Anak kampung ini namanya Agus Yayat, bersusia sekitar 32 tahunan, Anak seorang petani. Dia seorang pe-hobby mengendarai motor vespa antik, dan ikut bergabung bersama salah satu group scooterist vespa. Nama gaul di kelompoknya dia dikenal dengan sebutan " si Becek", (senyum juga saya mendengarnya..hehe) Tadi pagi sebelum berangkat aktifitas, dia berhenti di depan rumah, dan saya ngobrol ringan dengannya. Awalnya saya bertanya seputar peristiwa yang saya alami dijalan berkaitan dengan pengendara motor vespa seperti dia ini, Kalau malam anak vespa gak pernah pake lampu sehingga sering mengagetkan kendaraan didepannya, saya sendiri termasuk orang yang pernah hampir menabraknya.Untung saat itu saya masih bisa mengendalikan kemudi stir mobil saya. Lalu Ada juga yang kadang aneh-aneh. Ada yang stangnya satu diatas setara pundak, satu dibawah (gak pegel apa ya..?), Ada yang dipasang span penumpang disebelah kanan yang sangat membahayakan, ada juga yang panjang vespanya menjadi 4 meter, dan yang paling saya tanyakan, anak vespa yang kendaraannya dipenuhi dengan berbagai barang rongsokan, termasuk pakai atap kirai segala (yang kadang mengganggu pemandangan mata..hehe) Nah dari tanya-tanya itulah saya sedikit mendapatkan cerita seputar aktifitas kaum scooteris ini. Termasuk pengalaman dia beberapa tahun ini yang sungguh membuat saya tercengang. Dia menceritakan pengalamanya mengendarai vespa itu hingga sampai ke Pematang Siantar Medan, Jakarta, Dompu, Mataram NTB, dan Bali. Bahkan menurut pengakuannya, dia ke Bali naik vespa "butut" nya ini sudah 3 kali. (gilee..aku aja belum pernah sekalipun ke Bali..heheh) Menurutnya, Solidaritas sesama Scooterist ini sangatlah kuat. Dia paling besar bawa bekal dari rumah 700 ribu, itu bisa sampai ke mana-mana, terakhir minggu lalu dia menghadiri pernikahan kawannya yang sesama scooteris di Ciledug Tangerang dengan hanya membawa bekal 50 ribu. Asal dijalan mampir ke base-camp Scooterist sekedar makan dan bensin selalu dibantu, karena hal seperti itu berlaku dengan sistem saling, ketika mereka dalam suatu kesempatan berkunjung ke basecampnya, mereka juga akan mendapatkan perlakuan yang sama. Dia bercerita seputar pengalamannya menghadiri deklarasi para scooteris vespa di Ancol yang dihadiri Gubernur dan Polda. Disana dilakukan berbagai kegiatan sosial termasuk deklarasi anti narkoba. Lalu pernah juga katanya di Bandung dilaksanakan Jambore Scooteris se Asia Tenggara, dihadiri peserta dari Brunei, Malaysia, Thailand, dan lainnya. Digelar juga berbagai aksi sosial yang melibatkan ribuan peserta. Saat ditanya, bagaimana dengan kelakuan Gank Motor yag sering buat keributan dan tak sedikit yang mengakibatkan korban jiwa? Dia menjelaskan, bahwa Scooteris berbeda dengan Gank Motor. Scooterist ini Club Motor yang berbeda gaya dan karakternya dengan gank Motor, bahkan Scooterist ini bersama komunitas Trail, dan Moge serta beberapa group motor lainnya menjadi katalisator dan pelerai dari maraknya berbagai keributan antar gank motor. Pernah katanya suatu malam kumpulan club motor diajak operasi "ngaronda" di jalan oleh kepolisian. Karena gank motor biasanya beraksi pada jam 1-2 pagi, ternyata betul, pas dijalan protokol, muncul konvoi gank motor dengan meraung-raungkan suara motornya, mengacungkan samurai, dan memutar-mutar sabuk yang sudah dipasang gir sepeda, mereka dikepung oleh kepolisian dengan dibantu oleh para anggota Club Motor yang ikut "ronda jalan" bersama aparat kepolisian. Beberapa Gank Motor diangkut oleh kepolisian sebagian lainnya pada kabur. Saya terus terang kaget juga mendengar cerita pengalaman dia, dulu rambut dia panjang dan gimbal ala Bob Marley sang pelantun "No woman no Cry", atau Mbah Surip Almarhum. Tapi kini rambutnya sudah dipotong pendek, karena dia sudah beristri yang dia dapatkan juga dari kegiatannya mengembara dengan scooter "butut"nya. Selain itu, karena pembinaan kepolisian, katanya sekarang scooteris ekstrem sudah mulai elegan. Sudah mulai menata penampilan dirinya, termasuk tampilan motor vespanya juga sudah tidak terlalu aneh-aneh lagi. Tapi dengan motor vespa "butut" itu dirinya paling tidak sudah merasakan pengalaman mengunjungi Bali hingga 3 Kali...Untuk level orang kampung kayak dia, saya sungguh angkat jempol..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H