Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Orangtua dan Agama dalam Cegah Swaradikalisasi

8 Agustus 2024   12:40 Diperbarui: 8 Agustus 2024   12:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Baru saja kita mendengar kabar seorang terduga teroris telah diamankan oleh aparat. Setelah digeledah, di temukan sejumah bahan peledak berikut paku dll di rumah orangtua terduga pelaku. Perlu digarisbawahi bahwa terduga pelaku masih pelajar berusia 19 tahun dan ikut orangtuanya di daerah Junrejo, Batu Malang.

Setelah digali lebih lanjut oleh aparat didapat bahwa HOK, nama terduga ini akan merakit bom untuk diledakkan di dua rumah ibadah di Malang. Dia merakit Bom dengan cara swadaya dan swakelola, artinya semua diusahakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Menurut rencana, HOK sendiri yang akan melakukan bom bunuh diri di dua rumah ibadah itu.

Ini memang bukan fenomena baru bahwa aparat mengendus perencaanaan aksi teroris yang dilakukan oleh bebarapa pelaku yang disinyalir one wolf (dilakukan seorang diri tanpa jaringan aktif). Yang layak diwaspadai adalah para pelaku dan terduga teroris semakin hari kita ketahui adalah generasi muda yang berusia belasan tahun atau dewasa muda berusia awal 20-an.

Bisa ditebak bahwa mereka tahu dan mempelajari faham agama yang tak tepat dari internet. Kita mungkin masih ingat pelaku penmyerangan ke Mabes Polri dengan menggunakan airsoftgun adalah wanita muda berusia 24 tahun yang sehari-hari dikenal sebagai Perempuan pendiam dengan lingkungan keluarga yang baik di Jakata Timur. Dia banyak menyendiri dengan memakai internet di rumah,. Konon dia mengenal faham transnasional dari internet.

Kedua, mungkin juga masih ingat, seorang mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya  Malang, juga ditangkap aparat karena diduga secara aktif mengumpulkan dana untuk ISIS. Lingkungan rumah dan sekolah mengaku tidak mengetahui aktifitasnya ini.

Ini menunjukkan bahwa mereka mendapat informasi soal faham transnasional dari sumber tertentu dan diyakini melalui teknologi. Faham transnasional ini memang agak berbeda dengan islam moderat yang berkembang di Indoensia. Karena sebagai muslim moderat tak akan ada yang mengajarkan bom bunuh diri atau menyerang aparat sebagai jihad atau mengumpulkan dana untuk terorisme sebagai hal mulia untuk dilakukan.

Dalam ajaran agama dan al Quran hanya sekitar 2,1% ayat yang berbicara tentang perang . Namun perang disini adalah perang yang berkonteks karena ayat itu turun ketika Nabi Muhammad terdesak oleh ketidakadilan. Islam adalah rahmatan lil alamin -agama penuh cinta dan kedamaian dan umat muslim tidak serta merta diizinkan berperang.

Sampai pada titik ini kita sebagai generasi yang lebih tua perlu tahu bagaimana anak muda mencari kebenaran dalam agama. Jangan sampai mereka terjebak pada ajaran agama transnasional yang menoleransi kekerasan demi agama. Karena salah satu tugas agama dan para orangtua adalah mencegah para pemuda itu dari swaradikalisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun