Bismillahirrohmaanirrohiiim
Mari kita baca pelan-pelan hadits ini,
“Saling memberilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai” .
[HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod (no. 594)]
Itulah hadits yang pada konteks saat ini, penerapannya banyak ditinggalkan. Bersebab dari banyaknya urusan egoisme, maka kemudian kita menahan harta, sehingga enggan memberi hadiah kepada saudara kita.
Betapa banyak saat ini kita menyaksikan bahwa persoalan pemberian hadiah pun hanya berputar pada poros "balas budi". Ada yang berkata, "Tidak usah kasih tetangga itu, kan dia tidak pernah bagi-bagi juga! Kasih saja Fulan, kemarin dia juga membawa kue ke rumah kita!"
Astagfirulloh...
Mudah-mudahan bukan kita orang itu.
Saudaraku, mengapa kita bakhil terhadap rezki yang Alloh berikan? Mengapa kita sulit memberi hadiah kepada keluarga, tetangga, dan karib kerabat?
Satu jawabannya: karena kita tidak cinta kepada mereka. Rasa cinta inilah yang sudah terkikis, bahkan pudar seiring dengan meningkatnya egoisme yang kita idap. Nas alulloha salaman afiyah.
Kalau begitu, untuk apa kita memberi hadiah? Apa yang kita dapatkan?
Maka, Al-Imam Zainuddin Abdur Rauf Al-Munawiy -rahimahullah- berkata,