Mohon tunggu...
Totok Kusmardiyanto
Totok Kusmardiyanto Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang biasa, Muslim, S1, menemukan kebenaran dalam Al-Qur'an dalam ungkapan (bahasa Arab) " u'budulloha wa la tusyriku bihi syai-a ".

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Berdoa??? : QS 1 ayat 6

5 Januari 2013   09:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:29 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

QS 1 ayat 6, lafalnya, “ ihdinash shirotholmustaqim “,artinya, “ (ya Alloh swt) berilah kami petunjuk(kepada) jalan yang lurus (jalan yang harus ditegakkan) “.

Ayat ini tentu suatu kalam (bahasa Arab).Kalam itu artinya kalimat, susunan kata yang memiliki arti dan makna.Kalam ini berbentuk doa.Kalam ini, apapun bentuknya,darisegi yang membuat maka yang membuat adalah Alloh swtmakanya dinamakan kalam Alloh swt, karena kalam ini merupakan bagian dari padaAl-Qur’an dan kita tahu Al-Qur’an adalah kalam Alloh swt (QS 9 ayat 6). Jika kalam ini diucapkan, dilafalkan maka menjadilah dia perkataan, firman, sabda (al-qoul). Karena yang membuat adalah Alloh swt maka bisa disebut perkataan, firman, sabda Alloh swt. Tapi jangan dipahami, karena suatu perkataan Alloh swtmaka harus berbentuk pembicaraan dimana Alloh swt sebagai pembicara (kata ganti orang pertama).Tidak harus begitu bentuknya, karena kalam itu bisa berbagai bentuk (doa, pernyataan, cerita, berita, pertanyaan, seruan, dll). Kalam dalam ayat ini berbentuk doa, dari segi yang membuat (susunan redaksi doanya) maka yang membuat ini adalah Alloh swt, artinya suatu bentuk doa yang Alloh swt buat dan Alloh swt ridhoi agar diucapkan, dipanjatkan oleh hamba-Nya. Dan yang lebih penting, ini tidaklah berarti Alloh swt (Tuhan kita) berdoa dengan doa ini, tapi itu hanyalah merupakan suatu bentuk doa yang diajarkan oleh Alloh swt kepada hamba-Nya.

Telah jelas bahwa kalam dalam ayat ini berbentuk doa, maka ayat ini tentunyaterkait dengan ayat-ayat sebelumnya (QS 1 ayat 1, 2, 3, 4.dan 5) karena adanya kemestian bahwa suatu doa pasti dan harus dipanjatkan kepada sesuatu (yang disebutilah, robb, tuan, tuhan). Dalam kaitan ini, secara implisit berdasarkan ayat-ayat sebelumnya, yang dituju untuk doa ini adalah Alloh swt sebagai robbul-‘alamin (tuan, tuhan, penguasa bagi seluruh alam).

Kata “ihdina” adalah fi’il amr (kata kerja perintah), yakni perintah (dalam hal ini pantasnya adalah permohonan) kepada yang dituju oleh doa (yakni Alloh swt) agar mengabulkan, mengijabahi atas doa yang dipajatkan oleh pemohon doa. Kata “ihdina” ini berasal dari fi’il (kata kerja) hada-yahdi-hudan, hadyan, hidyatan, hidayatan yang maknanya memberi petunjuk (huda, hadyu, hidyah, hidayah). Sehingga kata “ihdina” dalam ayat ini bermakna “ (ya Alloh swt) berilah kami petunjuk (huda, hidayah)“. Dalam hal ini hidayah ada dua macam yaitu hidyatul-bayan dan hidayatut-taufiq. Hidayatul-bayan adalah hidayah (petunjuk)berupa penjelasan berupa al-ilmu, misalnya cara sholat, cara puasa, dll. Hidayatut-taufiq adalah hidayah yang hanya bisa diberikan oleh Alloh swt kepada siapa yang dikehendaki,misalnya berupa penerimaan keimanan, tergeraknya untuk melakukan ketaatan, pemberian keistiqomahan pada seseorang, dll. Dan hidayah yang mana yang dimaksud dalam doa ini? Yang benar adalah kedua-duanya, ya hidayatul-bayan, ya hidayatut-taufiq.

Frasa “ash-shirothol mustaqima” adalah yang dimaui, yang dimaksud,dalam doa itu (yakni kata “ihdina”). Bolehlah kita bilang ini merupakan maf’ul (obyek), yakni maf’ul yang terdiri dari jumlah (susunan kata) yang berupa na’at (yang mensifati) dan man’ut (yang disifati). Dalam hal ini na’atnya adalah al-mustaqim dan man’utnya adalah ash-shiroth. Kata ash-shiroth maknanya adalah jalan, maksudnya jalan yang ditempuh dalam mengarungi kehidupan ini berupa keyakinan (al-aqidah) yang mesti diyakini dan perbuatan (al-‘amal) yang mesti dilakukan. Kata al-mustaqim maknanya adalah yang lurus. Jadi frasa “ ash-shirothol mustaqima “ maknanya adalah jalan yang lurus. Yang dimaksud dengan jalan yang lurus adalah jalan yang benar atau kebenaran (al-haqq). Gambaran atau sifat dari jalan yang lurus itu dijelaskan pada ayat berikutnya (QS 1 ayat 7).

Jadi ayat, “ihdinash shirothol mustaqima”, maknanya adalah “ (ya Alloh swt) berilah kami petunjuk (kepada) jalan yang lurus”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun