Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendidikan dan Akar Kekerasan

8 Desember 2022   08:38 Diperbarui: 8 Desember 2022   08:49 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pernahkan kita perhatikan anak-anak kita melakukan upacara bendera di sekolahnya? Atau jika kita punya kesempatan untuk pergi ke sekolah, mungkin bis akita tengok kondisi kelas-kelas tempat anak kita bersekolah. Adakah bendera merahputih di samping meja guru ? Atau adakah lambing negara Garuda Pancasila di tembok atas kelas. Adakah foto pemimpin negara kita lengkap di kelas itu.

Atau sesekali kita memanggil anak kita dan kita suruh mengucapkan Pancasila dan pembukaan UUD 1945 secara runtut dan lengkap. Juga mennyayikan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya. Apakah mereka bisa melakukan itu secaa runtut dan lengkap?

Atau sekali waktu kita memperhatikan teman-teman karib anak kita. Apakah mereka bersahabat dengan anak-anak yang ramah dan baik terhadap siapa saja tanpa pandang bulu. Ataukah bersahabat dengan anak yang kebaikannya hanya untuk orang seagama saja. Sesekali kita perhatikan bagaimana guru engaji itu mengajar anak-anak kita? Apakah ada dalam track yang benar atau melenceng, jauh dari prakiraan kita.

Kenapa saya begitu rinci menekankan bahwa kita harus memperhatikan anak-anak kita, pendidikan dan lingkungan mereka tumbuh. Karena seringkali tanpa kita tahu banyak sekali factor yang membuat mereka menjadi intoleran terhadap pihak lain.

Seperti anak teman saya yang bersekolah dasar di Yogyakarta. Sang guru seringkali memberi arahan agar sang anak menjauhkan diri dari anak dari umat lain, padahal sebagai anak perlu untuk mengenal pihak lain meski berbeda tanpa harus berpindah keyakinan. Arahan dari guru yang bersifat intoleran ini mungkin sering luput dari pengamatan kita, tapi ini terjadi karena intoleran ada pada tataran ide sehingga dengan mudah diselipkan di sela-sela pengajaran.

Intoleransi apalagi di kalangan anak-anak harus kita perhatikan mengingat anak-anak kita punya masa depan yang penuh harapan baik bagi negara dan sesame. Apa jadinya jika sejak dini mereka dicekoki dengan ajaran intoleran dari guru mereka di sekolah atau guru mengaji mereka, atau bahkan sahabat karib. Dalam jangka yang panjang apa jadinya jika mereka menautkan hati mereka pada intoleran dan kemudian radikal lalu terorisme ? Ini juga yang terjadi pada keluarga di Surabaya pelaku pengeboman tiga gereja itu. Sikap intoleran adalah akar dahsyat dari aksi terorisme yang mencedarai banyak hati dan orang itu.

Pada akhirnya kita harus benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada anak kita dan lingkungan eksternal yang menyertai perkembangan dirinya. Jangan sampai mereka diracuni oleh  sikap intoleran oleh lingkungannya sendiri. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun