Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mak Nenih, Usia 68 Tahun Masih Dagang Susuri Jalan. Di Manakah Negara?

20 Februari 2021   21:06 Diperbarui: 20 Februari 2021   22:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu, Kamis, 18 Februari 2021,  saya dalam sebuah perjalanan menuju satu tujuan di wilayah Kota Tasikmalaya.  Saya sedang asyik mendengarkan lagu di radio sambil menyetir santai. Saya benar-benar menikmati suasana Kota Tasikmalaya, kota kecilku dengan berjuta kenangannya. 

Tanpa sengaja saya melihat seorang perempuan tua dengan tubuh bungkuk berjalan tertatih di pinggir jalan, dengan alas kaki seadanya dan digusur. 

Dia tidak berjalan diatas trotoar, tapi tepi jalan sambil di kedua tangannya menenteng keranjang plastik warna hijau dan pink sambil tas di selendangkan di tubuhnya.  Mobil saya melewatinya beberapa meter, lalu saya menepi beberapa saat dan menunggu perempuan tua itu lewat. 

Saya memberhentikan jalan Perempuan tua itu dan mengajaknya bicara. Namanya, Nenih, usia 68 Tahun, punya anak 2. yang satu di Bandung, yang satunya ada di Tasik. Mak Nenih Setiap Siang jualan menjajakan nasi kuning dengan cara jalan kaki menyusuri jalanan kota Tasikmalaya. 

Saya bisa membayangkan berapa sich penghasilannya dari jualanan nasi kuning itu, mungkin tak akan lebih dari 50 ribu untungnya. tapi dalam kondisi Mak Nenih yang sudah tua begitu, berjalan membungkuk, dan menyusuri pinggiran keramaian jalan Kota, tentu sangatlah berbahaya.

whatsapp-image-2021-02-18-at-13-55-32-60311df6d541df5a427596f3.jpeg
whatsapp-image-2021-02-18-at-13-55-32-60311df6d541df5a427596f3.jpeg
Saya hanya memikirkan dan mempertanyakan 2 pertanyaan. Kemana itu Keluarganya, bagaimana mereka setega itu membiarkan Mak Nenih berjualan nasi kuning dengan menyusuri jalan. 

Lalu dimanakah kehadiran Negara dalam hal ini pemerintah Kota Tasikmalaya. Yang tentu saja ada aparat dibawahnya baik Camat, Lurah, RW hingga RT. 

Apakah mereka tidak mengetahui ada warganya dengan kondisi usia dan fisik seperti itu harus berjuang dengan cara berdagang yang sangat membahayakan diri dan jiwanya. 

Sederhananya, Saya tentu membayangkan alangkah baiknya jika sang anak memelihara dan merawat Mak Nenih diusia tuanya jangan sampai masih harus berjualan seperti itu. 

Sementara Pemerintah Daerah dalam hal ini dinas sosial terkait alangkah eloknya jika mengurus warga masyarakat yang sudah masuk dalam kategori jompo ini dengan berbagai fasilitas bantuan sosial yang menjamin kebutuhan hidupnya. 

Keluarga harus hadir, Negara juga harus hadir. salah satunya memperhatikan rakyat seperti Mak Nenih ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun