Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jihad dan Moderasi

13 April 2023   18:28 Diperbarui: 13 April 2023   18:30 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sejak media sosial ditemukan oleh beberapa pihak, perkembangan dunia maya memang sangat luar biasa. Bahkan dalam beberapa kasus, duia maya nyaris bisa mengganti sebagian kehidupan seseoang dengan pihak lain di luar sana.

Seorang murid kelas menengah misalnya, menaruh sebagian besar dokumentasi kegiatannya di handphone nya. Sebagian dia munculkan di media sosial padahal setengahnya berkatagori agak privat. Melalui media sosial kita menemukan hal-hal yang seharusnya tidak bisa atau tidak perlu kita tampilkan. Hal ini berbeda dengan belasan bahkan dua puluh tahun lalu.

Internet memang mengubah banyak hal. Media sosial juga membuat kita menjadi mudah menjangkau banyak hal dan mudah pula menjadi tenar. Banyak sekali hal yang bis akita ambil/petik, namun banyak pula yang harus kita hindari.

Hal yang perlu kita hindari adalah ajaran-akaran yang provokatif yang sering ada di dunia maya.  Selain provokatif, juga persuasive. Postingan itu menyasar audience tanpa bisa kita cegah bahwa dia akan lari ke mana dan kemana. Baik orang tua maupun anak-anak, begitu juga kaum intelektual maupun kaum biasa.

Postingan yang layak kita hindari adalah postingan dimana ada ajaran-ajaran yang isinya provokatif dan persuasive. Postingan semacam itu harus mampu diidentifikasi sejak dini agar tidak terjebak dalam pemahaman yang salah. Selama ini kita akrab dengan ajaran-ajaran dengan nilai moderasi agama. Kita mengenal nu dan Muhammadiyah yang bisa menerima perbedaan.

Jika bertemu dengan postingan-postingan di dunia maya, setidaknya ada tiga hal yang bisa mendeteksi adanya paham yang layak diduga berlawanan dengan nilai-nilai moderasi agama.    

Pertama, jika terdapat sebuah paham yang tidak mencerminkan keragaman atau perbedaan yang menjadi ciri khas indonesia. Ya, sebagai sunnatullah, perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang wajib diterima oleh seluruh umat manusia. Oleh karenanya, siapapun yang mengingkari keragaman adalah indikasi awal yang harus dihindari.

Kedua adalah jika terdapat faham yang terlalu ketat (aturannya) atau terlalu longgar. Faham terlalu ketat seringkali membuat agama Islam menjadi agama yang eksklusif dan kaku. Faham yang teralu longgarmenjadikan Islam kehilangan jati dirinya karena lebur dan laut dengan budaya lain.

Karena itu dalam mengembangkan agama atau saat kita yakin kita akan berjihad untuk agama, dalam keadaan apapun kita harus membangun moderasi. Ini juga yang dilakukan oleh Sembilan Wali ketika mereka menyebarkan agama Islam. Termasuk pada masa sekarang ini dimana kita masuk dalam bulan Ramadhan. Ramadhan sebaai bulan jihad harus dimaknai dalam konteks pemahaman yang tepat dan relevan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun