Saya hanya mencoba menuliskan fenomena saja. Boleh jadi ada persfektif lain yang menjadi bacaan publik. Yaitu seputar fenomena di tahun politik 2014 ini. Ketika para politisi berseliweran melakukan konsolidasi dengan berbagai cara, maka kita pasti akan banyak menemukan apa yang disebut para pemain, oray, bahkan dilabeli sebagai sebuah profes, yaitu Uncal (usaha nipu caleg)
Kita sebagai rakyat boleh saja kesal dan gemes kepada para politisi yang incumbent maupun yang baru mencalonkan diri pada pemilu legislatif 9 April 2014 nanti. Karena rakyat banyak menganggap bahwa para politisi itu turun ke bawah, bersilaturrahmi dengan rakyat hanya pada saat butuh saja, saat akan menjelang pencalonan. ketika sudah dusuk mereka seringkali lupa, karena betah di kursi empuknya,lupa pada rakyat yang diwakli dan telah memilihnya.
Hal itu memang fakta yang mudah kita temukan, banyak para Aleg yang sudah duduk jarang bahkan tak pernah lagi berkunjung bersilaturrahmi dengan masyarakat. Mereka menjadi berjarak. Banyak pula masyarakat yang mencaci dan memaki akan fenomena hal tersebut. Tapi tidaklah demikian dengan para Uncal tadi.
ParaUncal itu rata-rata lihai dalam bermanuver ditingkat komunikasi dengan para aleg dan caleg. Mereka adalah sosok-sosok yang lihai berbicara, manis dan cenderng hiperbolik kalau erbicara. Dia bisa saja mengklaim kemampuannya, daerah yang bisa dikuasainya untuk mendulang suara kepada salah seorang caleg bahkan kepada banyak caleg. yang penting "Kahartos" secara finansial.
Dia akan datang ke calon partai A, bla-bla-bla bicara itu ini, berharap diberikan kepercayaan, lalu diberi tugas tertentu dengan pulangnya dibekali amunisi. keesokan harinya lagi dia akan atang ke calon lainnya, lusa ke yang lain lagi, begitu terus. yang penting dapat uang bensin dan uang konsolidasi. Dia tak segan-segan mengeluarkan kata-kata sumpah, membawa-bawa Tuhan, dan sejenisnya.
Padahal sebenarnya Rakyat pemilih yang sebenarnya jika politisi benar dan tulus bersillaturrahmi langsung dengan rakyat, memberikan pndidikan politik kepada rakyat, rakyat memunyai logika penilaian tersendiri. Terkadang rakyat yang masih waras berfiir seringkali mengingatkan, "hati-hati" dengan si A, atau si B. Karena mereka mah seringkali jual-jual masyarakat padahal hanya untuk kepentingan dirinya saja, minta ini itu sama calon tapi gak pernah nyampe ke masyarakat.
Dari situlah saya ayak menemukan ilmu an pengalama, bagaimana sebenarnya praktik politikdibawah itu berjalan. Yang mengotori proses politik yang sehat itu tak lebih karena peran politisi sendiri yang lebih suka maen uang (money politics), dan yang menjadi kaki tangannya itu ya para pemain. Sehingga masyarakat yang masih jernih dengan nurani menjadi muak dan apatis dengan perilaku para politisi dan para Uncal yang seperti itu. Oleh karenanya, jika anda menemukan Uncal berkeliaran segeralah tangkap dan serahkan kepada pihak berwenang untuk kembali dikandangkan, atau disembelih sekalian untuk jadi makanan harimau (kalau uncal yang ini definisi ang sebenarnya.hehe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H