Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Money Makes Money – The Change Agents

22 September 2009   14:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:42 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Change? What is in it for me?" atau "Berubah? Apa untungnya buat saya?" adalah pertanyaan yang paling sering kita dengar ketika sebuah perubahan (change) diusulkan untuk segera dilakukan. Pertanyaan ini tidak hanya muncul saat perubahan diajukan di tingkat korporasi, di sektor pemerintahan, dalam organisasi, dilingkungan kampus, dirumah bahkan pertanyaan itu tak jarang juga muncul kala niat perubahaan dilakukan pada diri sendiri.

Namun tulisan ini bukan untuk mengupas perubahan yang sering kita gaungkan dan dengarkan kisah sukses dan gagalnya.

Mari buka kamus Inggris ke Inggris atau Inggris ke Bahasa Indonesia dan cari kata change, maka selain perubahan akan pula kita temukan arti lain yaitu uang kecil atau uang receh kita sering menyebutnya. Beberapa kalimat yang terkait change yang sering kita dengar diantaranya adalah:

-         Keep the change -- Silahkan ambil kembaliannya.

-         I don't have the small change - Saya tidak punya uang kecil.

Menjelang kesibukan mudik lebaran kita banyak membaca, mendengar dan melihat berita seputar menaik-pesatnya permintaan akan uang - logam maupun lembaran uang kecil ini. Banyak yang terkecoh dengan mengira bahwa meningkatnya permintaan ini terkait dengan digunakannya nama Antasari sebagai gambar uang lembaran baru pecahan Rp2000,- Walau banyak yang kecele karena dikira Antasari dalah tokoh fenomenal yang sedang bikin heboh padahal gambar tersebut adalah lukisan tangan yang menggambarkan tokoh pahlawan nasional -- Pangeran Antasari. Sebuah kebetulan yang sempurna. Tak terlepas RI-1 sempat melayangkan pertanyaan kepada Pejabat Gubernur BI seputar keluhan masyarakat akan sulitnya mendapat uang rupiah dengan nominal kecil ini.

Usut punya usut ternyata menghilangnya uang receh dari peredaran paruh kedua bulan suci ramadhan ini tak lepas dari spekulasi dari The Change Agents.

Siapa dan apa The Change Agents itu?

Mereka ini adalah pedagang mata uang yang melihat peluang berbisnis (baca - mengeruk keuntungan) dari para pemudik dan juga kaum muslim yang menjadi sangat pemurah dalam berbagi uang receh baik sebagai hadiah lebaran bagi saudara dan handai taulan khususnya uang jajan bagi anak-anak dikala lebaran. Ada juga yang menjadikan uang receh ini sebagai hadiah bagi anak-anak yang dinilai berprestasi tinggi dalam menjalankan ibadah puasa. Juga digunakan sebagai sedekah setahun sekali bagi kaum fakir yang tampak begitu banyak jumlahnya dan menjamur saat bubar sholat iedul fitri, saat nyekar ke makam dan juga di lokasi-lokasi lampu lalu-lintas.

The Change Agents ini banyak kita temui ditempat-tempat keramaian, seperti tempat parkir sekitar mesjid, pusat pertokoan dan yang paling banyak adalah di sentra-sentra mudik lebaran seperti stasiun kereta api, pelabuhan penyeberangan dan terminal bus. Modus operandi-nya sederhana. Mereka mengambil keuntungan bersih sekitar 10 - 20% dari tiap transaksi. Misalnya untuk pecahan uang selembar Rp20.000,- ditukar dengan 9 lembar uang lembar Rp2000,- bergambar Pangeran Antasari - 10% keuntungan bersih ! Sebagai uang lembaran yang baru beredar, lembaran ini menjadi pecahan favorit. Nilainya tak kecildan tak juga besar untuk dibagi-bagikan namun wujudnya baru dan menarik serta unik plus nama besar Antasari. Bahkan saat permintaan jauh melebihi persediaan maka Rp20.000,- bisa dihargai menjadi Rp16.000 alias 8 lembar Rp2000,-  Antasari, 20% nett-profit ! Ini jelas masuk kategori jual beli uang. Tentu lembaran Rp5000,-, lembaran Rp1000,- serta uang logam Rp500,- dan Rp200 juga menjadi alternatif jika Rp2000,- susah diperoleh.

Selain sempat menyebabkan kelangkaan peredaran uang receh, adakah dampak negatif lain yang ditimbulkan dari jual beli uang ini? Salah satu yang kasat mata adalah transaksi ini masuk kategori transaksi ekonomi namun dalam transaski itu tidak ada potongan pajak, eg. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang wajib hukumnya dalam setiap transaski ekonomi. Ini jelas tidak masuk dalam kategori sektor ekonomi riil. Uang dicetak sebagai alat bantu transaksi ekonomi. Perdagangan uang dalam sektor non-riiil ini jelas tidak sejalan dengan misi dicetaknya uang. Selain itu, nilai uang menjadi lebih kecil sebagai akibat dari transaksi.

Perdagangan uang -- Money Makes Money -- Uang Menghasilkan Uang seperti ini dalam skala yang besar dan gigantik adalah penyebab utama dari krisis finansial dunia yang belum juga enggan meninggalkan kita.

-o0o-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun