Mohon tunggu...
Kusnandar Putra
Kusnandar Putra Mohon Tunggu... lainnya -

Adalah seorang ayah | penulis | desainer.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kisah Aqidah Anak SMP yang Menjual Jalangkote'

23 Juni 2014   05:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrohmaanirrohiim

Kisah Aqidah Anak SMP yang Menjual Jalangkote'

GERIMIS, sore tadi (24 Sya'ban 1435 H). Ana bersama keluarga berhenti di sebuah masjid daerah Kab. Gowa untuk melaksanakan sholat ashar.

Usai sholat, pandangan ana menuju ke sebelah selatan masjid. Rupanya ada penjual jalangkote (pastel) yang tengah beristirahat.

Ana perhatikan lebih seksama, ternyata penjualnya anak-anak. Saat itu, mereka hanya berdua. Kebetulan ketika itu, ana bawa keluarga sehingga 'belanja' jalangkote dululah!

Langkah ana pelan menuju ke selatan masjid. Rupanya anak-anak itu pun lekas menyembunyikan sesuatu dari tangannya. O, rupanya mereka menyembunyikan rokok yang semulanya ia telah isap beberapa kali.

Ana tahu itu, tetapi tak mungkin mentahdzir (memperingati) anak-anak ini tentang 'haromnya rokok'. Apalagi niat awal ke mereka adalah 'membeli', bukan mentahdzir. Dan mentahdzir dipertemuan pertama rasanya kurang hikmah.

Ana semakin mendekat, mereka pun makin panik menyembunyikan puntung rokok.

"Nak, berapa harganya satu (jalangkote)?" jelas saya sambil melihat tumpukan jalangkote kecil mereka.

"Rp 500,- Kak!" jawab salah seorang dari mereka.

"Kamu sudah kelas berapa?" ana sambil senyum.

"2 SMP!" tambahnya.

"Saya beli Rp 3.000, yah!" sembari ana ambil satu per satu jalangkote. Dan setelah itu ana membayarnya.

"Oh, iya, saya mau kasih kalian hadiah jika bisa menjawab. Mau?"

"Mau..mau..!" mereka ceria.

"Dimanakah Alloh?" saya menunjuk salah seorang dari mereka.

"Di dalam masjid!" ia menjawab dengan senyum.

Ia kemudian berfikir sejenak, "Tunggu dulu.., bukan di masjid, Kak. Kalau di masjid, berarti Alloh itu banyak. (Berarti) di (atas) langit, Kak!" ralatnya.

"Kalau kamu?" tanya saya ke temannya yang di sebelah.

"Di (atas) langit!" jawabnya secara mantap. Sepertinya ia 'mengcopy' jawaban temannya sebelumnya.

"Yah, betul, (kalian berdua benar), Alloh di atas langit...!"

Setelah itu, ana berikan hadiah sesuai perjanjian. Mereka amat senang, gembira, dengan soal "Dimanakah Alloh?" Kemudian, ana bersama keluarga segera pulang karena perjalanan pulang ke rumah masih panjang saat itu.

***

Saudaraku, inilah contoh nyata di dalam hidup kita ini. Bahwasanya di antara generasi-generasi kita, penerus kita, ternyata masih banyak yang aqidahnya perlu diajarkan kembali. Dan juga pengetahuannya antara halal dan harom perlu diajarkan.

Yang pertama, soal merokok yang dilakukan oleh anak-anak usia SMP.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah: 195)

Di usia SMP sudah merokok, berarti sejak kecil ia mengajarkan dirinya untuk binasa. Terjatuh dalam lubang kebinasaan.

Astagfirulloh!

Dimana orangtua mereka ini? Tidakkah mereka para orangtua khawatir terhadap pengadilan Alloh nantinya? Dimana akan dipertanggungjawabkan semua didikan kepada anak!

Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(QS. At-Tahrim: 6)

Wahai para orangtua, ini adalah tamparan keras agar kita bisa "sadar" bahwa pentingnya pengawasan kepada anak. Pentingnya mengarahkan anak pada pergaulan yang baik, sehingga tak terjerumuskan ke dalam lubang kebinasaan

Yang kedua, sepertinya mereka tidak tahu bahwa soal yang ana tanyakan itu adalah soal aqidah, yang menunjukkan Alloh bukan di mana-mana. Melaikan di atas langit.

Alloh azza wa jalla berfirman,

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga tiba-tiba bumi itu bergoncang”.
(Al-Mulk:16)

Alhamdulillah, mereka menjawab dengan benar. Bahwa Alloh di atas langit. Maka ini pelajaran penting buat kita semua, agar mendidik anak-anak kita dengan pendahuluan perkara tauhid. Karena tauhid adalah "stir" dalam menjalani hidup ini.

Bagaimana mungkin anak-anak kita kelak bagus doanya, baik doanya, jika ia tak tahu dimana Robb-Nya?

Bagaimana mungkin tatkala mereka mau meminta pertolongan kepada Alloh di suatu tempat terpencil, sementara ia hanya mengklaim Alloh itu di masjid?

Nas alulloh salamah wal afiayah.

Karena itulah, orangtua juga perlu menuntut ilmu agama, sehingga bisa mendidik anak-anak di atas bimbingan al-Quran dan as-Sunnah. Dan anak-anak pun bisa memiliki pengetahuan yang baik tentang mana yang halal dan mana yang harom.

Semoga Alloh azza wa jalla memberi taufik kepada kita semua....[]

(Abu Hanin)
--Bontote'ne, 25 Sya'ban 1435 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun