Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Locavore - Jurus Pamungkas Michelle Obama Menyiasati Globalisasi

21 Mei 2010   12:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146846" align="alignright" width="200" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Jika kita acu ke kamus Bahasa Inggris (baik Webster, Oxford atau Macquarie) maka kita akan peroleh penjelasan atau definisi -- Locavore (local + vore) is one who eats foods grown locally whenever possible. Ada juga yang menggunakan istilah localvore kerena keengganan menghapuskan huruf l dari kata local. Dengan terjemahan bebas maka locavoreadalah manusia pemakan makanan lokal. Binatang yang hidup dialam bebas secara natural adalah locavore. Begitu pula dengan semua jenis tumbuhan (flora). Binatang peliharaan dan tanaman belum tentu masuk kategori locavore.Ini serupa dengan penggunaan istilah herbivore (pemakan sayuran), carnivore (pemakan daging) atau omnivore (pemakan segala). Adalah Jessica Prentice dari San Francisco yang pertama mencanangkan penggunaaan istilah locavore dalam makalah dan paparannya di pertemuan Environment Day 2005. Sejak peluncuran itu, seru perdebatan pro dan kontra seputar locavore. Ada yang menuntut pendefinisian yang tegas akan apa yang dimaksud dengan locavore. Adakah jarak dari pertanian dan lokasi konsumen yang ditetapkan untuk menjadi bagian dari penjelasannya, misalnya dalam radius 5 km, 10 km atau 100 km. Apakah locavore itu hanya berlaku untuk hasil panen petani-petani kelas UMKM alias perjuangan sosioekonomi yang berpihak pada wong cilik saja atau berlaku pula untuk makanan yang diproduksi oleh pengusaha kelas kakap, konglomerat pangan -- nasional, multinasional atau transnasional? Apakah nuansa sehat dalam locavore itu berkonotasi agropolikultur yang menjadi ciri petani UMKM atau bisa pula dipakai untuk produk yang dihasilkan pabrikan raksasa yang dengan penerapan teknologi pertanian moderen dan berpendekatan agromonokultur? Ada juga kelompok pejuang sosial yang menggunakan locavore sebagai strategi dan taktik melawan pertanian yang royal dalam penggunaaan bahan kimia yang beracun, merusak lingkungan dan mengancam diversitas hayati (eg. Anti bibit dan benih transgenik). Diskusi akademik dan gerakan sosial seputar locavore masih dan akan terus berlangsung. Ini menjadi bagian dari dinamika masyarakat. Mari kita tengok sebuah contoh menarik terkait locavore yang dilakukan seorang Ibu Negara, Michelle Obama dalam memberikan dukungan elegan pada perjuangan suami tercinta dalam membangun semangat mencintai, membeli dan menggunakan produk dalam negeri dengan semangat “Buy America” dan “Buy American”. The First Locavore Perjuangan (atau socioeconomic movement) menginspirasi The First Lady, Michelle Obama untuk mamanfaatkan sebidang lahan dikawasan The White House untuk bercocok-tanam sayuran dan bebuahan dan inisiatif ini memicu penobatan The First Locavore (yaitu Kombinasi dari The First Lady dengan The Locavore). Simak penggalan percakapan Michelle Obama dengan Oprah WInfrey berikut: Michelle: We're also working on a wonderful new garden project. Oprah: Will kids get to visit the garden? Michelle : We want to use it as a point of education, to talk about health and how delicious it is to eat fresh food, and how you can take that food and make it part of a healthy diet. You know, the tomato that's from your garden tastes very different from one that isn't. And peas - what is it like to eat peas in season? So we want the White House to be a place of education and awareness. And hopefully kids will be interested because there are kids living here. Dari uraian The First Locavore diatas kita bisa menyimpulkan beberapa pesan inti, misalnya pentingnya pendidikan (education), kesehatan (health), rasa enak dilidah (delicious), makanan segar (fresh food) dan kepedulian (awareness) akan produk makanan lokal. Jika kita baca lagi dan simak dengan lebih teliti dan cari tahu pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh Ibu Negara tersebut maka uraian ringkas diatas akan terkait dengan pentingnya membangun kepedulian dan mendidik masyarakat dan generasi penerus (the kids) untuk hidup sehat dengan menyantap makanan segar yang lezat dan berasal dari (pertanian, perikanan darat dan laut serta hutan) setempat. Jika kita peras otak lebih keras dan mengaitkannya dengan konsep agropolikultur dan ekonomi maka untaian perbincangan Michelle dengan Oprah itu juga berkaitan dengan apa yang dikenal sebagai kecukupan atau ketahanan pangan (food security) dan ekonomi lokal (local economy). Kedua hal ini kini sedang menjadi perhatian utama para pemimpin (dikalangan akademikus, pebisnis dan politikus) dunia. Fortifikasi Pasar Lokal Jika locavore berhasil diperjuangkan The First Lady menjadi kebiasaan apalagi jika semangat itu mengkristal menjadi budaya maka akan besar konstribusinya pada kehidupan sosioekonomi USA. Ini adalah manifesto dari the softpower movement. Walau USA masih de facto sebagai The Incumbent dalam ekonomi namun tetap ada rasa tak-nyaman akibat guncangan dan serbuan dari frenemies (Catatan: Frenemies adalah paduan dari friends dengan enemies yaitu kata baru yang digunakan untuk menjelaskan eksistensi pihak-pihak yang berperilaku seolah kawan padahal sesungguhnya adalah musuh. Musuh dalam selimut kita sering menyebutnya). Serbuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah gempuran produk makanan yang dengan berbagai jurus pemasaran dibuat menarik untuk dibeli dan masuk ke pasar USA. Murah, berkualitas, enak dan mudah disantap termasuk dalam kiat pemasaran untuk menggempur pertahanan pasar lokal. Bahkan jargon moderen seperti green, healthy, organic, traceable, ecofriendly, ISO-compliant, virus-free dan well-being kerap ditempelkan sebagai emblim produk yang didorong masuk ke USA. Menetapkan peraturan melarang produk impor tak lagi bisa diterapkan mengingat berbagai perjanjian internasional yang telah disepakatai sebagai bagian dari paham globalisasi yang kini dianut dunia. Pengenaan tarif khusus (tariff barrier) juga sudah tak lagi bisa semena-mena dijadikan penangkal atas gempuran produk impor. Kiat licik sosiopolitik yang sering dipakai oleh negara maju untuk membuat negara berkembang dan negara ketiga (third world) berupa tudingan dumping sudah tidak lagi sakti. Globalisasi adalah tsunami bahkan untuk negara adidaya sekalipun. Jika politik-ekonomi tak lagi mampu melindungi pasar lokal maka dicari jurus lain yang tidak melawan hukum. Fortifikasi atau pembentengan pasar lokal masih bisa dilakukan yaitu melalui perjuangan membangun kebiasaan dan budaya mencintai produk anak negeri. Locavore adalah salah satu solusi dari fortifikasi pasar lokal. Niat, semangat, pemikiran, tindakan, ucapan dan bercocok-tanam di The White House yang dilakukan The First Locavore itu adalah bagian dari slogan Buy America dan Buy American yang gigih diperjuangkan si-Anak Menteng, Barack Hussein Obama untuk menjadikan USA mampu melakukan fortifikasi pasar lokal, berdiri tegar bahkan keluar dari ancaman krisis nasional dan global, dan mempertahankan status de facto sebagai The World Economic Incumbent. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah perjuangan ini walaupun sukses atau tidaknya masih menunggu waktu untuk membuktikannya. Salah satunya -- Fortifikasi adalah cara elegan untuk menyiasati tsunami globalisasi tanpa melanggar hukum atau aturan perdagangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun