"When things go right, leaders get the credit, glory, and money. When things go wrong, leaders can take the fall"Â HBS
Dalam beberapa waktu belakangan ini isu kepemimpinan sedang marak menjadi buah bibir. Ini dipicu oleh semakin banyak dan kompleksnya insiden bermunculan dalam semua sektor kehidupan kita: sosiopolitik dan teknoekonomi. Bukan hanya dalam ranah domestik namun juga dalam kawasan negara tetangga bahkan internasional. Korupsi yang menggurita, kemacetan lalu lintas, pet-byar listrik, banjir bandang, ledakan akibat keteledoran penggunaan LPG, pengangguran dan kemiskinan sampai pada perampokan yang semakin brutal bernuansa terorisme adalah sederet masalah dalam negeri. Gemas juga kita memperhatikan kejadian marah-marah yang asal marah dan pamer kekuasaan oleh segelintir pemimpin kita, khususnya saat PLN dan Telkom menjadi the black wedhus alias kambing hitam. Bandara Soekarno-Hatta lumpuh akibat hilangnya ketersediaan listrik. PLN yang pertama kena tembak padahal hilangnya daya listrik bisa saja terjadi walau pasokan listrik dari PLN dan pembangkit cadangan di bandara tersedia penuh. Bandara adalah kawasan yang besar dan luas yang punya jaringan listrik sendiri. Sistem pengamanan akan otomatis manutup gerbang masuknya pasokan listrik dari jaringan PLN dan pembangkit cadangan jika terjadi gangguan dalam jaringan listrik bandara. Begitu pula kala Telkom dan Telkomsel kena peluru (marah) nyasar saat layar-layar menjadi hitam akibat putusnya tayangan dan konferensi jarak jauh pemantauan arus mudik lebaran. Telkom dan Telkomsel bukanlah satu-satunya penyedia dan operator infrastruktur informasi dan telekomunikasi. Khusus dalam kehidupan bertetangga dengan negara-negara sekitar Nusantara, tengok misalnya saat masyarakat luas geram dengan pelecehan oleh oknum negara tetangga (Australia, Malaysia, Singapire, Thailand dll) baik dalam pertikaian batas antar kedua negara, hilangnya hak dan kepemilikan pulau-pulau terluar RI, ekspor pasir yang menyebabkan garis batas semakin mendekat ke RI, masuk dan keluarnya kapal nelayan dan kapal angkut kayu dan bahan tambang asing ke perairan RI sampai pada pertikaian akibat manusia perahu yang juga kita kenal sebagai perdagangan liar tenaga kerja. Isu, tantangan dan masalah ini kemudian sesudah ditilik dan diperbincangkan mengerucut pada satu faktor yaitu kepemimpinan (yudikatif, legislatif dan eksekutif) yang tegas, kuat dan berani dalam membela kepentingan rakyat dan negara. Secara mendasar kepemimpinan yang kuat sepertinya menjadi dambaan rakyat. Kita merindukan pemimpin yang mamu dan mampu berdiri tegak dan lantang mengatakan "Tidak usah mencari kambing hitam, SAYA yang bertanggung jawab ! Saya segera memimpin upaya penyelasaian insiden dan musibah ini secara paripurna dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya demi kepentingan rakyat dan negara !". Mari kita perkecil cakupan pembahasan kepemimpinan pada kejadian yang kini sedang membara, yaitu pemilihan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Saat MS Hidayat yang masih menjabat Ketua Umum (Ketum) KADIN mendapat panggilan tugas negara menjadi Menteri Perindustrian RI, KIB 2009-2014 terjadi gonjang-ganjing dalam organisasi KADIN. Menyikapi gonjang-ganjing ini MS Hidayat menawarkan tiga opsi: 1. Rangkap Jabatan Ketum KADIN dengan Menteri Perindustrian, 2. Menunjuk pengganti (sela) Ketum, dan 3. Melakukan pemilihan umum Ketum. Dalam Musyawarah Nasional Khusus yang digelar KADIN selain menetapkan AD/ART yang baru juga menetapkan Adi Putra Tahir sebagai Ketua Umum KADIN sampai pemilihan definitif melalui Munas Kadin yang akan diselenggarakan akhir September 2010. Kini secara resmi, KADIN telah menetapkan lima kandidat Ketua Umum yaitu seperti dalam foto mengikuti arah putaran jarum jam: Adi Putra Tahir, Sandiaga Salahuddin Uno, Wisnu Wardhana, Suryo B. Sulisto dan Chris Kanter. Kelima tokoh ini adalah para pengusaha nasional yang sukses dan telah lama berkiprah dalam organisasi KADIN alias bukan muka-muka baru. Mari kita teropong posisi KADIN dalam tatanan The Triple Helix -- Academik, Bisnis dan Pemerintah atau ABG (Academics, Business & Government) serta berharap Ketum terpilih nantinya mampu mengemban amanah serta cita luhur bangsa Indonesia. KADIN dan Pemerintah KADIN berkonotasi pengusaha dagang maupun industri sedangkan Pemerintah adalah setali tiga uang dengan penguasa di Republik ini. Walau belakangan banyak dipermasalahkan kerancuan antara penguasa dan pengusaha akibat banyaknya pengusaha yang menjadi penguasa dan begitu pula sebaliknya banyak penguasa yang notabene adalah pengusaha. Tentu kita berharap agar tarik-ulur antara pengusaha dan penguasa ini mengikuti fenomena alam antara air dan minyak. Bisa saja dengan tenaga eksternal keduanya dicampur, namun hanya bersifat sementara karena gravitasi dan waktu akan memisahkan keduanya mengikuti hukum alam. Bisa saja diletakkan dalam satu bejana yang sama yaitu bangsa dan negara namun hendaknya jangan tercampur aduk mengingat peran dan fungsi antara keduanya sangatlah berbeda. Pemerintah adalah regulator dan sekaligus fasilitator dalam penetapan kebijakan serta pemberian insentif agar kebijakan dapat dieksekusi oleh para pengusaha dengan sempurna. Relasi harmonis menjadi kata kunci keberhasilan pembangunan sosiopolitik di Nusantara ini. Tepat jika keduanya bermetafora bagai dua sisi mata uang. Kedua sisi mata uang pastilah berbeda dan tanpa kehadiran keduanya, maka lembar atau koin uang tidaklah memiliki nilai. Kalaupun ditemukan selembar atau sebuah koin uang yang kedua sisinya sama pasti itu akibat kesalahan produksi dan tidak punya kekuatan sebagai instrumen transaksi. Bisa saja memiliki nilai besar dan jauh melebihi nominasinya yaitu sebagai barang langka alias koleksi kejanggalan. Kerancuan peran dan fungsi pengusaha dan penguasa yang sekarang terjadi inilah yang ditengarai sebagai biang keladi kebuntuan pertumbuhan pembangunan RI. Harmonis antar keduanya bukan berarti senantiasa seiya sekata. Perbedaan ide, konsep, strategi sampai taktik yang kerap terjadi antara penguasa dan pengusaha hendaknya disikapi dengan bijak dan dijadikan energi ekstra untuk masing-masing pihak lebih arif memangku dan melaksanakan kiprahnya. KADIN dan Dunia Akademik (IPTEK) Dari satu kacamata, kita dapat mendefinisikan bahwa bisnis atau usaha itu adalah komersialisasi dari hasil pengembangan iptek atau hasil karya dunia akademik. Sebaliknya juga demikian, langsung atau tidak, dunia akademik dengan tri-dharma --Â pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat -- itu berputar akibat adanya energi dari dunia dagang atau industri. Hanya merupakan sebuah keniscayaan jika keduanya bergerak dalam orbit masing-masing tanpa yang satu memberikan pengaruh pada yang lain. Keduanya bukanlah bagai dua set yang eklusif mutualistik atau tulalit kata kawan-kawan di sektor telekomunikasi dan informasi. Itu sebabnya Menara Gading sudah dengan sukarela diluluh-lantakkan agar KADIN dan Akademik itu bak dua roda gigi yang saling memutar satu dengan yang lainnya. Pasti ada gesekan yang menimbulkan panas antar keduanya namun itu adalah konsekuensi alamiah. Senantiasa ada "material" pengurang gesekan dan penurun panas. Saling kunjung, baku bincang dan silaturahmi sampai kontrak kerja, kemitraan dan komersialisasi adalah contoh "material" yang dimaksud sehingga tercipta keseimbangan teknoekonomi. Jalan pintas mendahulukan mudah, murah dan cepat tanpa memperhitungkan ketiga eksternalitas -- positif, negatif dan posisional hanya meraih sukses semu yang bersifat sementara dan sesuungguhnya menyembunyikan bom waktu yang cepat atau lambat akan meledak dengan efek merugikan yang dahsyat. Adiksi minyak, gas dan batubara adalah contoh yang kasat mata. KADIN dan Sosial-budaya Masyarakat Menarik mendengarkan komentar salah satu kandidat Ketum KADIN, yaitu Sandy Uno (Sandiaga Salahuddin Uno) yang mengatakan bahwa dalam hal pencitraan (brand) yang khas Indonesia yang mendunia kita baru punya satu yaitu Bali dan itupun rejeki jatuh dari langit alias ciptaan Tuhan. Ini tentunya sebuah tantangan bagi KADIN. Bagaimana menciptakan situasi kondusif agar tatanan sosial-budaya masyarakat itu itu erat terkait dengan kiprah para pengusaha mulai dari promosi sampai eksploitasi ragam sosial dan kekayaan budaya Nusantara dengan prinsip untung-dan-untung, yaitu pengusaha dan masyarakat mendapat manfaat sedangkan kelestarian alam (fisik dan budaya) terjaga kelestariannya. Corporate Social Responsibilities dijadikan ruh dalam bisnis baik dagang mapun industri. Dengan uraian berisi pesan dan harapan diatas maka pemilihan Ketua Umum KADIN bukan semata memilih sosok yang membuat para pengusaha semakin kuat dan kaya melainkan juga maju bersama pemerintah dan masyarakat. Menjadikan Pemerintah, pelaku iptek baik di dunia akademik formal maupun di lembaga swadaya masyarakat dan komunitas sebagai mitra "bisnis" dimana uang bukan satu-satunya indikator keberhasilan. Tak ada gunanya menjadikan faktor dikotomis -- dekat-jauh dengan penguasa dan kekuatan politik, tua-muda, kaya dan lebih kaya, pribumi dan non-pri, darah-biru dan kaum kebanyakan sebagai penentu dalam pemilihan Ketua Umum KADIN. Tak perlu pula membuat "kontrak" bahwa jabatan Ketua Umum KADIN itu mengikat untuk perioda 2010-2015 atau mediskreditkan sejak awal perilaku kutu-loncat. Semoga pemilihan ketua umum KADIN berjalan demokratis, bebas dari tudingan politik-uang, koehandel (dagang sapi) dan menjadi contoh elegan dalam pemilihan umum, pemilihan kepala daerah dan pemilihan pemimpin asosiasi-asosiasi profesi lainnya. Kita memberi dukungan dan memanjatkan doa agar Ketua Umum terpilih untuk perioda 2010-2015 akan mau dan mampu memposisikan pengusaha sebagai elemen pemersatu, penyemangat dan pendorong tumbuhnya keserasian The Triple Helix -- Academics, Business & Governmnent. Harmonisasi ABG ini yang akan menjadi penarik sekaligus penjungkit pertumbuhan ekonomi RI, pembukaan lapangan kerja baru dan pengentasan rakyat Indonesia dari kubangan kemiskinan. Keberhasilan pembangunan RI yang menjadikan Nusantara ini maju dan setara dengan negara-negara tetangga bahkan dengan negara-negara maju. NB. Foto lima kandidat Ketua KADIN diunduh dari sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H