Mohon tunggu...
kusumaning dewi
kusumaning dewi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sekedarnya saja

Mencoba untuk mepraktekkan apa yang aku yakini

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Purusha (5)

16 Januari 2014   12:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

by Awan Gunawan sebelumnya : Kematian (4)

Disaat bulu kuduk yang kian mulai tegak, kian lama tembang itu kudengarkan, kian keras suara uyang menembang, energinya kian kuat mengarah kepadaku, berputar-putar mengelilingi punggungku, kemudian naik merasuk masuk melalui ubun-ubun kepalaku, berputar-putar diotakku kemudian berputar-putar disekitar lingga, kian lama energi itu berputar disekitar lingga, kian mulai membangkitkan libido dalam diriku, memancing birahi keluar dari peraduannya. Syair lagu itu bukanlah syair lagu sexy yang menggoda, namun energi dari suara tembang itu begitu kuat memancar marasuk hasrat bersenggama. Kian lama kian keras tembang itu terdengar, kian kuat birahi menggelora, kian membawaku hanyut dalam imajinasi persenggamaan, terbawa tarikan energi si penembang dan alunan tembangnya. Menyeretku kearah asal muasal suara si penembang. Dibalik pintu sebelah kiri, diruangan belakang rumah itu suara tembang berasal. Dalam keadaan hanyut dalam kuasa energi si penembang dan tembangnya dan libido telah membangunkan birahi yang menguasai lingga, kini hidung bagian depanku telah berada tepat didepan pintu dimana suara itu berasal. Pintu kudorong pelan, membuat sedikit celah sehingga mataku dapat melihat sosok si penembang, yang ternyata adalah perempuan berkebaya merah yang tadi terlihat masku kedalam rumah ini.

Seketika tembangnya berhenti, begitu mataku menatap tubuhnya yang terbaring diatas ranjang yang dipenuhi warna merah, dari mulai sprei, hingga ranjang dan interior kamarnya, semuanya berwarna merah merona, menggairahkan, enggugah hasrat.

"neng omah ono guwo

sing duwe omah sing jogo guwo

gawene, ngerayu

sopo bae seng kerayu

nek waskito dadi ilmu

nek ora dadi lemu"

Si penembang kembali melantunkan tembangnya, masih dalam keadaan terlentang diatas ranjang. Ia perlahan-lahan mengangkat paha keatas, seolah sengaja menunjukkan kepadaku kaki panjangnya yang dipenuhi cahaya birahi yang luar biasa, linggaku terpancing, kian kencang memancang, birahiku mulai tak terkendali, seolah tahu keadaanku, siperempuan menambah keras alunana suara tembangnya, sengaja menarik lebih keras tubuhku kearahnya, hingga kini tak ada jarak lagi antara aku dengannya, sekejap larut dalam pesona hasrat sang birahi, menggapai puncak tempat berkumpulnya segala rasa.

Tubuhku terasa basah kuyup, namun kesegaran seluruh tubuhku terasa berkali-kali lipat dari hari-hari kemaren. Kesegaran ini terasa membahagiakan, seolah aku baru terbangun dari suatu keadaan yang sangat buruk, begitu luar biasanya kesegaran ini membuatku enggan untuk membuka mata. Namun cepat-cepat aku urungkan niatku begitu ingatanku kembali pada perempuan penembang berbaju merah tadi, aku cepat-cepat membuka mata,seolah baru sadar dari suatu keadaan yang ganjil. Mataku langsung memandangi seluruh ruangan kamar, mencari sosok perempuan penembang tadi,namun aku tak menemukannya dan betapa kagetnya aku menyadari bahwa diriku kini sedang dalam keadaan tanpa busana sedikitpun. Menyadari hal itu aku langsung cepat-cepat ingin beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju pintu keluar. Saat pintu itu kubuka seketika itu pula aku dikejutkan oleh sebuah cahaya putih berkilau menabrak tubuhku melemparkan tubuhku kembali keatas ranjang,aku terpekik dan meronta-ronta hingga ranjang itu berguncang-guncang keras, dan saat itu pula orang-orang disekelilingku panik, selang infus yang berhamburan dari tubuhku. Dalam keremangan pandanganku kulihat wajah-wajah tercekat disekelilingku. Wajah pucat pasi memegangi tiang infus yang hampir roboh menimpa kepalaku.

138985149191667429
138985149191667429

Kematian(6)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun