Salah satu filsafat Buddha yang paling terkenal adalah ajakannya untuk berpikir bebas. Hal ini tertuang dalam kitab Kalama Sutta. Dalam kitab ini digambarkan bagaimana Buddha mengajarkan agar kita bersikap skeptik. Beginilah Buddha mengajarkan:
"Wahai suku Kalama, jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun temurun, kata orang, firman kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah memikirkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena berpikir bahwa orang itu guru kami. Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, hal-hal tersebut tidak bermanfaat, tercela, menyebabkan kerugian dan penderitaan, maka kalian harus meninggalkannya." (Samyuttanikaya, Sutta No. 8).
Nampaklah bahwa Buddha secara jelas mengajarkan untuk berpikir bebas. Apa itu pemikiran bebas? Ini adalah pandangan filosofis yang menyatakan bahwa opini harus dibentuk berdasarkan ilmu pengetahuan, logika, dan alasan, dan tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan, tradisi atau dogma.
Kalau begitu, apakah berarti seorang Buddhis atau seseorang yang menganut agama Budha adalah seorang pemikir bebas? Secara teoritis ya, tapi sebagian besar umat Buddha di luar sana tidaklah menganggap dirinya sebagai seorang pemikir bebas, karena mereka pikir mereka adalah Buddhis dan bukan seorang pemikir bebas.
Bisa jadi sebagian besar umat Buddha akan berpikir bahwa pemikir bebas dan Buddhisme adalah 2 entitas yang terpisah yang mirip tetapi tidak persis sama. Tetapi, adapula yang mengatakan bahwa "Semua pemikir bebas sebenarnya Buddha tapi tidak semua umat Buddha adalah pemikir bebas".
Seperti namanya, seorang pemikir bebas adalah seorang yang bebas, bebas dari apa? Bebas dari rasa takut dan dari dogma. Membebaskan diri dari ketakutan untuk berekspresi dan berpikir di luar kotak dogma adalah jalan pemikiran seorang pemikir bebas. Tentu saja, kadar kebebasan berpikir seorang pemikir tentunya berbeda-beda.
Suatu ketika segera setelah mendapatkan pencerahan, di hadapan murid-muridnya, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, sekarang Anda dan saya bebas dari perbudakan manusia dan ilahi".
Perbudakan manusia oleh manusia lainnya mungkin sudah lama hilang dari muka bumi,tetapi perbudakan pemikiran bisa jadi masih berlangsung. Tak kalah bahayanya, perbudakan pemikiran akan menghambat kemajuan manusia. Andaikan manusia dapat berpikir bebas sejak lama, tanpa takut tekanan tirani dan belenggu dogma, mungkin internet sudah ditemukan beberapa abad yang lalu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H