foto binapersatuan.wordpress.com
Siapa orang yang mau hidup miskin. Hidup dalam keserbakekurangan, lemah dan dilemahkan. Tak berdaya dan tak kuasa. Mereka yang miskin secara tampilan lahir, cara dan gaya menjalani hidupnya, kehidupan sosialnya, semuanya sudah nyata tergambar dalam satu gambaran utuh "Mereka yang rumahnya tak layak huni, tak mendapatkan fasilitas dasar hidupnya seperti air bersih, makan seadanya, tak mampu berobat jika sakit, apalagi untuk urusan mengenyam pendidikan" Mereka nyata ada di sekitar kita, di kampung-kampung hingga di kota, yang tinggal di kaki gunung hingga di pemukiman padat pinggir kali. Dalam beragam profesi, mereka bertahan hidup. Yang tinggal di kampung dan di pegunungan, mereka kehilangan lahan usahanya, karena sawahnya kekeringan. Untuk minum mereka pun harus berjalan berkilometer jaraknya, karena air sumur kering kerontang. Yang tinggal di kampung pemukiman padat kali ciliwung, setiap hari diteror amuk api kebakaran, air sumur sudah bercampur rembesan comberan. Belum lagi aksi kekerasan dan tawuran antar preman. Mereka mengais rezeki seadanya, dari apa yang mereka bisa, yang tersisa dari pesta pora mereka yang diberikan kuasa dan keberlimpahan harta. Mereka menjadi budak-budak laku zaman kerasnya kehidupan. Orang miskin hanya menarik jika mereka hendak memperpanjang kontrak kekuasaannya, mengemis dan merayu-rayu dengan ramahnya, dengan tampilan mewah, wajah sumringah dan senyum bengisnya. Mereka membagi-bagikan uang recehan yang sebenarnya uang rakyat juga. Orang miskin harus tetap dipelihara, agar mereka tetap bisa berkuasa. Orang miskin tak perlu dibela. Orang miskin yang menikmati kemiskinannya, sabar dan tak kehilangan harga dirinya, hidup dengan campur tangan kasih sayang Tuhan disana. Mereka menjadi mahluk Tuhan yang akan sangat ringan mempertanggungjawabkan kehidupannya kelak di hadapan Tuhan. Mereka yang menjalani beratnya hidup di dunia, akan merasakan ringannya penghisaban di akhirat. Mereka seperti merasakan neraka di dunia, tapi orang miskin yang mengenal Tuhannya dalam kemiskinan, akan merasakan surga dalam keabadian. Mereka akan bersama-sama Sang Nabi disana. Pembelaan yang seolah-olah terhadap orang miskin, hanya akan semakin menyesakkan ruang-ruang keganasan pembalasan Tuhan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang-orang miskin, akan dibalas oleh keadilan Tuhan. Itulah sejatinya harapan paling pasti. Jika hukum dunia masih bisa dipermainkan, diputar-putar dengan logika dan kemahiran berargumentasi, dikalahkan dengan hitungan angka-angka. Maka hukumNYA kelak merontokkan semuanya itu. Orang miskin tak perlu dibela, apalagi hanya pembelaan seolah-olah. karena mereka akan dibela oleh Tuhannya yang maha kasih, maha kaya dan maha perkasa dalam keadilannya.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H