Kunjungan kerja Anggota DPR RI Komisi I ke beberapa Negara Eropa terus mendapatkan sambutan yang kurang mengenakan dari kalangan perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) yang ada di Negara yang dikunjungi. Saat berkunjung ke Jerman beberapa hari lalu, mereka mendapatkan kritikan pedas dari para pelajar disana, bahkan sampai menyebut para anggota DPR ini kampungan, jalan-jalan ke luar negeri menggunakan uang rakyat dengan membawa serta keluarganya.
Judul kunjungan kerja atau study banding keliling berbagai Negara sebagaimana sering dikritik oleh berbagai kalangan baik pengamat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat, hanyalah modus yang dijadikan alasan pembenaran untuk menyedot milyaran rupiah uang rakyat, sementara tingkat kemanfaatannya tidaklah seberapa, hanya fasilitasi pelesiran saja berama keluarga dengan mendompleng anggaran dari Negara.
Setelah kunjungannya ke Jerman tersebut mendapat kritikan dari PPI Berlin, ternyata kunjungan kerja serupa Komisi I DPR ke Republik Cekoslovakia juga mendapat cemoohan dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Ceko. Dalam pertemuan di Aula Pertemuan KBRI Praha, para pelajar melontarkan puisi kritikan untuk anggota DPR dan memberi tiket transpor umum lokal di Praha. Mereka juga memberikan hadiah berupa puisi untuk para wakil rakyat di parlemen.
Puisi ini saya dapatkan dari postingan seorang teman, Kang Teten Rustendi, seorang jurnalis mainstream di harian lokal Kabar Priangan Tasikmalaya,yang menulis kembali puisi dari pelajar di PPI Ceko, yang juga didapatkan melalui akun seorang temannya dengan nama Mick Om Q Wonk.
Puisi untuk Wakilku
Lihatlah orang orang kebanjiran di Jakarta, wakilku
Tengoklah rakyat kurang pangan di sumba timur, sayangku
Tapi kau memilih menutup matamu, wakilku
Memilih berjuang untuk orang-orang kaya, sayangku.
Dengarlah rintihan keluarga lumpur lapindo di sidoarjo, wakilku
Dengarlah teriakan keluarga korban kasus Mesuji, sayangku
Tapi kau memilih menutup telingamu , wakilku
Memilih mendengar ocehan koruptor, sayangku
Rasakanlah padamnya listrik di wamena, wakilku
Rasakanlah rasa takut rakyat di Aceh, sayangku
Tapi kau memilih membangun WC mewah, wakilku
Masuk TV layaknya seleberiti ,sayangku
Pernahkah kau rasakan sulitnya air bersih di Kalimantan, wakilku
Pernahkah kau rasakan berjalan kaki 20 kilo untuk sekolah, sayangku
Tapi kau malahan tidur saat sidang, wakilku
Studi banding dan jalan-jalan ke eropa , sayangku
Buka matamu, sayangku
Buka telingamu, wakilku
Bukalah hatimu, para orang-orang terpilih
Kau dipilih untuk rakyatmu
Jika membaca untaian kalimat puisi diatas, betapa tajam dan menusuknya pesan yang disampaikan oleh para pelajar kita yang berada disana. Mereka juga memantau dan memperhatikan apa yang terjadi di negaranya tercinta. Berbagai permasalahan rakyat dibuka secara terang benderang.
Urusan banjir di Ibukota, kekurangan pangan di Sumba Timur, lumpur Lapindo, Mesuji, Krisis listrik di Wamena, krisis rasa aman di Aceh, Air bersih di Kalimantan, anak-anak yang berangkat sekolah harus berjalan sejauh 20 km, Sementara wakil rakyatnya lebih membela orang-orang kaya daripada derita rakyat di Situbondo, lebih mendengar ocehan koruptor, lebih peduli membangun gedung, WC, kursi rapat mewahnya, disbanding membangun jembatan dan gedung-gedung sekolah. Lebih sibuk jalan-jalan ke Eropa, sementara saat bertugas di gedung dewan mereka malah tertidur atau asyik menonton video porno, bermain BB atau perang kata-kata demi sebuah citra.
Puisi mereka kaum terpelajar di seberang sana, merupakan bahasa paling jujur yang mencerminkan keadaan rakyat sebenarnya. Bahwa kegiatan jalan-jalan ke Eropa berbalut kunjungan kerja itu akan lebih bermanfaat jika saja anggarannya di pakai untuk mengatasi berbagai masalah domestic yang lebih penting dan mendesak ditangani. Apakah mereka masih mau melihat dan mendengar? Wahai wakilku sayang….
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H