[caption id="attachment_196976" align="aligncenter" width="620" caption="(KOMPAS.com/IRFAN MAULLANA) Kamasean Y Mattews, yang akrab disapa Sean, salah seorang kontestan Indonesian Idol 2012."][/caption] Banyak sekali pilihan untuk dinikmati minggu lalu. Bukan hanya demam bola Euro 2012 yang penuh kejutan. Ataupun, USGA Open 2012 yang senantiasa fenomenal dalam mencetak pemain dan rekor baru. Begitu pula NBA Final yang menobatkan Le Bron James sebagai The King ! Dari Indonesia banyak juga pilihan. Bagi yang suka politik tentu uji kompetensi dan debat Calon Gub dan Wagub DKI adalah ajang asyik untuk ditonton sebagai upaya dukung mendukung dan pembelajaran publik dibidang demokrasi. Namun, kontes Indonesian Idols yang memasuki babak 3 besar adalah sebuah tontonan yang mengagumkan sekaligus menghibur. Ketimbang mengikuti ranah serang menyerang di panggung politik dengan tema Negara Gagal (State Failure). Sean, Yoda dan Regina unjuk keboleh dalam berdandan, bergaya, berdendang dan adu vokal. Indonesia bangga dengan ketiga anak negeri itu. Regina yang sempurna dalam mengolah vokal dengan kemampuan 3 oktaf (contralto). Iya mengingatkan kita pada Emillia Contessa. Yoda, mengaku sebagai anak desa penjual susu sapi yang berpenampilan gondrong dan kribo, bermuka bulat dan imut serta berdandan bak seorang rocker sejati. Mendapat tantangan sulit bahkan dinilai sebagai batu sandungan saat dipaksa menyanyikan lagu “Kala Cinta Menggoda” berduet maya dengan Chrisye. Iya musti keluar dari genre yang digelutinya. Sean yang muda (16 tahun) dengan talenta lengkap: gaya dinamis, suara prima dan penampilan menawan mencuri poin. Kala duet maya dengan Chrisye dalam lagu “Menunggumu”, Sean melakukan kombinasi yang ciamik dan kaya variasi. Diikutinya gaya syahdu Chrisye. Diposiisikannya dirinya sebagai penyanyi latar dengan melantukan huruf hidup dan penggalan-penggalan kata dan kalimat. Sean bahkan berani menyimpang liar dengan berdendang dalam Bahasa Inggris dengan mengikuti goyang dan dinamika R&B. Anang seperti terloncat dari kursi saking kagum atas penampilan Sean. Lontaran orisinil dan spontan meloncat dari multu Anang -- Its Amazing. Anang terjebak keluar dari pakemnya yaitu menggunakan Bahasa Inggris karena iya dikenal sebagai juri yang senantiasa berkomentar dan mengkritik dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Agnes Monica menyanjung setinggil langit dengan mengatakan -- Nah, itu dia balas dendam yang dahsyat. Tak lepas, A Dani juga memberikan penilaian tertinggi. Sesudah polling terkumpul paripurna, Yoda walau meneteskan airmata tampak legowo dan tegar tereliminasi dari babak final. Itu terlihat kala iya melantunkan lagu “Mahadewi” sebagai wujud perpisahan sambil meneriakkan -- terima kasih Indonesia. Sean akan bertanding melawan Regina dalam final. Keduanya tidak akan cukup hanya bermodal teknik vokal, pemilihan lagu dan dandanan. Komentar ketiga juri tidak akan absolut. Kemampuan mencuri hati para pemilih (voters) via sms atau jalur tilpun prima, popularisasi melalui promosi dan melakukan eksploitasi berbagai media kampanye melalui jejaring sosial akan memainkan peran lebih penting dalam penentuan The Indonesian Idols 2012. Kita nantikan tanggal laganya. Sean : Paska Indonesian Idols Sean tampak terinspirasi bahkan tak pelak terlihat mengagumi penyanyi kelas dunia yang sedang naik daun -- Alicia Keys. Pasti terpengaruh oleh kepiawaian olah vokal 3 oktaf, berpenampilan fisik menarik, keahlian memainkan piano sambil berdendang. Sebagai seorang bocah ABG, semoga Sean hanya terinspirasi oleh Alicia Keys. Jangan sampai Sean menjadi pengekor (follower) dari Alicia Keys. Dia tidak akan pernah menjadi selebriti kelas dunia jika memilih menjadi seorang pengekor. Selain Alicia keys, Sean hendaknya juga mengambil inspirasi dan belajar dari penyanyi2 penduhulunya seperti Ida Royani, Hetty Koes Endang, Anggun C. Sasmi, Toni Braxton dan Norah Jones. Practice makes perfect kata Toyota. Kiat itu pula yang mustinya dijadikan senjata pamungkas oleh Sean. Ajang Indonesian idols hendaklah disikapinya sebagai sebuah langkah awal, a new beginning dan bukan sebagai puncak karir dalam tarik suara. Panggung dunia terbuka bagi talenta Sean. Anggun C. Sasmi lompat ke Perancis demi cita menuju panggung dunia. Kita bisa amati bagaimana pentingnya latihan, latihan dan latihan. Bukan hanya olah vokal, dinamika gerak dan penampilan saja yang dilakoni. Anggun kini menjadi sosok global, penyanyi dunia dengan kemampuan multi lingual dan merilis singles untuk pasar global. Langkah strategis yang sukses membawa Andrea, Sharon, Caroline dan Jim, keempat awak The Corrs melanglang buana dan mendudukkan lagu “Forgiven But Not Forgotten” dalam singles mereka di tangga teratas lagu-lagu dunia layak menjadi acuan. Kemudian diikuti dengan singles lainnya. The Corrs memulai karir sebagai grup penyanyi yang pentas dari satu kafe ke kafe lain di Irlandia. Modal kemampuan tarik suara dan bermain alat-alat musik plus penampilan2 menarik saja tidak cukup membawa mereka keluar dari Irlandia menuju mancanegara. Hirjah ke sentra musik dunia yaitu Amerika Utara (USA) menjadi pilihan yang tidak terelakkan. Itu saja tidak cukup. Musti pandai ditambah nekad memperoleh dukungan promotor dan musisi kelas wahid seperti David Foster. Sambil harap-harap cemas menanti keputusan rakyat Indonesia menetapkan Sean sebagai The Indonesian Idols 2012, mari kita juga berharap ada motivators, pendukung dan penolong yang membawa si bocah ABG berbakat, Sean ke panggung musik dunia. Sean berpotensi membuktikan spirit -- Indonesia Bisa !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H