بِسْمِ-اللهِ-الرَّحْمنِ-الرَّحِيم
Kelas atau ruang tempat belajar di sekolah merupakan lokasi paling menyentuh bagi seoran anak. Tentunya jika guru mampu mendesain pembelajaran dan kelas yang menyentuh pula. Kelas yang besar maupun kecil, bukanlah ukuran kebahagiaan atau ketidakbahagiaan seorang anak. Tetapi, yang memegang peran ialah hati siswa yang plong di kelas merupakan barometer kelas yang baik.
Kelas pada hari ini tentunya jauh dari esensi pendidikan secara utuh. Kelas terlalu banyak didesain untuk perlombaan kecantikan saja, kelas hanya dijadikan tempat sosialisasi kepintaran, bukan pengalaman untuk mengahadapi tantangan masa depannya.
Jika guru adalah orang tua kedua murid, maka kelas ialah rumah kedua setelah rumah anak. Sehingga, pertanyaan yang muncul, mampukah kita menciptakan rumah yang sakinah di tengah suasan belajar itu?
Memang banyak tantangan dan ujian untuk mewujudkan kelas sakinah itu. Kelas sebaik mungkin dijadikan tempat yang menjadikan murid itu betah, senang dengan fasilitas yang ada, meskipun hanya papan tulis hitam bersama kapurnya, tempat duduk yang masih lesehan. Kelas secara umum bukan ruangan berdinding 4, tetapi kelas adalah ruang tempat belajar.Meskipun pembelajaran berlangsung di gubuk, hutan, lesehan, tripleks, maka tetap justivikasi pendefenisian kelas sama saja.
Karena kelas ialah rumah bagi anak, siapkah kita menjadi orang tua di rumah itu. Dan siapkah kita menjadikan kelas itu sebagai rumah yang sakinah untuk mereka?
Wallohu a'lam...[]
Salam
Pak Kus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H