Problem Based Learning : Model Terbaik Meningkatkan Kemampuan High Order Thinking Skill (HOTS) Peserta Didik
Oleh: Kusnandar
(Guru SMAIT Granada Tangerang – Dosen Universitas Tangerang Raya)
Berdasarkan laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis hasil studi PISA 2022, pada Selasa (5/12). Hasil PISA 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi Indonesia naik 5 sampai 6 posisi dibanding PISA 2018.
Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA (Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 697/sipers/A6/XII/2023 (kemdikbud.go.id)
Meningkatnya peringkat hasil belajar literasi Indonesia tentunya bukanlah hal yang mudah atau terjadi begitu saja tanpa adanya usaha dan dukungan dari berbagai pihak terutama guru dan murid.
Mendikbudristek dalam paparannya mengutarakan bahwa relatif kecilnya learning loss mencerminkan ketangguhan para guru yang didukung berbagai program penanganan pandemi dari Kemendikbudristek. Alasan pertama berkaitan dengan akses daring. “Bantuan kuota internet diberikan pada lebih dari 25 juta murid dan 1,7 juta guru agar dapat mengakses materi dan melaksanakan pembelajaran secara daring,” tutur Nadiem.
Faktor lain yang mendorong naiknya peringkat Indonesia pada PISA 2022 adalah pelatihan guru yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui Platform Merdeka Mengajar disertai adanya materi pembelajaran secara daring dan hibrida (hybrid) serta didukung oleh Kurikulum Merdeka yang mendukung guru melakukan asesmen diagnostik dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tiap murid. Buku-buku teks Kurikulum Merdeka juga memuat lebih banyak aktivitas yang dirancang mengasah daya nalar.
Namun tentunya kita akan berpikir bagaimana untuk mengasah daya nalar peserta didik, tentunya diperlukan formulasi yang tepat dalam penerapannya. Sehingga disinilah guru perlu memilih formulasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis atau istilah kerennya high order thinking skil (HOTS).
Mengapa harus HOTS, apa sih HOTS itu ?
Keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher order thinking skill, disingkat HOTS) adalah kemampuan berpikir yang menerapkan pengolahan dalam kegiatan mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk sesuatu hal. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir kritis dan berdaya cipta, dan kemampuan berargumen serta kemampuan mengambil keputusan terhadap sesuatu hal. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dilatar-belakangi oleh strategi pembelajaran yang spesifik pada suatu kondisi belajar, paradigma kecerdasan sebagai suatu sistem, pergeseran pandangan ke arah multidimensi dan interaktif, serta keterampilan berpikir yang lebih spesifik. Istilah Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom dkk. melalui buku berjudul Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals (1956) (id.wikipedia.org).
Lalu apa formulasi yang tepat?
Di dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah model pembelaran, banyak sekali model pembelajaran mulai dari model pembelajaran inquiry, konstektual, pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis project (project based learning), dan sebagainya.
Tentunya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis formulasi yang tepat adalah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Mengapa harus model problem based learning?
Dalam menentukan sebuah model yang akan diterapkan diperlukan beberapa kajian literatur, wawancara ahli dan juga berdasarkan pengalaman guru di lapangan.
Berikut beberapa kajian literatur yang mendukung di dalam penggunaan model problem based learning sebagai formula untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis atau istilah kerennya high order thinking skil (HOTS).
- Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Febrianti, dkk (2021) menyatakan bahwa menganalisis soal HOTS untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis diperoleh tiga kemampuan yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif dan penyelesaian masalah. (Febrianti, W., Zulyusri, Z., & Lufri, L. ( ). META ANALISIS: PENGEMBANGAN SOAL HOTS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK. Bioilmi: Jurnal Pendidikan, 7(1), 39-45. jurnal.radenfatah.ac.id).
- Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Fauziana, dkk (2021) menyatakan bahwa guru dapat menerapkan pembelajaran HOTS dengan lebih maksimal, dan membiasakan siswa melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan soal HOTS. (Fauziana, Kastri Fani, & Rahmiaty. (2021). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal HOTS Pada Pelajaran IPA. Genderang Asa: Jurnal Pendidikan Dasar, 2 (2), 66–75. journal.iainlhokseumawe.ac.id).
- Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Hanifah (2019) menyatakan bahwa penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. (Hanifah, N. (2019). Pengembangan instrumen penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di sekolah dasar. Dalam Penelitian Terkini di bidang Pendidikan: Jurnal Seri Konferensi (Vol.1, No.1, hlm.1-8). smartlibrary.elayanan.info).
Berdasarkan kajian literatur di atas maka menguatkan pendapat bahwa formula yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning.
Namun tentunya guru pun perlu memahami kelebihan dan kelemahan model ini.
Apa aja sih kelebihannya?
- Problem Based Learning (PBL) menjadi sebagai salah satu alternatif model penggunaan jenis tes HOTS-Speed test
- Membiasakan siswa melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan soal-soal HOTS.
- Peningkatan pemahaman dan keterampilan guru dalam menyusun soal HOTS
- Penilaian HOTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dapat melatih siswa berfikir kreatif dan kritis
- Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
- Guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dan tuntutan dunia digital, serta menghasilkan generasi yang siap beradaptasi dan berinovasi dalam era yang terus berkembang.
- Menjadikan pembelajar lebih kreatif dalam menemukan solusi masalah.
Selain kelebihan tentunya terdapat kelemahan yang perlu dimitigasi oleh guru sebagai pendidik.
- Membutuhkan waktu untuk menyusun soal berbasis HOTS
- Kurangnya kreativitas guru.
- Terbatasnya waktu untuk mempersiapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis teknologi.
Sebagaimana penulis pun merasakan dan menerapkan di dalam pembelajaran sehari-hari sebagai bagian dari pendidik. Kemudian saat ini penulis pun tengah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Kategori 1 Angkatan 3 di LPTK Universitas Pamulang. Dimana dalam salah satu materi dalam perkuliahannya adalah dimana guru harus mengembangkan sebuah perangkat pembelajaran inovatif dan melakukan PPL (praktik Pembelajaran Inovatif) dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis teknologi.
Disini dapat kita tarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan sebuah formula yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis atau high order thinking skil (HOTS).
Semoga kemampuan berpikir kritis atau high order thinking skil (HOTS peserta didik meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Pendidikan adalah pintu gerbang kehidupan.
“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Al-Qur’an : Surat Al-Mujadilah Ayat 11).
Kebenaran hanya dari Allah SWT dan kesalahan berasal dari penulis.
Aaamiin ya robbal ‘alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H