Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Dosa Bergaya India

8 April 2011   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:01 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_100886" align="aligncenter" width="640" caption="Foto"][/caption]

Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke India. Lawatan itu bertujuan untuk belajar dari India dalam pemanfaatan potensi air sungai dan danau untuk menghasilkan listrik. Indonesia memiliki potensi air danau dan sungai yang jika dikonversi menjadi energi listrik maka seluruhnya akan setara dengan 70 Giga-Watt (GW). Jumlah ini sekitar dua kali lipat dari daya terpasang di Indonesia yaitu sekitar 32 GW seluruh Indonesia dan baru sekitar 6% atau sekitar 4.2 GW saja dari total ernegi listrik itu yang berupa hasil konversi potensi air menjadi energi listrik. Sedangkan India memiliki kekayaan alam berupa potensi air yang dapat dikonversi menjadi daya listrik sebesar 170 GW. Dan, lebih dari 50 % dari potensi itu telah dikonversi menjadi energi listrik. Pengelolaan listrik dari air ini berupa pembangkit listrik tenaga air skala besar (>10 MW), mini (1-10 MW) dan mikro (<1 mw) baik yang dikelola oleh perusahaan milik negara maupun swasta berupa pembangkit listrik (Independent Power Producer, IPP). Banyak pelajaran berharga saya peroleh dari kunjungan ini. Selain urusan potensi air ini, saya juga sempat memenuhi hobi kuliner.

Dalam sebuah kesempatan, saya khusus jalan-jalan mencari menu makan khas India yang belum pernah saya nikmati selama ini. Ini bagian dari kesukaan dan memenuhi hasrat sebagai kelana (adventurer) kuliner. Dari hasil berkelanan kuliner ini semakin yakin bahwa makanan India betul-betul memenuhi kriteria the triple hot – hot of temperature (heat atau panas), hot of chilly (pedas) dan hot of spices (bumbu seperti merica atau masala dalam bahasa India). Bersimpuh peluh atau keringat adalah bagian dari ritual saat menyantap makanan ala India ini. Bagi kita yang terbiasa dengan makanan Nusantara khususnya ikan kayu berbumbu ala Aceh, rendang dan gulai ala Minang, rica-rica ala Menado, ayam Taliwang ala Lombok, sambal Cibuk ala Sunda dan ayam betutu ala Bali maka lidah kita terasa bergoyang lebih hebat saat menyantap makanan India dan cucur keringat mengalir lebih deras plus minum lebih banyak untuk meredam rasa pedas, panas dan bumbu yang menyengat. Sedikit berbeda dengan makanan Nusantara dimana the triple hot jarang hadir bersamaan. Makanan kita lebih sering panas dan pedas atau panas dan berbumbu menyengat. Cabe dan merica jarang hadir dalam jumlah ekstrim dalam menu kita.

Walau kental berjiwa kelana kuliner, saya sempat terkejut saat mendekati meja yang menyediakan makanan yang katanya biasa dihidangkan saat sarapan pagi di India bagian selatan. Terkejut kala melihat sebuah poster kecil bertuliskan: Dosa To Order – Plain Dosa or Masala Dosa. Dosa dan masalah adalah dua kata yang kita semua pasti sekuat tenaga hindarkan selama hayat masih dikandung badan. Namun ternyata, dosa itu jedis masakan yang dibuat dari tepung dan dimasak sesuai adonan seperti membuat dadar gulung. Sesudah memberanikan diri bertanya tentang jenis makanan dosa ini, apa saja kandungannya serta ritual atau cara menyantapnya, akhirnya tak tahan juga untuk segera menyantapnya. Hasilnya --- Sedap ! Plain dosa adalah dosa yang hambar atau nyaris tak berbumbu kecuali sedikit garam sedangkan masala dosa dalah dosa yang berbumbu dengan rasa ramai dan lebih menggoyang lidah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun