[caption id="attachment_182610" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi (KOMPAS/LASTI KURNIA)"][/caption] Beberapa hari ini, jika menyusuri jalan di Kota Tasikmalaya, maka kita akan menyaksikan sebuah fenomena saling salip gambar cawalkot yang dipasang diangkot. Hampir semua jurusan angkutan kota yang ada, dibelakangnya dipasangi sticker bergambar pasangan calon walikota dan wakil walikota yang maju dalam Pilwalkot Tasikmalaya yang akan digelar 9 Juni 2012 nanti. Ada tiga pasangan calon yang maju sebenarnya, 2 pasangan calon yang diusung koalisi parpol yaitu pasangan Drs. H. Budi Budiman-Ir. H. Dede Sudrajat, MP (diusung koalisi PPP,PBR,PBB,PKB,PKS,Demokrat), Pasangan Drs. H. Syarif Hidayat.M.Si-Drs. H. Cecep Bagja Gunawan (diusung koalisi PAN,Partai Golkar, PDI-P, Partai Gerindra) dan satu pasangan lagi H. Mumung- Taufik Fathurrahman merupakan calon perseorangan. Perhelatan Pilkada memang menjadi magnet yang menyedot perhatian banyak pihak. Semua ruang-ruang yang memungkinkan dijadikan sarana sosialisasi dan pencitraan pasangan calon akan dipasangi gambar narsis calon. foto Incumbent Walikota (H. Syarif) banyak mengisi papan-papan reklame besar milik pemkot di berbagai titik strategis, dengan berbagai program. Tapi gambar orangnya lebih dominan, karena kepentingannya lebih pada kepentingan politik. Karena selama ini bilboard itu merupakan sarana promosi perusahaan-perusahaan swasta dengan peasukan PAD yang besar bagi pemkot. Baligho, spanduk, banner banyak menghiasi pertigaan jalan, dipasang di pohon pinggir jalan, dan itu tadi di belakang angkot ke semua jurusan. Janganlah heran jika di jalan, kita seolah menyaksikan saling salipnya antara masing-masing pasangan cawalkot, karena angkot identik dengan saling salip mencari muatan penumpang. Sehingga di jalan, di terminal atau halte pemberhentian menjadi terasa sareukseuk (sumpek) dengan gambar pasangan calon walikota/wakil walikota. Saat ditanya pada sopir angkot, bagaimana aturan main pemasangan gambar pasangan calon walikota dan wakilnya ini, Giman salah seorang Sopir angkot 05 jurusan Indihiang-Pancasila mengatakan bahwa urusan pemasangan gambar ini urusan dengan pemilik angkot, biasanya menggunakan sistem sewa. Sampai masa tenang menjelang hari pencoblosan. Masalah harganya diatur kesepakatan dengan para pemilik angkot, tapi biasanya ada yang 50-100 ribu sebulan/angkot. Maka, janganlah heran, foto bergaya sang calon, dengan sedikit senyum dikulum, akan berkeliling menyusuri jalan-jalan yang merupakan rute angkot. Saya kadang membayangkan, apakah sang calon yang gambarnya ikut menyusuri jalan yang dilewati angkot akan bisa mencatat semua hal yang ditemuinya di jalan. Akh, jalanan rusak tetep saja banyak, banjir masih ada, kemacetan makin parah, gank motor semakin merajalela, jadi meskipun mereka berkeliling naik angkot ke semua arah, tapi mereka hanya gambar mati, matanya pura-pura melihat, senyumnya pura-pura senyum, dan janjinya pura-pura semata. Selebihnya, mereka hanya kampanye saja, minta rakyat untuk memilihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H