Mohon tunggu...
Ar Kus
Ar Kus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senang berpikir apa adanya dan adanya apa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mahabaik vs Mahakuasa

25 Agustus 2012   12:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:20 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konsep Tuhan personal, Tuhan memiliki sifat-sifat kemahaan, seperti mahabaik dan mahakuasa. Masalahnya, jika Tuhan itu mahabaik dan mahakuasa, mengapa di dunia ada bencana, kejahatan, penderitaan, keburukkan, setan, iblis, penjahat, peperangan, dansebagainya?

Apakah kejahatan itu dari Tuhan? Apakah Tuhan tidak mampu menghilangkan kejahatan? Apakah Tuhan mampu menghilangkan kejahatan tapi Dia tidak mau? Kenapa Tuhan membiarkan kejahatan? Apakah Tuhan tidak bertanggungjawab atas kejahatan yang terjadi? Apakah Tuhan lupa untuk mengatur dunia?

Inilah pertanyaan klasik tentang eksitensi Tuhan. Orang menyebutnya sebagai Trilema Epicurus. Salah satu penggunaan yang paling awal dari formulasi ini digunakan oleh seorang filsuf Yunani bernama Epicurus, yang menolak ide tentang Tuhan mahakuasa (omnipotent) dan Tuhan mahabaik (omnibenevolent).

Formulasi lengkapnya adalah sebagai berikut:

jika Tuhan tidak mampu mencegah kejahatan, Dia tidak mahakuasa

jika Tuhan tidak mau mencegah kejahatan, Dia tidak mahabaik

jika Tuhan mau dan mampu mencegah kejahatan, lalu mengapa ada kejahatan?

Meskipun secara tradisional dianggap berasal dari Epicurus, formulasi ini sebenarnya berasal dari seorang filsuf lain yang lebih awal yang bernama Carneades.

Formulasi lain menjelaskan masalah ini sebagai berikut:

1.Tuhan itu ada.

2.Tuhan itu mahakuasa, mahatahu, dan mahabaik.

3.Suatu entitas yang mahabaik akan mencegah datangnya segala kejahatan.

4.Suatu entitas yang mahatahu pastinya sangat mengetahui setiap cara dan di mana kejahatan dapat menjadi ada.

5.Suatu entitas yang mahakuasa pastinya sangat mengetahui setiap cara dan di mana kejahatan itu dapat menjadi nyata, serta memiliki kekuatan untuk mencegah setiap kejahatan menjadi ada.

6.Suatu entitas yang mahatahu setiap cara dan di mana sebuah kejahatan bisa datang menjadi ada, mampu mencegah kejahatan datang menjadi ada, dan mampu mencegah yang ingin melakukannya.

7.Jika ada suatu entitas mahakuasa, mahatahu, dan mahasempurna yang mahabaik, maka kejahatan seharusnya tidak akan ada.

8.Kejahatan ada.

Apa itu maha? Kata ‘maha’ dalam tulisan ini maksudnya ialah segalanya, tidak ada yang tidak, luar biasa, total, atau absolut. Kata mahabaik berarti Tuhan itu absolut kebaikannya, luar biasa kebaikannya, atau sangat mutlak kebaikannya. Begitu pula dengan kata mahakuasa, berarti Tuhan itu luar biasa berkuasanya, sangat absolut kekuasaannya, atau sangat mutlak kekuasaannya.

Jadi, dapatkah sifat mahakuasa dan mahabaik dipenuhi oleh satu entitas secara bersamaan?

Contoh terkait masalah ini misalnya saat suatu waktu kilat menyambar pepohonan yang kering kerontang akibat kemarau panjang di sebuah hutan yang sangat lebat. Sambaran petir ini mengakibatkan kebakaran hebat yang menghanguskan ribuan hektar hutan. Ribuan binatang terperangkap, terbakar, dan mati mengerikan. Kematian mengakhiri penderitaan mereka.

Di mana Tuhan yang mahabaik dan mahakuasa itu?

Jika Tuhan itu mahakuasa, jelaslah Ia tidak mahabaik. Sebaliknya jika Ia mahabaik maka ia tidak mahakuasa.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun