Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teror, Konservatisme dan Indonesia

23 Desember 2023   18:55 Diperbarui: 23 Desember 2023   19:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi-aksi teror dan radikal di Indonesia sesungguhnya berbasis pandangan-pandangan intoleran. Pandangan intoleran ini seringkali berbasis fanatisme. Fanatisme, seringkali berbasis ajaran agama yang konservatif.

Pandangan agama konservatif sering berkembang pada lingkungan yang homogen, sehingga dia tidak punya pembanding sehingga umatnya juga tidak punya kemampuan untuk mengenal keragaman. Karena itulah pandangan agama yang bersifat konservatif punya keterbatasan untuk melihat dari sudut lain tentang sesuatu. Dengan begitu dia juga punya keterbatasan untuk menghargai perbedaan.

Dalam dua dekade ini kita kita bisa melihat pandnagan konservatif berkembang dengan subur secara global. Ini dipermudah dengan pern digital, sehingga penyebarannya bordeless, tidak ada batas negara atau wilayah bahkan tak ada batasan warna kulit. Afektif dan kemudian ikut dalam peperangan ISIS di Suriah menunjukkan bahwa kampanye kaum radikal sangat massif dan mempengaruhi banyak umat muslim di seluruh dunia.  Rasa ingin ikut itu seringkali didasari oleh sikap konservatif seseorang tentang agama.

Di Indonesia sendiri ajaran agama yang dianut kaum konservatif biasanya terakumulasi pada gerakan-gerakan sebelumnya yang menginginkan negara yang berdasarkan syariat islam. Antara lain Darul Islam yang sudah memberi inspirasi itu sejak tahun 1930-an sampai pada organisasi massa Jamaah Islamiyah yang berdiri tahun 1970-an dan kemudian menginspirasi banyak orang untuk menginginkan negara ini berlandaskan syariat agama.

Untuk mewujudkannya cita-cita itu biasanya mereka melakukan dengan segala cara yang mengarah pada radikal. Misalnya menyerang pusat-pusat keramaian orang asing, rumah ibadah pihak lain dan lain sebagainya. Kita tidak bisa mengingkari bahwa banyak sekali ancaman bom menjelang Natal, lalu aksi mereka mengebom gereja-gereja dan beberapa tempat lainnya. Sehingga kita bisa saksikan ada bom natal di Jakarta dan beberapa daerah, lalu ada bom bali yang menyasar warga asing yang bagi mereka digolongkan sebagai kaum kafir.

Dari hal ini kita bisa sadar bahwa hasrat tegaknya negara Islam di Indonesia , bisa digolongkan sebagai tindakan destruktif  dan bukan konsep ideAl bagi banyak pihak di negara kita. Karena  ini bertentangan dengan prinsip dalam membangun negara Darussalam. Yaitu sebuah negeri dengan segala keselamatan, kedamaian, kenyamanan dan keamanan.

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun