Ar Kus
Ar Kus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senang berpikir apa adanya dan adanya apa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Everything’s Relative?

25 Desember 2012   23:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:03 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Everithing’s relative”, demikian mantra dari seorang aktivis posmo bernama Michael Fackerell yang seakan telah membuktikkan keampuhannya saat ini. Apapun itu. Termasuk semua klaim yang berhubungan dengan nilai, kepercayaan, cara hidup, dan kebenaran adalah RELATIF. Apa yang mungkin “benar bagi Anda” tidak berarti “benar bagi yang lainnya.”

Apakah relativisme sama dengan skeptisisme. Hampir menyerupai, karena keduanya meragukan gagasan kebenaran absolut. Namun, skeptisisme bergerak untuk meragukan semua gagasan kebenaran, relativis hanya ingin mengganti kebenaran absolut dengan teori kebenaran relatif. Untuk relativis, tidak ada kebenaran absolut dari keyakinan pribadi atau budaya, sehingga bagi relativis ada banyak kebenaran di dunia ini.

Hal ini berarti apapun yang ada di dunia ini tergantung pada persepsi yang melihatnya. Semua orang akan melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Setiap orang akan memiliki perbedaan pendapat atau pandangan terkait dengan seseorang, sesuatu, dll. Semuanya diukur dari segi persepsi individu pengamatnya. Tidak ada yang benar-benar mutlak benar atau yang benar-benar mutlak salah.

Bagi seseorang, rumah baru di seberang kantor mereka memiliki penampilan yang anggun dan megah, bagi yang lainnya, rumah tersebut adalah rumah yang jelek tapi megah. Maka, semuanya relatif, bukan?Anda pikir Anda itu miskin?Cobalah sejenak melihat gelandanganyang tidur di kolong jembatan beralaskan tikar lusuh, Anda akan berpikir bahwa Anda adalah orang kaya.

Ketika Anda menerapkan metode Socrates, yaitu berupa pengajuan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: "Apa itu kecantikan?", "Apa itukejahatan?", "Apa itu cinta?", dll, Anda menemukan bahwa tidak ada satu jawaban yang pasti. Hal ini karena pola pikir setiap orang dan juga lingkungan budayanya akan sangat berpengaruh terhadap jawaban yang diinginkan. Perempuan bertubuh ‘chubby’di Afrika adalah cantik, tidak begitudengan di Eropa, cantik adalah langsing, setidaknyabegitu ... untuk saat ini.

Umumnya semua kata sifat yang ada di kamus itu bersifat relatif. Contoh: cinta-benci, cantik-jelek, baik-buruk, mahal-murah, jauh-dekat, gembira-sedih, tawa-tangis, mati-hidup, manis-asin-pedas, dll.

Ketika seorang laki-laki mengatakan “aku cinta padamu” pada seorang perempuan, itu bisa memiliki beragam makan, 1. Bisa bermakna ‘aku menginginkan seks darimu’, 2. Bisa bermakna ‘aku ingin segera menikahimu’, 3. Bisa pula bermakna ‘aku tak mencintaimu’. Sebagai kata sifat, cinta memang relative. Ada yang menerjemahkan cinta sebagai pengorbanan, sehingga apapun yang dimiliki, termasuk nyawa sekalipun harus siap dikorbankan untuk yang dicintainya. Adapula yang memaknainya hanya seputar seks.

Tapi, ini boleh dikata premis bunuh diri. Karena, ketika kita mengatakan ‘semuanya adalah relative’ maka slogan tersebut adalah relative pula, bukan sebuah kebenaran absolute. Nah, membingungkan bukan?

Ok deh, selamat bingung!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun