Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

The Incumbent – Tak-nyaman, Terancam, dan Tersisihkan

19 Mei 2010   15:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita jumlahkan semua jenis pemilihan pimpinan nasional dan daerah kemudian kita buat rasio jumlah tersebut terhadap jumlah hari per tahun maka dengan teknik rerata kita akan peroleh hasil yang mengatakan bahwa setiap 3.5 hari kita di Nusantara akan ikut kehebohan pemilu, langsung ikut aktif atau sekedar menonton di TV, mendengar di radio, membaca dikoran atau obrolan gaya warung kopi bahkan debat a la kusir. Angka 3.5 ini akan menjadi lebih kecil jika spirit dan perjuangan pemekaran daerah sukses mendapat dukungan tokoh dan masyarakat setempat, persetujuan Legislatif daerah dan pusat serta dilanjutkan pelaksanaannya oleh Eksekutif. Dalam setiap pesta politik itu istilah populer yang paling sering dikumandangkan adalah incumbent yaitu pemimpin yang sedang menduduki kursinya. Lebih lanjut, incumbent ditempelkan sebagai emblim bagi pemimpin yang menurut UU memiliki hak, mengikuti insting mempertahankan kekuasaan dan demi memenuhi nafsunya ikut meramaikan pesta politik dengan tekad-bulat terpilih kembali. Namun fokus dari artikel ini bukan dalam ranah sosiopolitik -- dagang sapi, provokasi masa, serangan fajar dan beli-jual suara. Mari kita tengok dinamika kompetisi dalam pasar telecomunication gadgets berupa hape atau tilgam (istilah pasar untuk tilpun-genggam, handphone, mobilephone, cellphone, personal data assistant -- PDA, smartphone, palmphone). Selain istilah incumbent, akan pula kita mengenal istilah alien dan predator. Walau kedua istilah ini sudah lama dikenal namun kembali mendapat promosi ekstra melalui film berjudul “Aliens and Predators” yang dipopulerkan dengan akronim AVP ditahun 2004. Terlepas dari banyak kritik pedas akan rendahnya kualitas film ini namun film ini laris manis dan sukses sebagai box-office. The Incumbent Tentu kita paham beda antara komunikasi dua arah menggunakan hape dengan hate (handy talky, walky talky ataupun radio 2-meter). Iptek yang mendukung kedua alat komunikasi ini berbeda secara signifikan baik dari jenis modulasi maupun frekuensi yang digunakan. Secara populer, beda hape dengan hate dapat dibedakan dari tampilan fisiknya, koneksi pembicara dengan lawan bicara dan jangkauan atau jarak antara dua atau lebih insan yang berkomunikasi. Salah satu perusahaan kondang dibidang hate adalah Motorola yang kemudian melakukan inovasi untuk menghasilkan hape dengan teknik komunikasi AMPS (Advanced Mobile Phone System). Walau pada saat awal pengembangan hape ini ukuran fisiknya begitu besar dan berat mengingat teknologinya masih boros energi dan saat itu belum ditemukan jenis baterai kering berukuran mini dengan energi besar. Inovasi Motorola nyaris tak tertandingi dan membuatnya bercokol sebagai the incumbent cukup lama. Merek-merek lain seperti Panasonic dan LG hanya mampu memasuki pasar sebagai pengikut (the followers). Aliens Pengalaman segudang dari trio Eropah: Ericson, Siemens dan Phillips dalam bidang tilpun kabel (wired phones) dan tergiur oleh kesuksesan the incumbent mendorong mereka berinovasi menghasilkan hape. Inovasi ini menumpang temuan baru dalam teknik komunikasi, yaitu GSM (Global System for Mobile-communication).  Bila dibanding dengan Motorola dengan AMPS-nya, jenis hape pendatang baru (aliens) dengan teknik GSM ini masih banyak kelemahannya, khususnya dalam stabilitas transmisi (transmission, Tx) dan penerimaan (receiver, Rx). The incumbent dan kompanyonnya sampai-sampai membuat plesetan GSM sebagai Geser Sedikit Mati karena memang saat komunikasi sedang tersambung, kualitas Tx/Rx sangat tidak stabil alias mudah tusbung (putus dan sambung). Kegigihan dalam penyempurnaan teknologi dan didukung oleh kiat pemasaran primitif yaitu membuat harga hape the aliens plus GSM jauh lebih murah ketimbang yang ditawarkan the incumbent (Motorola) dan pengikut-pengikutnya dengan teknik AMPS membuat pelanggan tetap setia sampai akhirnya keberadaan dan perkembangan the aliens mulai mengancam dan menggoyang posisi the incumbent. Keberhasilan the aliens inipun kemudian menghasilkan pemain-pemain pengekor seperti Samsung, LG, Panasonic, Sony plus beberapa pendatang yang betul-betul baru walau juga diikuti dengan fitur-fitur baru yang menawarkan produk yang bukan sekedar alat komunikasi namun memiliki kecerdasan dan mampu penjadi asisten pribadi dalam pengelolaan agenda, catatan, penyimpanan data dan layanan lain. Beberapa pendatang baru itu diantaranya adalah Palm, Treo,  O2, HTC. Predators Finlandia yang merupakan negara kepulauan sudah lama tergantung pada moda tilpun nirkabel (wireless phone). Ini menjadi modal kuat untuk berkiprah dalam dunia hape. Nokia muncul dengan produk yang bukan hanya sebagai the alien namun produknya yang mengikuti aliran GSM yang sangat inovatif baik dari segi fungsi maupun gaya (style). Tiga jurus pamungkas Nokia yaitu mudah, murah dan gaya betul-betul menjadikan mereka bukan hanya sebagai the alien namun sekaligus the predator karena jika aliens hanya sampai sebatas mengancam dan menggoyang the incumbent, Nokia betul-betul menjadi pemangsa (the predator) bagi Motorola. Kalaupun ini belum tentu benar untuk dunia namun untuk pasar Indonesia, Nokia memiliki jejak rekam dan terbukti sebagai the alien, the predator kemudian merebut posisi sebagai the incumbent. Nokia- Communicator adalah inovasi yang fenomenal. Sebuah varian hape yang peluncuran perdananya dinantikan dan mampu membuat para pelanggan setia dan mau malu dan bersusah-payah antri panjang dan bayar mahal. Sukses Motorola dan Nokia berada diposisi incumbent tak pernah lama dan senantiasa terancam dan digoyang oleh aliens dan predators. Dua ilmuwan besar – Darwin dan Wallace pernah melontar teori “Survival of the fittest” yang salah kaprah ditafsirkan umum sebagai teori evolusi. Jadi bukan yang besar yang akan berjaya namun yang paling sesuai (fit) yang akan mampu bertahan dan merebut pangsa pasar terbesar dan menjadi pemain utama. Iphone yang menjadi produk unggulan Apple mengikuti jejak produk Apple lainnya – desktop, laptop dan iPod masuk kepasar sebagai the alien dan menawarkan fitur dan gaya yang moderen a la digital native. Kaum muda (PS. Termasuk orang tua yang senantiasa ingin digolongkan sebagai muda !) langsung jatuh hati dan menjadi fanatik pada iPhone. Nokia sebagai incumbent digesernya. Begitu pula Blackberry yang dibesut RIM (Research In Motion) menawarkan fitur yang akrab dengan orang kantoran moderen dimana mobilitas menjadi faktor utama tanpa kehilangan peluang untuk tetap konek (connected) dengan sejawat, mitra dan prospek. iPhone dan Blackberry sama-sama menawarkan akses ke jejaring sosial, termasuk surat elektronik (email) yang begitu mudah. Blackberry juga sukses merebut posisi the incumbent dari Nokia. Kini Blackberry dan iPhone seolah menjadi juara-kembar yang sedang duduk-manis dikursi incumbent. Kalaupun Nokia masih ada maka iya lebih sebagai hape kedua alias cadangan dan posisinya tidak lagi berada dalam genggaman melainkan dalam saku atau tas. Menarik menengok strategi dan kiat merger Sony yang piawai dalam fotografi dan game dengan Ericson yang semat menjadi pemain kuat di hape/GSM. Namun Sony-Ericson belum sesukses Blackberry dan iPhone dalam merebut hati pelanggan dalam dunia hape atau tilgam. Pendekatan baru yang mengkombinasikan wired dengan wireless dan didukung dengan teknik CDMA (Code Division Multiple Access) memiliki gejala serupa dengan awal perkembangan hape plus GSM. Namun akankah the alien ini sukses menjadi the predator? Waktu akan membuktikannya. “Resah dan gelisah, menunggu disini,... ditempat yang kau janjikan...” adalah penggalan lirik lagu jadul yang dilantunkan Obbie Messakh. Walau konteks lagu itu menggambarkan perasaan galau sang perjaka menanti kedatangan sang pujaan sesuai janji untuk mereka merajut kasih namun sepotong kalimat itu tepat pula menggambarkan gejolak emosi the incumbent yang merasa kursinya tak lagi senyaman dahulu, semakin terasa panas, bergoyang dan terguncang. Apalagi jika tak besar rasa percaya diri untuk mempertahankan kursi empuk itu ditambah dengan datangnya ancaman perlahan tapi pasti dari aliens dan desis, lolong serta auman menyeramkan dari predators. Aliens, predators dan incumbent sepertinya mengikuti logika roda pedati, ada kalanya dibawah dan ada kalanya diatas, adakala bergerak naik menuju posisi puncak dan ada kalanya meluncur turun menuju posisi nadir. Itulah sejatinya kehidupan dunia yang serba sementara.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun