Hampir setahun peristiwa bom Surabaya berlangsung. Beberapa peringatan dilakukan oleh gereja-gereja yang menjadi korban. Peringatan itu berupa sarasehan  yang mengandung tema perdamaian dan melibatkan lintas agama.
Mungkin beberapa dari kita masih ingat peristiwa bom Surabaya yang mengageykan warga Surabaya sendiri. Bom Surabaya terjadi di tiga gereja dan dua tempat lagi di Sidoarjo dan Surabaya yaitu kantor Polwiltabes Surabaya dan tempat tinggal pembuat bom. Peristiwa itu tragis karena melibatkan anak dan istri pelaku bom itu. Tercatat ada tiga keluarga yang terlibat pada lima bom tersebut.
Beberapa waktu lalu kita dikejutkan juga dengan bom di Srilanka yang menewaskan sekitar 300 orang di delapan gereja dan hotel mewah. Pelaku adalah satu bersadara dan teman karib dimana ketika polisi akan memeriksa rumah salah seorang pelaku, istrinya meledakkan diri dengan anaknya. Mereka berasal dari keuarga yang cukup kaya.
Banyak media asing menulis bahwa motivasi bom Surabaya dan Sri Lanka adalah sama, yaitu jihad. Jihad yang mereka lakukan adalah memerangi warga kafir yang menurut mereka harus mereka perangi. Perang terhadap kafir untuk menegakkan syariat Islam menurut mereka adalah jihad yang paling agung. Bahkan beberapa literature menggambarkan bahwa pelaku bom bunuh diri sering dipandang sebagai pengantin surga yang dipercaya dia akan disambut oleh para malaikat sesaat setelah bom bunuh diri itu.
Bom Srilanka dipercaya bukan bagian dari perseteruan  antara Tamil dan suku Sinhala yang beragama Budha. Mayoritas penduduk Srilanka memang beragama Budha dan Sinhala merupakan mayoritas dibandingkan dengan suku Tamil yang banyak memeluk Hindu, Kristen dan Islam.  Sejarah kelam pembantaian tamil dicatat oleh dunia sebagai sejarah yang paling kelam karena memakan banyak korban.
Bom yang terjadi baru-baru ini memberi nuansa permusuhan berbeda. Terasa benar aroma jihad yang juga dilakukan oleh pelaku pengeboman di Christchurch Selandia Baru yang juga mengrbarkan jiwa jihad dalam tindakan itu.
Kalau kita tarik garis lurus atas berbagai peristiwa itu kita bisa simpulkan bahwa jihad adalah sesuatu yang agung bagi banyak orang. Jihad diartikan secara sempit oleh beberapa orang sebagai perjuangan untuk mendapatkan ridho Alloh dan itu dilakukan akhirnya dengan kekerasan.
Padahal jika telisik kembali semua hadist nabi dan Alquran, kita mendapati jihad adalah bagaimana kita berjuang melawan musuh yang menghalangi kita dengan Ridho Alloh. Sesungguhnya yang menghalangi kita dengan Ridho Alloh adalah nafsu kita sendiri yaitu nafsu angkara murka dan sebagainya. Nafsu angkara murka itulah yang membawa kita pada perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya semisal bom itu.
Karena itu pada Ramadan ini, mari kita berfikir ulang tentang makna jihad dan apa yang Alloh harapkan dari makna jihad tersebut. Tentu saja membunuh 100 orang atau 300 orang itu tidak bisa mendekatkan diri kita dengan Riho Alloh bukan .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H