Mohon tunggu...
Anto Saja
Anto Saja Mohon Tunggu... -

jika kita muslim. dengan atas dasar akidah semoga kita menjadi muslim yang bersikap tawazun. jika kita memiliki kepribadian yang lemah lembut dan sensitif dengan nilai-nilai kemanusiaan, jangan sampai kita terjerumus pada sifat dan sikap murjiah. bila atas dasar akidah kita temui penyimpangan pada saudara kita jangan takut untuk bersikap tegas dan keras (bukan kejam dan dzolim) terhadap mereka. sesungguhnya Humanisme itu bisa menjurumuskan kita pada kegamangan bersikap. jika kita muslim yang memiliki kepribadian tegas dan keras, jangan sampai sikap kita mengikuti orang-orang khawarij yang berlaku keras kepada siapun yang tak sependapat dengan golongannya. sesungguhnya bagi khawarij kesesatannya timbul akibat berlaku keras terhadap orang-orang yang berdakwah dan ingin menegakkan syariat tetapi berbeda pendapat dengan yg dikerjakan oleh kelompoknya. salam ukuwah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bisa Jadi Itu Anda! Salah Kaprah Ibroh Sejarah Khawarij

18 Agustus 2013   22:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:09 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

'Kalo kamu dibilang kaum khawarij mau gak?' sebuah pertanyaan menggelanyut dalam hati ku. Khawarij, cukup satu kata, tapi ngeri konsekuensinya. Jika anda khawarij maka 'konsekuensi terberat dalam ijtihad para aimmah' adalah diri anda wajib diperangi oleh penguasa muslim tempat bernaung anda hidup saat ini. lebih ringannya, anda wajib diselisihi/dikucilkan sebagai muslim. bahasa horornya, bila anda khawarij maka anda statusnya sama dengan teroris, nah ngeri bukan?. jadi, sebelum kita lanjutkan coba sejenak kita heningkan fikiran kita. Mudahkah kita akan memberikan stempel khawarij kepada orang lain, bila kemudian kita sendiri takut untuk dituduhkan atas hal yang sama? (silahkan dimulai!)

('udah selesai belum mengheningnya?'), lanjut: Berat saya sampaikan berbicara hal ini, berdasarkan dalil dan kafaah ilmu, sangat jauh saya berani mengakui kepantasan berbicara ini. hanya mengambil ibroh dari sepenggal kata yang masyhur dari khalifah Ali bin abi tholib ra, 'lihatlah apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan', maka saya coba beranikan diri menyampaikan, dan meski saya ini bukan orang yang pantas berbicara hal ini, minimal apa yang saya sampaikan bisa menjadi ibroh untuk dipetik manfaatnya.

Cukup sering saya dengar kata khawarij semenjak saya intens mempelajari dan menambah kafaah islamiyah. Kata ini muncul dengan mungulik sejarah dengan kembali pada 14 abad yang lampau. kata kawarij yang mulai mendengung ketika sebuah golongan muncul saat membuat fitnah terbunuhnya khalifah utsman bin affan ra dan semakin membuat kisruh dengan menyelisihi perbedaan pendapat antara Ali bin abi thalib ra dengan Muawiyah bin abu sufyan ra. tak sebatas menyelisihi, golongan ini juga dengan arogan merasa berdiri di atas yang haq dan menghalalkan darah kedua golongan sahabat yang mulia tadi. Lebih lengkapnya, true story secara lengkap mungkin bisa di lihat pada link ini.

Pembahasan:

Dalam link yang saya berikan, saya coba pilihkan bagaimana awal sejarah awal khawarij yang pernah berlaku hingga sedikit mengulas khawarij pada masa khalifah umar bin abdul azis yang bijaksana (kekhalifahan islam yang termasuk pada fase mulkan adhan). Dalam fase sejarah ini, pihak-pihak yang dikatakan sebagai kelompok khawarij adalah jelas dan tidak ada pertentangan menurut pendapat jumhur ulama ahlus sunnah. karakteristik khawarij pada fase ini dengan mudah dilihat dan diidentifikasi, meski dalam perkembangan tersebut khawarij bertransformasi dalam banyak cabang dan bentuk. sebab yang paling jelas dari ciri khawarij ini yaitu dengan menyelisihi ulama ahlussunnah dan bughot terhadap khilafah yang masih berlandaskan pada syariat islam.

Dalam bahasan khawarij dari kajian sejarah tersebut, terlihat jelas umat ahlus sunnah berbeda dengan khawarij. Menjadi pertanyaan, bagaimanakah perkembangan khawarij setelah masa mulkan adhan terganti dengan masa mulkan jabariyah? terlepas dari banyaknya ulama yang berbicara terhadap masalah ini, maka saya pribadi sejenak berlepas dan kembali pada pertanyaan nurani pada awal cerita artikel ini.

Nurani saya terketuk manakala saya lihat di kompasiana ini terdapat akun yang mengumbar kata khawarij untuk menjatuhkan kredibilitas kompasioner lain. Alih-alih menunjukkan dengan bahasa yang santun, justifikasi yang digunakan semakin membuat gerah dengan bahasa-bahasa yang cenderung sarkas.'hiprokrit'. itulah komentar saya secara singkat. Hal lain yang membuat miris, akun yang distempel dengan label khawarij tersebut, selama ini memiliki kredibilitas yang baik dalam menjawab dan membantah setiap penodaan nalar terhadap syariat yang banyak berseliweran di kompasiana. selain itu, akun yang dicap khawarij ini meski keras dan tegas terhadap pihak-pihak yang menentang terhadap syariat, tetapi berlaku lemah lembut dan santun terhadap orang yang sama-sama menyuarakan syariat, sekalipun jamaah/kelompok yang menaumginya berbeda.  bentuk kejanggalan-kejanggalan demikian lah yang kemudian mendorong saya untuk mencoba menguak ibroh kembali terhadap sejarah khawarij ini.

menjawab kejanggalan dalam nurani, akhirnya saya meninggalkan pembahasan khawarij yang sudah ada, khusus untuk menjawab khawarij dalam konteks sejarah masa mulkan jabariyah (sekarang). Landasan ini akhirnya memberikan sebuah opini berbeda dengan stempe-stempel khawarij yang saya sebutkan tadi. dasar titik tolak pemikiran saya ini saya jabarkan dalam poin-poin berikut:

1. Berbicara masalah khawarij pada masa mulkan jabariyah ini, sepertinya kita harus keluar dari titik tolak sejarah munculnya khawarij yang sudah diketahui melalui siroh yang selama ini ada (sejarah seperti yang saya sampikan di awal). mengapa demikian? sebab, di masa mulkan jabariyah ini, selain umat muslim di kuasai oleh banyak penguasa yang dzalim. di masa ini penguasa-penguasa dzalim tersebut juga secara mayoritas berwala' terhadap sistem yang mengabaikan syariat sebagai rujukan utama. kondisi ini tentu berbeda dengan masa mulkan adhan (hingga masa kekhalifahan turki 1923) yang nyata bahwa pemimpin yang mayoritas dzalim pemerintahannya masih tunduk terhadap syariat islam . perbedaan mendasar ini perlu kita sadari sebelum pembahasan selanjutnya.

2. Khalifah Abu bakar Assidiq ra, memerangi kaum murtad yang salah satu sebabnya karena kelompok murtad ini tidak mau melaksanakan zakat, padahal mereka  bukan lah orang yang mengaku keluar dari islam ataupun ingkar mengerjakan solat, sebab ketidaksempurnaan rukun islamnya lah maka dengan sepihak dan atas legitimasi seluruh jumhur sahabat ra beliau menyatakan bahwa kaum yang inkar ini dikatakan murtad. secara parsial terbaca klise mungkin, tetapi bila kemudian kita runut terhadap pembahasan ini bisa jadi ini sebuah teguran keras terhadap kita tentang bagaimana relasi keimanan dan ketundukan dengan kemusliman itu sendiri.

3. Mengutip poin pertama dan poin kedua, bila kemudian kita tarik garis tengahnya maka akan terlihat bagaimana nistanya kita (termasuk saya) saat kita dengan sadar dan sepenuh hati mengingkari dan menentang syariat yang telah ditetapkan, artinya kemusliman, keyakinan, dan ketundukan kita ternyata tidak selaras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun