Dari lima pasangan cagub/cawagub yang bertarung di Pilgub Jawa Barat yang akan di gelar 24 Februari 2014 nanti, saya nun jauh di pelosok kampung mencoba meraba, merasakan, dan mendengarkan suara-suara mereka yang hidup dalam terik matahari dan basah kuyup jika hujan, mereka yang di sawah, mencangkul, membajak dan bergumul dengan tanah. Kaum ibu yang bergerombol sambil "menganyam", "ngecos", "ngamute" dan sejenisnya. Mereka yang dalam sayup-sayup mendengar dan menonton sekilas di layar kaca, tentang berita seputar para kandidat yang bersosialisasi, "berkampanye" dan mematut-matut diri.
Popularitas, akseptabilitas, tingkat ke-disukai, dan probabilitas untuk dipilih kelihatannya mengarah ke sosok muda yang bahasa orang kampung dan pedesaan disebutnya sebagai "si Bodrex". Ungkapan si Bodrex mengarah ke Dede Yusuf yang semenjak Pilgub 2008 lalu juga menjadi penentu kemenangan pasangan "HADE". Dulu siapa yang kenal Ahmad Heryawan, tapi secara mengejutkan pasangan Hade menang satu putaran mengalahkan incumben Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Agum Gumelar-Nu'man Abdul Hakim.
Semua orang kala itu terhenyak, tak menyangka. Hade menjadi kuda hitam yang memenangkan pertarungan. Semua mengarah pada faktor "Dede Yusuf' nya. Kalimat sederhana sambil cengengesan keluar dari kalangan kaum perempuan " Abi mah nyoblos si Bodrex we nu kasep". Karena pemilih perempuan di Jawa Barat sangatlah besar, maka faktor kesukaan terhadap sosok figur terhadap Dede Yusuf sangat mempengaruhi tingkat ke-dipilih-nya pasangan Hade kala itu.
Pilgub 2013 nanti yang tinggal beberapa minggu lagi diprediksi akan mengarah pada trend yang sama. Pasangan Aher-Deddy Mizwar memang kuat membayang, tapi suara-suara di kalangan bawah terutama kaum ibu lebih menyukai sosok Dede Yusuf.
Selain itu ada sisi lain yang saat ini samar-samar sampai informasinya ke masyarakat bawah " Dede Yusuf mah mun kunjungan ka daerah, heug nginep, mondokna teh sok di imah panggung, nini-nini rempo, sare na ge ngagepor". Dede Yusuf kalau kunjungan ke daerah, terus menginap, nginepnya suka di rumah gubuk, nenek-nenk jompo, tidur di lantai beralas kasur atau tikar.
Hal itu sepi dari kehebohan, tak pernah dijadikan alat kampanye dan pemberitaan oleh Dede Yusuf sendiri dan timnya. Dia natural menjalankan kegiatan tersebut semenjak tahun 2008 hingga sekarang. Bukan kegiatan tiba-tiba yang dijadikan pulasan menjelang perrhelatan Pilgub sebagaimana umum dilakukan oleh kandidat calon. Kesan yang ditangkap oleh rakyat, Dede Yusuf memang dekat dengan rakyat, mau berbaur, mau ikut gotong royong dalam beberapa aktifitas kegiatan masyaraka. Dia tak berjarak dengan warga.
Saya termasuk orang yang kritis membaca sebuah fenomena. Saya keras mengkritik demokrat, Anas dan segala kegaduhan kasus-kasus korupsinya, saya bukan pendukung demokrat, tapi jujur saya menyenangi Dede Yusuf sebagai seorang figur pemimpin muda dan merakyat di Jawa Barat.Dia juga sepi dari pemberitaan dan informasi yang berkaitan dengan KKN, apakah itu penggelontoran APBD untuk kelompoknya, partainya, apalagi untuk diri pribadinya. Dia lurus dan bersih
Jika Aher mengklaim sebagai gubernur dengan puluhan penghargaan, maka penghargaan itu untuk lembaga "gubernur" dan Pemerintahan provinsinya yang didalamnya tentu ada peran Dede Yusuf juga sebagai seorang wagub dan Lex Laksamana yang menjadi jendral birokrasinya sebagai Sekretaris Daerah. Kerja kolektifitas kelembagaan yang tentunya sangat menentukan.
Jika melihat hal tersebut dan denyut politik masyarakat di bawah, kelihatannya Dede Yusuf akan mampu merebut simpati masyarakat. Dia akan mencuri perhatian dan mengunci pilihan masyarakat semenjak pertama kali kemunculannya dalam Pilgub 2008 lalu.
Dulu saja ketika menjadi Cawagubnya Aher masyarakat memilihnya, apalagi sekarang Dede Yusufnya yang menjadi calon Gubernurnya. Tapi dalam politik tetap serba mungkin. Meskipun saya mempercayai jika seseorang mampu menjalankan gaya politik, komunikasi politik, dan menunjukan kapasitas kepemimpinannya secara populis, baik, dan egaliter, maka dia akan memenangkan hati rakyat untuk memilihnya. Dan peluang itu di tingkat bawah terbuka sangat lebar bagi Dede Yusuf. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H