Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gugatan MK dan Beragam "Keributan" sebagai Celah Kompromi

13 Juni 2019   23:47 Diperbarui: 13 Juni 2019   23:55 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimanakah sesungguhnya ending dari pertarungan Jokowi dan Prabowo itu ? Ketika pengumuman KPU memenangkan Jokowi, Prabowo dan BPN menolak. Lalu para elit dan pendukungnya menggunakan politik buntu-bunyian tanpa henti dengan narasi kecurangan. Lalu terjadilah people power ala Pendukung -2 dengan cara mendemo KPU dan Bawaslu hingga memakan korban jiwa dan ratusan luka serta ratusan lagi menjadi tersangka kerusuhan,

Prabowo adalah seorang Ketua Umum Partai, Seorang pengusaha dan juga Capres. Tim dan jajaran petinggi partai koalisinya juga para politisi nasional yang tentu saja dalam benaknya adalah Politik dalam makna kepentingan. Bukan bicara Lawan dan Kawan abadi. 

Ketika semua tahapan dan mekanisme yang secara normatif dan hukum sudah dilewati, salah satunya melalui penetapan-penetapan perhitungan secara berjenjang mulai PPK. KPU Kabupaten, Provinsi hingga KPU RI, maka celah itu atas nama apapun sudah selesai. Kecuali ruang sengketa melalui Mahkamah Konstitusi. 

Jika Melihat gelagat materi gugatan berikut bukti-bukti yang disampaikan oleh tim kuasa hukum pasangan 02, Kelihatan sekali lemah dan kurang meyakinkan. Apalagi jika melihat selisih suara yang belasan juta. Maka targetnya narasi kecurangan yang terstruktur, sistematis dan massif di jalankan dengan hasil yang diharapkannya adalah MK memutuskan mendiskualifikasi kemenangan pasangan 01 dan menetapkan 02 sebagai pemenang Pilpres. Dan Kelihatannya hal tersebut amatlah berat.

Proses waktu yang berjalan semenjak pengumuman KPU hingga proses di MK membutuhkan waktu yang lumayan panjang. Disanalah sebenarnya ruang-ruang komunikasi dan celah kompromi di mainkan.

Paling tidak kita melihat hal ini dari dua sisi. Pertama sisi Presiden Jokowi sebagai pemenang yang diumumkan KPU, maka berkepentingan untuk menytudahi sengitnya pertarungan politik ini dengan happy ending, dengan membuka celah komunikasi dan kompromi. Salah satu buktinya dengan diutusnya Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan untuk mengatur bertemunya Jokowi dan Prabowo, meskipun dijawab oleh Kubu Prabowo dengan kalimat :belum waktunya". 

Hal ini tentu saja ruang yang disediakan Jokowi untuk membangun sillaturrahmi dan komunikasi dengan Prabowo selaku Capres yang kalah agar mau menerima dengan legawa lalu berbincang hal-hal kebersamaan untuk ikut serta membangun bangsa dalam posisi apapun, baik sebagai bagian dari pemerintahan ( Dengan kabar penawaran menteri ke Gerindra) atau dengan tetap menenempatkan Gerindra dan PKS sebagai Oposisi. 

Kedua, Dari sisi Prabowo dan kubu koalisinya, tentu saja berjuang sampai akhir hingga MK memutuskan itu boleh jadi adalah ruang untuk juga menarik ulur hal-hal yang menjadi bagian yang harus di kompromikan dan diamankan. Setidaknya Prabowo dkk tidak dihabisi total dalam beberapa kepentingan ekonomis dan politisnya Gerindra dan koalisinya. termasuk lingkaran elitnya. Bagaimana kubu mereka ada jaminan keamanan dalam pengamanan sumber daya baik ekonomi yang dijalankannya. Jangan Habis dan dihabisi semuanya. Jangan sampai ada istilah the winner takes All.

Penulis percaya bahwa kedua pemimpin itu baik Jokowi maupun Prabowo adalah negarawan yang tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri semata. Tapi ada kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. yang didalamnya ada 250 Rakyat Indonesia. Keterbelahan rakyat ini amat;ah parah dan memprihatinkan. 

Ada baiknya disudahi dengan sama-sama ketemu dan membicarakan hal-hal baik dan kebaikan untuk semua. Saya meyakini, bahwa dalam politik tak mestilah hancur-hancuran semua. Tapi dalam pencapaian politik paling tinggi adalah terletak pada "Kompromi". Dan Pak Jokowi menang dengan terhormat, Pak Prabowo juga kalah secara ksatria. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun