Minggu pagi itu jalanan masih lengang. Hanya satu dua kendaraan yang lewat. Ahmad menjalankan angkutan kota (angkot)nya perlahan. Sambil mengemudi ia menghitung uang yang didapatnya hari itu. Ahmad tersenyum, cukup sudah uang setoran ia dapatkan. Ahmad tinggal mencari tambahan buat uang makan, uang bensin, dan setoran buat istrinya di rumah sebesar Rp 20.000,-. Waktu baru menunjukkan pukul 10 pagi. Masih cukup waktu bagi Ahmad untuk menjalankan angkotnya satu rit lagi. Selepas duhur angkotnya akan dibawa oleh sopir shift siang.
Ahmad melirik penumpang di belakangnya melalui spion di atas kepalanya. Hanya ada dua penumpang, satu perempuan muda usia dua puluhan satu lagi laki-laki seusia dirinya. Mendekati perempatan Astana Anyar - Pagarsih, Ahmad menepikan angkotnya. Berhenti sejenak sambil menunggu barangkali ada penumpang yang mau naik. Tidak jauh dari tempat ia ngetem penjual batagor nampak sedang melayani pembeli.
"Toloooooong..! Jambreeeet..." Ahmad dikejutkan oleh suara dibelakangnya. Dari spion ia melihat laki-laki yang tadi duduk di sudut belakang itu sedang terlibat tarik menarik dengan penumpang perempuan. Nampaknya laki-laki itu hendak merampas HP yang dibawa si perempuan.
Menyadari ada sesuatu yang membahayakan penumpang angkotnya, reflek Ahmad membuka pintu dan meloncat dari belakang kemudi. Dengan cepat memutari angkot hendak menjegal penjambret. Ahmad kalah cepat, penjambret berhasil merampas HP perempuan muda itu dan melompat keluar. Ahmad mengejar, penjambret itu tiba-tiba balik kanan. Merampas pisau dapur dari penjual batagor, dan saat Ahmad mendekat...
"Jreeebbb!!!!!!" pisau pun menancap di dada. Ahmad ambruk dengan memegangi dada kirinya.
********
Begitulah Asep, sopir angkot jurusan Melong-Elang yang saya tumpangi pagi ini menceritakan kejadian yang menimpa Ahmad Diningrat dengan sedikit ilustrasi.
"Hebat...lah, kang.....salut saya mah. Zaman sekarang masih ada orang rela mengorbankan nyawanya untuk membela yang lemah dan teraniaya. Nu kitu tah yang namanya pahlawan sejati, mah.." Asep menambahkan.
Siapakah Ahmad Diningrat? Ia adalah sopir angkot jurusan Abdul Muis - Elang yang tewas ditusuk penjambret pada hari minggu 23 Oktober 2011 lalu. Pelaku penusukan dan penjambretan yang kemudian diketahui bernama AS alias J alias L berhasil dilumpuhkan dengan timah panas petugas dua hari kemudian di daerah Cimareme Kabupaten Bandung Barat. Pelaku diketahui, setelah saksi korban Vaneza Dwi Amalia memberikan ciri-ciri pelaku.
Sudah lebih dari sepuluh hari peristiwa itu berlalu, namun aksi heroiknya terus menjadi perbincangan tidak hanya dikalangan sopir angkot. Di warung-warung kopi, di masjid-masjid saat menunggu adzan Ahmad Diningrat selalu menjadi topik perbincangan. Semua media massa pun terus memberitakan. Pikiran Rakyat, Galamedia, Tribun Jabar, Bandung Ekspres yang selalu saya baca terus memberitakan perkembangan kasus Ahmad. Bahkan pagi ini dalam tiga angkot berbeda yang saya tumpangi, sopir dan penumpang masih membicarakannya.
Ditengah sorotan masyarakat terhadap perilaku negatif sebagian sopir angkot yang dikenal suka ugal-ugalan, menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan, berhenti sembarangan menimbulkan kemacetan, dan sering tidak mengindahkan keselamatan penumpang dan penggunaan jalan lainnya, Ahmad Diningrat mencuat sebagai sopir angkot dengan penilaian tersendiri. Kepedulian, keberanian, dan jiwa kepahlawan sopir angkot ini patut diapresiasi.