Bismillahirrohmaanirrohim
Kisah Orangtua Santri yang Menonjok Pipi Seorang Ustadz
PERNAH terjadi sebuah kasus. Dimana seorang guru menghukum santri, hingga bekas hukuman kepada santri ini nampak pada bagian tangan. Orangtua santri ini pun mengetahui ihwal ini.
Beberapa hari kemudian, di saat sang ustadz mengajar di kelas anak ini. Ada suara ketukan dari balik pintu terdengar, maka seorang santri disuruh membukakan pintu.
Ternyata sosok yang datang adalah orangtua santri yang telah dihukum, ia masuk menyerobot hingga berhadapan langsung dengan sang guru.
Tanpa basa basi, "bruuk.!" orangtua tersebut menonjok pipi sang guru hingga guru ini merasakan sakit yang sangat. Tak hanya sampai di situ, pukulan keras kembali menuju lambung sang guru. Tak ada ampun buat guru ini. Kelas menjadi ramai tak karuan. Siswa-siswa jadi penonton, melihat tragedi orangtua santri menonjok guru.
Sampai pada akhirnya, guru ini tak datang mengajar beberapa hari.
Saudaraku..., inilah tragedi dalam pendidikan. Yang kadang hukuman (punishment) kepada murid dianggap sebagai pelecehan kepada anak. Akhirnya, orangtua marah, imbasnya pada guru yang bersangkutan.
Melihat persoalan ini, sesungguhnya kita belajar bersikap adil. Guru mungkin salah karena tidak tepat memberikan 'dosis' hukuman pada murid. Begitu pula orangtua murid, punya kesalahan yang begitu ekstra hingga terlalu cepat menerjemahkan 'bekas' hukuman anak sehingga harus 'membalas'.
Berangkat dari peristiwa di atas, mari kita sejenak berfikir lebih positif terhadap guru yang menghukum anak. Bahwa hukuman untuk anak itu bukanlah sebuah tujuan, namun hanyalah sarana. Reward (peneguhan) dan punisment (sanksi) adalah 2 paket dalam dunia pendidikan. Ini wajib dipahami oleh orangtua murid, bahwa hukuman yang dihadiahkan kepada anak Anda ketika melakukan pelanggaran adalah sarana pembelajaran baginya agar menginsyafi kesalahan. Bukan karena guru itu dendam.
Sebagian orangtua murid saat ini malah terlihat 'kaku'. Tidak mau mengerti akan hal ini. Anaknya selalu mau dimanja, dipahami, dimengerti, padahal di kelasnya ia melakukan kesalahan fatal.