Mohon tunggu...
Kusno Haryanto
Kusno Haryanto Mohon Tunggu... Apoteker - Assessor Of Competency BNSP No.Reg.MET.000.003425 2013, Apoteker ISTN Jakarta, Magister Farmasi Universitas Pancasila Jakarta, Dosen di STIKES Muhammadiyah Kuningan Jawa Barat

Apoteker yang KESAL dengan Admin Kompasiana, Punya Poin 1.687, Posisi Taruna, Mulai bergabung 09 Februari 2013 tapi kini mulai dari NOL lagi karena akun Kompasiana yang pertama tidak bisa diakses lagi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Elegi Pandemi, Tuhan Baru Itu Bernama (Bukan) Oksigen

29 Oktober 2020   10:30 Diperbarui: 29 Oktober 2020   10:46 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa sudah hampir setahun dunia dilanda bencana Corona Virus. Walau semua negara bahu membahu berusaha keras untuk mengusir virus yang diduga berasal dari wilayah Wuhan dinegara Cina ini tetapi hingga kini upaya yang bermodal besar itu belum menampakan hasil. Jatuhnya korban akibat keganasan virus ini jelas tidak terhingga, bukan hanya nyawa tetapi juga berhasil meluluhlantakan sendi – sendi perekonomian dunia. Tidak satu pun negara didunia yang tidak mengakui keganasan virus ini, termasuk Amerika Serikat dan negara – negara besar lainnya yang ada di Eropa sekalipun.

Virus yang diawal kemunculannya banyak disepelekan petinggi kesehatan dinegeri ini memberi dampak yang luar biasa bagi kehidupan dunia. Kini semua negara terus berpacu melakukan penelitian untuk menemukan formula vaksin untuk Covid19. Mengapa memilih vaksin, karena hanya vaksin lah satu – satunya yang dianggap bisa menghambat laju dari perkembangan dan penyebaran Covid19.

Sedikit mengutip dari dasar – dasar keamanan vaksin yang diterbitkan WHO, tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah merangsang sistem kekebalan dalam tubuh seseorang untuk melawan antigen, sehingga apabila antigen tersebut menginfeksi kembali, reaksi imunitas yang lebih kuat akan timbul.

Covid-19 yang menginfeksi seseorang dari muncratan air liur yang kemudian masuk ketubuh seseorang yang didekatnya melalui hidung, mulut dan mata kemudian masuk kesistem pernafasan dan membran mukus dibagian belakang tenggorokan lalu menempel pada sebuah reseptor didalam sel dan akhirnya mulai berkembang disana ini ujungnya adalah mengakibatkan masalah pada pernafasan karena (sumber: kawalcovid19.id).

sumber: suara.com
sumber: suara.com
Banyak masyarakat yang menyimpulkan bahwa proses kematian bagi penderita Cocid-19 adalah karena tidak mendapatkan cukup oksigen untuk sirkulasi pernafasannya. Kesimpulan ini didapat berdasarkan tayangan berita ditelevisi dimana sering diperlihatkan bagaimana seseorang yang sedang dirawat karena Covid-19 di rumah sakit pasti menggunakan alat bantu untuk menyalurkan oksigen yang terpasang dihidung sipasien. Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan oksigen memang sangat diperlukan dikehidupan ini.

Bagaimana tidak, proses kehidupan memang dimulai dengan bantuan oksigen. Semua mahluk hidup yang baru lahir tentunya membutuhkan oksigen, begitu pula saat menjalani aktifitas kehidupan, semuanya membutuhkan oksigen. Kehidupan akan berhenti saat makhluk hidup tidak mendapatkan oksigen. Peristiwa menyalanya api juga memerlukan oksigen. Untuk menyalakan api umumnya unsur karbon seperti metana, propana dan butana bersenyawa dengan oksigen. Unsur – unsur itu perlu bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan panas dengan suhu tinggi sehingga menghasilkan pancaran energi yang menyala yang kemudian disebut sebagai api. Itulah mengapa api yidak akan hidup tanpa oksigen.

Peran oksigen yang begitu dominan dalam kehidupan tentu saja mengakibatkan semua orang sangat bergantung kepada oksigen. Tak heran bila efek dari Covid-19 ini banyak orang yang membuat kesimpulan sendiri sambil bergurau bahwa tuhan mereka adalah oksigen, karena oksigen lah yang memulai dan mengakhiri hidup mereka bukan yang lain. .    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun