Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan dan Paparan Radikal yang Diterimanya

14 November 2024   02:22 Diperbarui: 14 November 2024   02:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada penelitian The Wahid Institute soal perempuan dan radikalisme yang menarik perhatian banyak orang. Penelitian itu tentangseorang perempua yang berinisial DA yang bertempat tinggal d Jawa Barat. Lulus sekolah menengah atas dia bekerja di sebuah perusahaan perakitan HP di Cikarang.

Saat itu dia bertemu beberapa kali dengan teman Sekolah Dasarnya, yang mengubah prespektifnya dalam melihat agama. Lebih khusuk dan mempelajari juga agama dengan prespektif yang berbeda dengan prespektif yang selama ini dia kenal. Dia rajin mengikuti pengajian, baik sendiri maupun dengan teman SD nya itu. DA yang semula tidak berjilbab kemudian berkeputusan memakai jilbab.

Dalam kurun waktu tujuh tahun yaitu 2002 - 2009, pandangan agamanya yang berbeda dengan sebelumnya, terbentuk. Saat pengajiannya punya acara, dia mengenal KD yang kemudian menjadi suaminya. KD bekerja di sebuah kantor partai sebagai petugas kebersihan. Lalu dia terlibat dengan komunitas-komunitas Tabligh Akbar, Salafi dan Majelis Mujahidin.

Lalu dia keluar dari tempatnya bekerja karena dianggap tidak cocok dengan ide-idenya tentang jihad. Lalu dia cocok dengan komunitas Jamaah Islamiyah Umar Patek dan kemudian bergabung dengannya. Saat itulah dia ikut camp pelatihan di Aceh yang digrebek aparat Densus 88.

Pola seperti ini jamak terjadi pada kalangan bawah yang semua bermahzab moderat kemudian menjadi mahzab transnasional. Seringkali mereka dikenalkan oleh teman dekat dan melalui pengajian-pengajian. Mereka kemudian terlibat lebih dalam dan kemudian relasi mereka berkembang ke luar dengan orang-orang yang berhzab sama.

Jika mereka pulang ke kampung halaman atau bertemu dengan keluarga besar, sang keluarga besar akan merasa sang kerabat yang sudah terpapar transnasional ini sebagai pribadi yang berbeda. Sang kerabat menjadi sulit cair dengan sesama dan memiliki pandangan-pandangan  yang sangat berbeda dengan mereka, khususnya relasi mereka dengan negara atau dengan orang lain yang mungkin berbeda.

Disinilah titik krusial kita sebagai umat Islam di Indonesia yang seringkali berpandangan moderat. Dari kasus di atas kita bisa belajar bahwa kita bersama harus menjaga para wanita entah itu ibu kita, anak kita, saudara atau ipar untuk keluar atau menjauh dari jerat kelompok-kelompok radikal.

Kelompok ini seringkali berdalih bahwa pendalaman terhadap agama penting untuk mencari ajaran agama yang benar dan murni. Ini kemudian berkembang menjadi intoleransi dan radikal. Tak jarang mereka terlibat pada kegiatan terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun