Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Massa Jadi Sandaran Kebenaran Masyarakat

15 Februari 2019   14:26 Diperbarui: 15 Februari 2019   15:23 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan digitalisasi media amat berpengaruh pada pola konsumsi media oleh masyarakat. Banyak orang tak lagi sering membaca koran cetak, tapi lebih menyukai berita yang disajikan dengan cara online melalui smartphone atau computer.

Karena  itu pola berita online agak berbeda dengan berita konvensional . Jika berita konvensional perlu waktu panjang untuk sampai ke tangan pembaca,  tapi berita online perlu waktu   yang lebih pendek dibanding biasanya. Artinya  proses penayangan berita online jauh lebing singkat. Hal ini mengandung beberapa konsekwensi.

Pertama berita itu tidak akurat 100% tapi karena kebutuhan dari pembaca sangat mendesak, maka ketidak akuratan itu dikesampingkan dan menomorsatukan aktualitas. Lalu setelah satu atau dua berita sudah tayang , konfirmasi baru didapatkan. Dengan pola seperi itu media kadang memberikan ralat, kadang juga tidak. Akibatnya juga panjang, karena seringkali pembaca tidak membaca ralat sehingga tidak  membaca berita yang akurat.

Pola kedua adalah ketika media massa menyuguhkan berita yang sudah melalui tahap konfirmasi dan cover both side. Biasanya media yang menyuguhkan ini memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding biasanya.  

Yang paling banyak terjadi adalah pola pertama dimana biasanya satu berita tidak akurat atau kurang akurat. Dan, media sosial yang menjadi favorit masyarakat iku memperparahnya. Antara lain dengan menyebarkannya dengan cepat.  Baik melalui facebook, twitter maupun instagram. Pada masa kini, grup-grup wa adalah sarana penyebar yangs angat efektif karena banyak orang memanfaatkan platform ini untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Sehingga mudah diduga bahwa penyebaran satu berita yang tidak akurat bisa dengan cepat terjadi, bahkan sampai seluruh dunia. Akibatnya, ada yang berpengaruh ada yang tidak. Contoh yang riil terjadi adalah berita tentang bencana semisal berita soal gunung agung meletus, padahal tidak meletus. Ini menimbulkan kekawatiran luar biasa pada penduduk sekitarnya. Mereka dengan tergopoh-gopoh mengungsi dan meninggalkan begitu saja ternak dan hartanya.  Rasa panik pemilik menyebabkan harta dan ternak piaraan itu hilang begitu saja.

Karena itu bagi kalangan pers sendiri sedapat mungkin untuk selalu menjaga akurasi berita.  Termasuk berita-berita politik, ekonomi, bahkan bencana. Berita yang terus menerus tak akurat sangat merugikan masyarakat. Karena salahsatu fungsi media adalah melayani informasi bagi publik dan dapat menjadi sandaran masyarakat atas kebenaran itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun