Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Miskin Tak Perlu Dibela

2 September 2012   02:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13465534451056455424

foto binapersatuan.wordpress.com

Siapa orang yang mau hidup miskin. Hidup dalam keserbakekurangan, lemah dan dilemahkan. Tak berdaya dan tak kuasa. Mereka yang miskin secara tampilan lahir, cara dan gaya menjalani hidupnya, kehidupan sosialnya, semuanya sudah nyata tergambar dalam satu gambaran utuh "Mereka yang rumahnya tak layak huni, tak mendapatkan fasilitas dasar hidupnya seperti air bersih, makan seadanya, tak mampu berobat jika sakit, apalagi untuk urusan mengenyam pendidikan" Mereka nyata ada di sekitar kita, di kampung-kampung hingga di kota, yang tinggal di kaki gunung hingga di pemukiman padat pinggir kali. Dalam beragam profesi, mereka bertahan hidup. Yang tinggal di kampung dan di pegunungan, mereka kehilangan lahan usahanya, karena sawahnya kekeringan. Untuk minum mereka pun harus berjalan berkilometer jaraknya, karena air sumur kering kerontang. Yang tinggal di kampung pemukiman padat kali ciliwung, setiap hari diteror amuk api kebakaran, air sumur sudah bercampur rembesan comberan. Belum lagi aksi kekerasan dan tawuran antar preman. Mereka mengais rezeki seadanya, dari apa yang mereka bisa, yang tersisa dari pesta pora mereka yang diberikan kuasa dan keberlimpahan harta. Mereka menjadi budak-budak laku zaman kerasnya kehidupan. Orang miskin hanya menarik jika mereka hendak memperpanjang kontrak kekuasaannya, mengemis dan merayu-rayu dengan ramahnya, dengan tampilan mewah, wajah sumringah dan senyum bengisnya. Mereka membagi-bagikan uang recehan yang sebenarnya uang rakyat juga. Orang miskin harus tetap dipelihara, agar mereka tetap bisa berkuasa. Orang miskin tak perlu dibela. Orang miskin yang menikmati kemiskinannya, sabar dan tak kehilangan harga dirinya, hidup dengan campur tangan kasih sayang Tuhan disana. Mereka menjadi mahluk Tuhan yang akan sangat ringan mempertanggungjawabkan kehidupannya kelak  di hadapan Tuhan. Mereka yang menjalani beratnya hidup di dunia, akan merasakan ringannya penghisaban di akhirat. Mereka seperti merasakan neraka di dunia, tapi orang miskin yang mengenal Tuhannya dalam kemiskinan, akan merasakan surga dalam keabadian. Mereka akan bersama-sama Sang Nabi disana. Pembelaan yang seolah-olah terhadap orang miskin, hanya akan semakin menyesakkan ruang-ruang keganasan pembalasan Tuhan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang-orang miskin, akan dibalas oleh keadilan Tuhan. Itulah sejatinya harapan paling pasti. Jika hukum dunia masih bisa dipermainkan, diputar-putar dengan logika dan kemahiran berargumentasi, dikalahkan dengan hitungan angka-angka. Maka hukumNYA kelak merontokkan semuanya itu. Orang miskin tak perlu dibela, apalagi hanya pembelaan seolah-olah. karena mereka akan dibela oleh Tuhannya yang maha kasih, maha kaya dan maha perkasa dalam keadilannya.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun