Sebagian besar anak sekolah tingkat menengah atas selalu mendamba-dambakan hidup mandiri yang jauh dari orang tua, baik sebagai pekerja maupun mahasiswa. Banyak pikiran hidup senang ketika jauh dari orang tua. Berharap hidup dengan bebas, menjalani kehidupan yang mandiri, bahkan memiliki banyak wacana bersama teman-temannya kelak di perantauan. Namun, sebagian besar dari mereka kurang menyadari bahwa hidup jauh dari orang tua tidak hanya tentang kesenangan seperti yang dibayangkan. Ketika memilih hidup jauh dari orang tua, maka akan banyak hal yang terjadi ketika menjadi seorang ‘anak kos’.
‘Anak Kos’ adalah sebuah sebutan yang sering digunakan untuk orang perantauan, baik mahasiswa maupun pekerja muda. Anak kos kerap memiliki gaya hidup yang aktif dan cukup sibuk. Selain itu, mereka harus mengatur semua kebutuhan sehari-hari secara mandiri, seperti keuangan, pola makan, pola istirahat, dan manajemen waktu. Banyak dari mereka sering kali mengabaikan pola makan dan istirahat. Bahkan mereka rela tidak makan seharian dengan alasan yang kurang dapat diterima, ‘malas’. Tak hanya itu, kebiasaan mahasiswa yang mengerjakan tugas mendekati waktu pengumpulan juga menjadi penyebab pola tidur yang tidak teratur. Ketika pola tidur yang tidak teratur dibarengi dengan pola makan yang tidak benar, maka akan menyebabkan gangguan kesehatan.
Sebagai anak kos, tentunya harus pintar mengelola keuangan terutama untuk membelanjakan makanan. Anak kos akan lebih memilih makanan dengan harga yang terjangkau dan praktis. Namun disayangkan, pemikiran harga murah dan praktis mengalahkan kesadaran akan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar tempat makan yang berada di area kampus menyediakan berbagai macam gorengan, seperti penyetan ayam, ikan, dan fried chicken. Makanan-makanan tersebut dijual dengan harga yang menggiur dompet mahasiswa. Tak hanya itu, jajanan yang dijual pun sebagian besar makanan yang digoreng, seperti cireng, cimol, sempol, kentang goreng, dan sebagainya. Jadi, tak heran jika anak kos banyak mengonsumsi berbagai jenis gorengan setiap harinya.
Apakah di area kampus tidak ada yang menjual sayur? Tentu saja ada. Namun, mahasiswa tidak begitu melirik warung-warung yang menyediakan menu sayuran. Padahal menu makan dengan sayur pun harganya terjangkau, tidak kalah dengan menu penyetan dan gorengan lainnya. Selain harganya terjangkau, menu makan dengan sayur pun banyak memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh. Tanpa disadari, terlalu banyak makan gorengan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh. Penjual tentunya tidak mau rugi, sehingga mereka akan menggunakan minyak berulang kali untuk menggoreng dagangannya. Ketika minyak digunakan berulang kali, maka kandungan kolesterol pada minyak akan meningkat. Ketika hal tersebut terjadi, maka kualitas pangan dan minyak akan menurun, sehingga apabila dikonsumsi secara berlebih dan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan penyakit jantung koroner dan penyakit lainnya (Dwiloka dkk., 2021). Hidup merantau tidak dalam jangka waktu bulan, tetapi tahun. Jika kebiasaan buruk tersebut dilanjutkan, maka akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Maka dari itu, diperlukan pola makan yang sehat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Pola makan yang sehat merupakan perilaku mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan gizi harian. Gizi harian yang diperlukan antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral, air, dan vitamin. Karbohidrat merupakan sumber energi tubuh, sedangkan protein selain sebagai sumber energi juga untuk meingkatkan sistem kekebalan tubuh. Lemak merupakan sumber cadangan energi, mineral untuk metabolisme tubuh, air sebagai penjaga kadar cairan tubuh, dan vitamin sebagai penunjang kinerja berbagai organ tubuh agar dapat bekerja secara optimal. Sayuran mengandung serat, berbagai vitamin, dan mineral. Berkaca dari hal tresebut, sayuran sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, terutama bagi orang-orang yang memiliki banyak aktivitas. Hal tersebut menjadikan alasan mengapa konsumsi sayuran diperlukan setiap harinya bagi anak kos. Konsumsi sayur setiap hari sangatlah penting, tidak hanya bagi anak kos, tetapi bagi semua orang, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia. Â Sebuah penelitian tahun 2020 menyebutkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan berbagai dampak yaitu menurunnya imunitas/kekebalan tubuh seperti mudah terkena flu, mudah mengalami stres atau depresi, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan seperti sembelit, gusi berdarah, sariawan, gangguan mata, kulit keriput, arthritis, osteoporosis, jerawat, kelebihan kolesterol darah, dan kanker.
Untuk itu, anak-anak kos yang sedang berjuang, baik bekerja maupun menuntut ilmu, diharapkan selalu memperhatikan pola makan yang sehat. Jangan gunakan alasan ‘malas’ untuk tidak makan. Kegiatan yang banyak harus diimbangi dengan makanan yang sesuai dengan porsi gizi yang diperlukan tubuh. Hindari tergiur dengan makanan gorengan yang praktis dan harganya terjangkau, karena sayur pun dijual dengan harga yang terjangkau. Penggunaan minyak goreng yang berulang kali membuat warna minyak menjadi gelap dan akan meningkatkan kadar kolesterol minyak, sehingga kualitas minyak dan pangan pun akan menurun. Ketika hal itu terjadi dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan. Tak hanya itu, kurangnya mengonsumsi sayur dapat menyebabkan menurunnya imunitas/kekebalan tubuh seperti mudah terkena flu, mudah mengalami stres atau depresi, dan sebagainya. Untuk itu, makan sayur sangat penting bagi semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia.
Jangan lupa makan sayur setiap hari!
Daftar Pustaka
Dwiloka,B., Setiani,B.E., & Karuniasih,D. (2021). Pengaruh Penggunaan Minyak Goreng Berulang terhadap Penyerapan Minyak, Bilangan Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Ayam Goreng. Sains Teknologi Manajemen Jurnal,1Â (1), 13-17.
Herman., Citrakesumasari., Hidayanti,H., Jafar,N., & Virani,D. (2020). Pengaruh Edukasi Gizi Menggunakan Leaflet Kemenkes terhadap Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah pada Remaja Di SMA Negeri 10 Makassar. The Journal of Indonesian Community Nutrition, 9 (1), 39-50.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H