Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

BlackBerry, Bank dan RumahSakit: Metafora Kuda Troya?

20 Agustus 2010   06:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Legenda Kuda Troya diceritakan terjadi pada zaman perunggu di Yunani. Konon sepuluh tahun lebih pasukan Yunani telah berupaya mengepung untuk memasuki dan menguasai kota Troy namun tidak juga membawa berhasil. Tanpa menguasai Troy maka tidak lengkaplah kedigdayaan Yunani. Ide brilian muncul dengan membangun sebuah patung kuda raksasa yang gagah perkasa -- Kuda Troya. Dalam tubuh patung kuda tersebut bersembunyi 30 prajurit terpilih a la “baret merah” dari pasukan Yunani. Pasukan Yunani yang telah mengepung kota Troy pura-pura pergi meninggalkan Troy dengan kapal-kapal perang mereka. Kuda Troya berisi pasukan elit ditinggalkan. Orang-orang Troy bersorak gembira melihat kepergian pasukan Yunani dan berhamburan keluar dari benteng tangguh mereka dan menarik Kuda Troya memasuki kota Troy. Dikegelapan malam, pasukan Yunani berbalik arah dan kembali menuju kota Troy dan sementara itu pasukan elit Yunani mulai beraksi keluar dari perut Kuda Troya dan dengan kepiawaannya bergerak taktis sampai sukses melaksanakan satu misi yaitu membuka gerbang benteng Troy> membuka jalan masuknya pasukan Yunani. Legenda Kuda Troya ini telah menarik sutradara-sutradara film untuk menghasilkan film laris manis dengan tokoh perkasa, gagah, ganteng dan menarik perhatian. Salah satu yang terkini adalah film berjudul Troy dengan lakon utama Brad Pitt di 2004. Legenda Kuda Troya juga menjadi sumber inspirasi bagi para artisan di sektor teknoekonomi dalam memilih strategi dan kiat bisnis. Dalam software engineering, legenda ini juga menjadi ilham bagi oknum vandalis memproduski virus perusak. Ada juga yang sinis melihat bahwa produksi virus itu bukan sekedar vandalisme namun kiat licik bisnis agar aplikasi pembasmi virus laku terjual.

Mengguritanya distribusi dan penggunaan hape lengkap dengan macam-macam fitur mendapat sambutan sukacita walau ada pula yang mulai merasa terancam dan mulai dukacita. Facebook, Twitter, Messengers dll tumbuh eksponensial-positif dan telah menjadi keasyikan tersendiri dan banyak yang mengatakan banyak dampaknya pada kehidupan keseharian mereka. Disisi lain, pertumbuhan serempak dan tidak terbendung ini dipandang sebagai pandemi. Pro dan kontra tumbuh bukan hanya dikalangan masyarakat, juga sampai ke tokoh-tokoh, pemimpin struktural sampai yang non-formal. Telah pula dijadikan peluru olitik. Tengok misalnya bagaimana wacana pemblokiran Blackberry. Semula dianggap sebagai penggangu proses belajar-mengajar, penurun produktivitas pekerja, penyebab peluruhan nilai budaya atau dekadensi moral sampai kepada ancaman atas rahasia negara mengingat semua data dan informasi yang terkandung dalam Blackberry sepenuhnya dikendalikan kekuatan asing. Dilontarkan bahwa sekiranya diperlukan data dan informasi yang terkandung didalam gadget itu maka hanya bisa dilakukan melalui diplomasi negara ke negara. Singkat cerita, Blackberry dipandang sebagai sebuah metafora dari Kuda Troya. Banyak yang seperti berkacamata kuda dalam menyikapi fenomena ini. lebih banyak lagi jumlah orang-orang yang latah, karena tokoh idola mewacanakan blokir maka para pengekor juga meneriakkan blokir dan seringkali dibumbui dengan contoh kasus yang lebih dramatis. Jika alasannya adalah menjaga kerahasiaan negara, maka laik pula dilakukan blokade terhadap bank dan rumah sakit.

Layanan Internasional Perbankan

Jika hape tumbuh serempak bersama waktu dan geografis maka fenomena serupa walau dengan laju pertumbuhan yang tidak sama terjadi juga pada perbankan. Rumahsakit berbau asing menggurita khususnya dari perspektif perubahaan nama lokal dengan imbuhan asing atau dalam wujud perubahan logo karena masuknya pemilik asing. Persaingan mendapatkan nasabah dan volume bisnis menjadi semakin ketat. Jurus pemasaran sampai pada penjalinan hubungan intim dengan nasabah (customer intimacy program) getol dilakukan. Bahkan layanan pinjam-simpan tidak lagi sebatas Rupiah, semua jenis mata-uang dapat dilakukan. Slogan -- nasabah adalah raja -- menjadi kiat pamungkas. Pihak asing sebagai pemilik dan sekaligus pengelola bank tentu punya kuasa atas data dan informasi tentang nasabah serta semua kegiatan keuangan para nasabah. Bukankah ini juga dalam satu sudut pandang merupakan rahasia negara atau bagian dari ketahanan nasional? Dari ukuran ini maka bank yang dikendalikan asing juga manifora dari Kuda Troya. Pasukan elit dalam Kuda Troya versi bank ini adalah data dan informasi nasabah yang individu, organisasi, perusahaan sampai pemerintah.

General Check-Up dan Layanan Rumahsakit

Kita juga menyaksikan tumbuh-kembang layanan rumah sakit bertaraf internasional. Ada yang dengan menghadirkan dokter dan paramedik asing, ada pula yang menjual sebagian kepemilikan pada asing dan ada pula yang membangun dan mengoperasikan rumahsakit bergaya gerai (franchise) dari jejaring rumahsakit internasional. Banyak manfaat diperoleh jika menjadi bagian dari jejaring internasional. Namun ada juga risikonya, yaitu data dan informasi yang semula dipandang rahasia kini menjadi telanjang dalam kacamata asing. Jika data dan informasi kesehatan itu terkait dengan pejabat (pemerintah, wakil rakyat, tentara, polisi dan pejabat negara lain) maka tentu klasifikasinya adalah rahasia negara dan menjadi bagian dari ketahanan nasional. Serupa dengan fenomena bank asing, jejaring rumahsakit dapat pula dikategorikan sebagai sebuah metafora dari Kuda Troya. Pasukan elit yang bersembunyi dalam Kuda Troya adalah data dan informasi medis yang nilainya sangat tinggi. Kini ada juga tren sebagai bagian dari kebiasaan pamer kekayaan dan kekuasaan, yaitu general check up ke luar negeri. Ini jelas sama saja dengan menyerahkan dengan sukarela sambil membayar mahal data dan informasi rahasia negara.

Banyak pelajaran dapat kita petik dengan fenomena Kuda Troya -- Blackberry, Bank dan Rumahsakit ini. Membabi-buta melakukan blokir Blackberry bukan cara elegan dan pintar. Ini adalah gejala alam dari peristiwa globalisasi. Menutup gerbang RI dan mengatakan tidak boleh masuk bukanlan opsi dalam menyikapi globalisasi. Politik bebas aktif yang kita anut sejalan dengan globalisasi. Pembangunan kebiasaan bahkan budaya Aku Cinta, Aku Beli dan Aku Pakai Produk dan Layanan Indonesia adalah upaya fortifikasi atas tsunami globalisasi. Bersamaan dengan itu Go International juga perlu kita galang,  dorong dan tumbuh-kembangkan. Kita mengenal dengan baik pepatah klasik -- pertahanan terbaik adalah dengan lebih dahulu menyerang. Menjadikan produk dan layanan kita kompetitif dalam pasar dunia adalah keharusan. Kita tentu akan bangga melihat logo SPBU Pertamina, cabang Bank BRI/BNI/Mandiri, Garuda, Pegadaian, RS Harapan Kita, EsTeler-77, Sambel Cibiuk, Resto Rica-rica, Rumahmakan Minang dll yang berjejer dan lalu-lalang di Malaysia, Thailand, Singapore, The Phillipine, Vietnam, Laos dan negara-negara ASEAN dan China. Begitu pula kita masuk ke pasar India, Australia dan mancanegara. Kita ingin RI menjadi pemain aktif dalam tatanan global. Tidak ada yang bisa menghalangi kita ! Mari kita siapkan Kuda Troya a la Nusantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun