Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Banyak Memberi Itu Menyehatkan

31 Juli 2012   14:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernahkah kita merenungkan makna air yang mengalir. Coba perhatikan air yang menggenang. Dia biasanya kotor dan bau dengan warna yang gelap. Tapi perhatikan air yang dari sumbernya mengalir dengan lancar, terus mengalir sampai jauh tanpa penghalang, air itu terlihat sangat jernih dan bening.

Air yang mengalir dari mata air pegunungan jika terdapat padanya saluran yang benar, tanpa ada laku manusia yang membuang sampah ke jalannya melangkah, maka dia akan memberi banyak manfaat bagi kehidupan.

Sawah nan luas, menghasilkan banyak padi yang berkah, ragam tanaman sayuran dan buah-buahan memberi banyak kehidupan bagi manusia, sumur-sumur penduduk akan selalu tersedia dengan jernih walaupun kemarau panjang melanda. Air selalu mencari jalan menuju takdir mengalir ke wilayah yang lebih rendah, bukan mencari tempat yang tinggi.

Air yang mengalir lancar, selalu akan terlihat jernih. Begitulah rezeki kita. Jika rezeki kita terus ditampung, bertumpuk, tanpa di salurkan kepada saudara kita atau orang lain yang memang layak mendapatkan uluran tangan kita, tanpa mau berbagi dengan sesama. Hanya akan menjadi rezeki yang kotor dan busuk. Pada akhirnya akan sebagaimana karakter air yang tertahan alirannya, akan menjebol apapun yang mengahalangi alirannya.

Rezeki yang tak dibarengi perilaku berbagi, hanya akan menghantarkan pemiliknya pada kehidupan yang ambrol pada saatnya nanti. Rezeki itu hanya akan mendatangkan penyakit pada orang yang diamanatinya. Dia hakikatnya pemberian Tuhan yang didalamnya ada hal orang lain juga.

Jika kita terlampau asyik untuk menumpuk-numpuk harta, maka tak heran jika suatu saat rezeki itu akan menghantarkan berbagai penyakit berat dalam tubuh pemiliknya, yang akan membuat rezekinya itu tak akan pernah bisa dinikmatinya dengan baik. Dia hanya akan melayani tuannya untuk keperluan membayar biaya berobat, biaya berurusan dengan banyak hal yang sebenarnya hanya akan menyedot dan mengambil rasa tenang dan nyaman hidupnya.

Betapa banyaknya orang yang diberi keberlimpahan rezeki tapi enggan mengalirkannya kembali, dia hidup dalam kekosongan dan kehampaan, dalam kesenangan yang nisbi. Hidup dalam keadaan seolah-olah bahagia. Karena bahagianya hanya dilihat dari kulit luar semata yang bersifat kesenangan duniawi saja. Serba ada, serba berlebih, tapi tak bermakna, tak memberi manfaat bagi sesama.

Sungguh berbahagialah orang yang dipercaya Tuhan menjadi kran rizkiNYA, dia yang terus dialiri rezeki dari Tuhan, diberikan berbagai kemudahan, diberi harta kekayaan yang berlimpah, lalu dia dengan segenap ketulusan mampu berbagi dan beremphaty dengan sesamanya. Memberi banyak kemanfaatan bagi agama, ummat dan masyarakat.

Banyak memberi itu menyehatkan, menjernihkan dan memancing rezeki lebih banyak lagi. Tak percaya ? Silahkan anda mencoba dan buktikan...!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun