Dari pertama kali kerja aku selalu merasa gundah dengan pertanyan-pertanyaan yang hampir monoton. yaitu mengapa gajih ku kecil, tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, fasilitas yang kurang nyaman, kalu gini terus kapan aku bisa beli ini itu dan masih banyak lagi yang lainnya. kenapa ini bisa terjadi...? padahal setiap bulannya selalu ada tanmbahan jam lembur di kantor tapi kenapa masih kuran kurang dan kurang. Sebuah pertanyaan yang selalu meendera fikiran ini ketika aku mulai kehabisan uang.
Selesai sekolah di Paket C (setara SMA) tahun 2010 Aku langsung di panggil oleh Pengelola LSM yang bergerak di bidang pendidikan dan kehutanan, yang salah satu manfaatnya yaitu memberi jembatan bagi kami anak-anak yang kurang mampu untuk bisa belajar kembali di bangku sekolah. Bapak Darsono namanya, pada waktu itu beliau menjabat sebagai Jendral Manager Di LSM tersebut. Saat aku sedang berjalan meninggalkan ruang lingkup lingkungan sekolah, dari arah belakang terdengar sebuah teriakan yang memanggil-manggil namaku. "to....to...", (namaku Kustanto) seketika itu aku langsung menengok ke belakang dan memperhatikan siapa yang sedang memanggil ku itu. "To..... sini sebentar Aku mau ngomong sesuatu sama Kamu nieh....!" dan ternyata suara itu berasal dari arah kantor. dan seketika itu aku langsung menghampirinya. sesampai di kamtor aku langsung di persilahkan duduk dan mulai di ajak ngobrol tak lama kemudian aku di tawari sebuah pekerjaan. "To, kamu ntar bantu-bantu di sini yah...., kalau soal gaji, insyaaloh ada." hati dan perasaan ini terasa terbang melayang jauh ke angkasa luas, perasaan yang tak bisa di gambarkan hanya dengan kata-kata. betapa senang hatiku kala itu, kabar ini pun langsung aku kasih kepada keudua orang tuaku dan respon mereka juga bagus, tapi mereka juga bertanya "Berapa ntar kamu mau di gaji di sana? ingat kamu itu sudah besar".
Pertanyaan yang di lontarkan oleh orang tuaku sempat aku pikir pikir juga jawabannya, terus aku menuturkan apa yang di sampaikan para teman-teman dari LSM tersebut "Ada...... lah Bu, kalau berapa-berapanya sih aku tidak tahu tapi yang jelas ada lah.... itu yang di sampaikan mereka Bu." terlihat jelas raut kegembiraan orang tuaku karena bangga. dan setelah Aku berjalan selama satu bulan, ahirnya aku mendapat uang gaji yang di nanti-nantikan. dan seketika itu aku langsung mengasih tahu kepada kedua orang tuaku. dan dengan maksud mau mengasihkan kepada mereka. Namun mereka berkata "udah.... simpan saja uang itu sama kamu barang kali kamu mau beli apa apa ini kan gajih pertama kamu." dan akirnya aku mengantongi gajih pertamaku tersebut.
belum genap satu bulan, malah baru dua minggu aku sudah kehabisan uang, bahkan untuk beli bengsin saja aku tidak ada. hem.... fikiranku pun mulai gelisah, dan dengan perasaan yang malu aku meminta uang kepada orang tuaku untuk beli bengsin supaya bisa berangkat kerja. Kalau di pikir-pikir sih... mungkin uang gajih ku untuk membeli cadangan bengsin selama satu bulan kayaknya masih lebih, karena makan dan tidur aku masih sama orang tua. Tapi kenapa yah..... belum juga genap satu bulan uang tidak ada, dan belanjaan aku ga ada bekas habis buat belanja apaan.... hem.... dari sini aku berfikir kayaknya gajihku kurang besar nieh.... apalagi buat bantu orang tua, buat kebutuhan sendiri saja aku tidak bisa. hati ini gelisah tanpa memikirkan seberapa manfaat ku waktu berada di lembaga. Dan di samping semua itu temanku juga menanyakan tentang hal yang sama, padahal kami berdua termasuk beruntung karena mendapatkan gajih yang dibilang cukup besar di banding teman-teman yang lain, karena kami di bagian admin sekalian mengajar.
Bulan kedua berjalan, sudah lebih dari sebulan sejak aku mendapatkan gajih pertamaku kini aku menanti-nanti gajih yang tak juga datang-datang. Teman-temanku pada berisik membicarakan tentang keninginan mereka utnuk mencari profesi yang lain, yang lebih menguntungkan. Namun aku tetap bersabar dan juga tak mau muluk-muluk untuk berfikir meninggalka tempat kerjaku ini, karena ku sadar aku memang butuh sebuah pengalaman untuk meraih sebuah impian. Biarpun kantong kempes tak tertahankan namun mungkin ini adalah sebuah ujian yang harus aku hadapi.
Hari-ke hari terus aku lewati, namun kata-kata teman-temanku terus aku dengar hampir tiap hari hingga menghipnotis ku untuk meninggalkan tempat kerja tersebut. Rasa kurang cukup yang begitu mendalam terus aku rasakan. iri melihat orang lain menggunakan kendarraan yang bagus atau pakaian yang bagus terus aku rasakan. Hingga pada ahirnya di akir bulan ketiga tersebut salah seorang temenku yang kemarin satu kelas dengan ku menawari sebuah pekerjaan di daerah ibu kota.
Aku masih ragu akan keputusan yang akan aku ambil nanti, namun teman kerjaku terus menyemangatiku untuk menggapai kesempatan yang tak datang utuk kedua kalinya ini. Dan hingga ahirnya keputusan ku pun sudah bulat untuk meninggalkan tempat kerjaku tersebut. Siang hari itu aku mengabari pada temanku bahwa aku bisa untuk ikut kerja bersamanya di Jakarta. Dan tidak dinyana tidak di duga sore harinya aku menerima gajih untuk bulan yang ke-2. hem.... hati ini gundah gulana, rasa tidak enak ter tancap begitu dalam dalam benakku. Tapi aku sudah mengambil keputusan, apaun yang terjadi harus aku ambil saat itu juga. Dan pada malam harinya aku berpamitan pada pimpinan lembaga ini bahwa akan keluar dari tempat dimana aku bekerja sekarang.
Dan keesokan harinya aku beranggat meninggalkan kampung halamanku untuk mencari uang di tanah Ibu Kota. Iming-iming gaji yang dua kali lipat dari gaji yang aku dapat sebelumnya membuatku rela melepaskan impianku yaitu kerja di depan komputer dan menjadi seorang guru yang bisa berbagi pengalaman dengan aodiens yang selalu setia mendengarkan setiap kata demi kata yang aku ucapkan.
Kini Aku sudah ada di jakarta, dan kerja serabutan di kosan yang cukup mewah, disini tiap hari aku harus mengepel, menjaga pintu dari rawannya tindak kejahatan, menghafalkan tiap tiap penghuni dan tamu yang datang bergantian, dan juga mengerjakan kerjaan renovasi gedung kalau sedang ada dalam kerusakan. Sebuah pekerjaan yang jauh dari apa yang aku impi-impikan. Namun ini adalah sebuah keputusan Ku, takan aku sesali karena memang sudah tidak ada pilihan lagi.
Bersukur aku masih ada tempat untuk ber-istirahat, Biarpun itu ukuranya hanya 3x2 untuk 7 orang karyawan dan ada dua kamar. Untuk makan aku di jatah Rp. 4000 untuk sehari dan beras sudah ada. Dan lebih bersukurnya lagi ada salah satu karyawan yang mau mengumpulkan uang makan kita dan memasakannya, jadi kita bisa lebih ngirit.
Bulan demi bulan aku lalui, namun kerjaan semakin terasa berat aja, selain itu gajih takpernah di naikkan, hemmmmm........ kalau di pikir pikir jauh dari UMR daerah Jakarta dan mungkin hanya sepertiganya saja. Namun yang membuat ku bertahan karena Aku bisa melatih mentakku untuk berbincang-bincang dengan orang yang kalau di lura sana mungkin aku tidaklah bisa mengenalnya, yaitu orang orang kaya dan para pekerja-pekerja kantoran. hem..... sebuah pengalaman yang sulit di lupakan.