Fakta cukup mengejutkan. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel Iqbal Djamaluddin (2024) sempat menyatakan,
"Sekitar 140 ribu orang jumlah anak putus atau tidak sekolah di Sulawesi Selatan (Sulsel) berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dari jumlah itu, sebagian di antaranya banyak berhenti di jenjang SD.
Menurut Iqbal, dari total 140 ribu itu, terdapat berbagai klasifikasi terkait anak yang tidak melanjutkan pendidikan.
Mulai anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan, baik SD, SMP, maupun SMA; sempat bersekolah lalu berhenti di tengah jalan; hingga menyelesaikan satu jenjang, tetapi tidak lanjut ke jenjang berikutnya. Kata beliau.
Saya mencoba lihat data total siswa yang aktif di Sulsel, kurang lebih 1,7 juta di jenjang SD, SMP, dan SMA.
Berarti kalau kita ambil presentase, putus sekolah di angka 8%. Ya Allah, sangat banyak.
Bisa kita bayangkan, makna angka ini adalah jika ada 100 siswa yang tamat/otw bersekolah, berarti ada putus sekolah 8 orang.
Apa yang menjadi akar persoalan?
Saya baru saja membaca tulisan dari Jamal Ma'mur Asmani. Salah satu yang menarik tentang pemaparan beliau tentang "Menghayati Pendidikan Sebagai Bagian Hidup."
Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Pendidikan bukan hanya dimaknai secara tunggal sebagai instrumen mencari pekerjaan. Hal ini yang bisa dimaknai sebagai long life education.
Sebagian Salaf jauh hari sudah menyampaikan hal seperti ini,