Mohon tunggu...
Kus Wanda
Kus Wanda Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Owner Travetour

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekejap terlelap bersama Meneer Belanda

25 September 2011   05:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:38 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada mulanya, Sabtu siang kemarin saya bermaksud menjemput istri di sekolah. Namun dipertengahan jalan saya mendapat sms, hari itu selepas mengajar istri saya ada rapat koperasi sampai jam 5 sore. Waktu masih menunjukkan jam 2 siang, masih ada waktu sekitar 3 jam. Terlanjur jalan, saya memutuskan untuk mampir ke Gramedia Merdeka. Melewati jalan Kebon Jati, jalan Otista sampai ke Viaduct perjalanan terasa begitu lama. Kemacetan sangat parah tidak biasanya. Bandung memang terkenal kota yang macet, namun hari kemarin lebih dari macet. Ditambah sinar matahari yang panas menyengat membuat jari-jari tangan saya yang tanpa sarung nampak kehitaman. Masuk jalan Perintis Kemerdekaan kemacetan semakin bertambah. Saat hendak belok ke jalan Wastu Kencana terlihat sebuah sanduk 'BRAGA FESTIVAL'. Saya baru ingat, Sabtu kemarin adalah hari kedua 'BRAGA FESTIVAL', Jumat malam sebelumnya dibuka oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada. Braga Festival adalah festival seni dan budaya yang selalu diadakan saat ulang tahun Kota Bandung. Saya jadi kepikiran untuk belok ke jalan Braga, namun sepeda motor terlanjur berada di sisi kiri. Dalam kondisi macet, sangat sulit untuk langsung belok ke kanan menuju jalan Braga. Saya pun meneruskan perjalanan sampai Gramedia Merdeka. Memarkir motor di depan toko, kemudian berjalan kaki menyusuri jalan Merdeka yang sama-sama macet. Diperempatan jalan Aceh saya melewati sekumpulan anak muda dengan pakaian dan acesories hitam-hitam. Seorang diantara mereka menyapa, "A, punya korek?" Sayangnya saya bukan perokok, mereka tidak mendapatkan korek api dari saya. Dari mereka saya tahu, sore itu akan ada konser salah satu grup musik metal terkenal di Bandung 'BurgerKill'. Dua pertunjukkan besar pada waktu bersamaan, BRAGA FESTIVAL di sekitar Braga dan konser BURGERRKILL di Stadion Siliwangi. Nampaknya sore itu Bandung akan lumpuh oleh kemacetan. Sampai di depan Gedung DPRD Kota Bandung terdengar suara adzan dari masjid Al-Ukhuwah. Saya menunaikan shalat Ashar terlebih dahulu, lalu menyusuri jalan Wastu Kencana sampai Braga. Dari perlintasan Kereta Api samping Gedung Land Mark, saya sudah bisa melihat ribuan pengunjung memadati kawasan Braga. Memasuki jalan Braga saya melewati beberapa karya seni instalasi seniman Bandung. Banyak pengunjung menggunakannya sebagai latar untuk berfoto ria. Dikerumunan lain nampak seorang seniman tengah memainkan alat musik dari kendi. Dua pasang calon pengantin terlihat sedang membuat foto prewedding dekat galeri lukisan. Jalan Braga memang menjadi lokasi pavorit untuk foto prewedding. Melewati perempatan Naripan, masuk jalan Braga pendek. Sebuah miniatur sawah lengkap dengan saungnya berdiri di depan gedung eks-Sarinah. Di saung bambu, tujuh atau delapan orang seniman tengah memainkan alat musik tradisional 'Karinding'. Sementara pengunjung duduk di kursi bambu sederhana menikmati alunan alat musik dari bambu tersebut. [caption id="attachment_133131" align="alignright" width="300" caption="Alat musik Karinding (sumber Google)"][/caption] Kerumunan dan lalu lalang orang yang begitu banyak ternyata membuat saya sedikit pusing. Malam sebelumnya tidak tidur barang sekejap karena harus menyelesaikan pekerjaan pesanan orang. Mata saya kemudian tertuju pada sebuah gedung berbentuk kaleng dengan tulisan 'NEW MAJESTIC'. Rupanya di gedung tersebut tengah ada pertunjukkan musik BLUES. Saya tidak bisa membedakan musik BLUES dengan JAZZ, tapi saat saya masuk panitia membagikan selebaran bertuliskan 'Sejarah musik Blues'. Jadi saya mengambil kesimpulan itu pertunjukkan musik BLUES. Dideretan paling belakang sebuah kursi masih terlihat kosong. Saya pun duduk di sebelah pasangan bule yang nampak sudah tua. Mungkin bule tersebut sedang nostalgia. Mengingat kenangan menonton film bisu ditahun 1920-an di Bioskop Majestic. Hingar bingar musik tak mampu mengusir kantuk. Kelelahan yang teramat sangat membuat saya tertidur diiringi musik Blues dari Sky Blues atau Blues Buster. [caption id="attachment_133114" align="alignleft" width="300" caption="Gedung New Majestic (sumber: PR Online)"][/caption] Gedung Majestic telah berdiri di jalan Braga sejak tahun 1925, dibangun oleh arsitek terkenal C.P. Wolff Schoemaker. Pada masanya, gedung ini adalah gedung bioskop paling populer dikalangan meneer-meneer Belanda. Bioskop Majestic dibangun untuk melengkapi kawasan Braga sebagai kawasan elit orang-orang Eropa. Seiring dengan tumbuhnya bioskop modern dan cineplex. Bioskop Majesctic pun pudar. Saat ini gedung tersebut digunakan sebagai gedung serbaguna yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat. Lebih banyak digunakan oleh para seniman untuk menggelar pertunjukkan seni dan budaya. Sempat berganti nama menjadi gedung Asia Africa Culture Center, namun seiring dengan program pemerintah kota Bandung untuk menghidupkan kembali jalan Braga sebagai kawasan elit tahun 1920-an namanya diubah kembali menjadi gedung 'NEW MAJESTIC". Sebuah sms masuk, membangunkan saya dari mimpi tengah nonton film bisu bersama mener-meneer Belanda. Istri saya mengingatkan setengah jam lagi rapat selesai. Itu artinya saya harus bergegas mengambil motor di Gramedia Merdeka dan menuju sekolah. Pasti terlambat, setengah jam jalan kaki dari Braga sampai jalan Merdeka plus kemacetan lalu lintas akan membuat saya baru bisa sampai sekolah sekitar jam setengah enam. Saya pun balik membalas sms "macet bangeet tunggu aja, kalo dah di depan disms lagi". Masih banyak stand dan acara yang belum saya nikmati di Braga Festival Sabtu kemarin. Sepertinya sore ini harus kembali kesana bersama anak-anak dan istri tercinta. Malam nanti acara akan ditutup dan baru akan kembali menjumpai warga Bandung tahun depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun