Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kencingi Sumur Zamzam, Maka Kamu Akan Terkenal

30 Juli 2012   21:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:26 3951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judul diatas merupakan salah satu pepatah Arab yang aslinya berbunyi " Bul 'alaa zamzam Fatu'raf".  Sebuah istilah yang menunjukan seseorang yang mencari ketenaran dengan melakukan sesuatu yang aneh-aneh. Siapa yang tak kenal sumur zamzam di Arab Saudi, sumur yang airnya setiap tahun menjadi oleh-oleh khas orang Islam yang menunaikan ibadah haji.

Jika seseorang berani mengencingi sumur zamzam, maka dia pasti akan menjadi trending topik dunia, karena aksi gilanya tersebut. Aksi yang aneh dan akan membuat dia diberitakan oleh berbagai media di dunia, dan dia akan berurusan dengan pihak berwenang di Arab Saudi sana tentunya.

Orang yang suka melakukan hal-hal yang aneh memang menarik perhatian publik. Orang yang menginginkan dirinya terkenal dia juga cenderung melawan logika dan kebiasaan  umum masyarakat. Sesuatu yang tidak biasa, yang tidak wajar, dan tidak pantas di ucapkan, dipakai dan dilakukan, dia akan ucapkan, pakai dan lakukan. Karena targetnya memancing perhatian publik.

Dalam tradisi sufi ada juga istilah khoariqul 'Aadat.  Sesuatu yang diluar kebiasaan. Orang yang memiliki ketajaman intuisi, kedalaman ilmu , kematangan olah pikir dan olah rasa. Api itu panas dan membakar, jika ada orang yang tidak merasakan panas da tidak terbakar oleh api sebagaimana sejarah Nabiyullah Ibrahim AS, maka hal itu menjadi sesuatu yang diluar kebiasaan, keumuman.

Dulu ada cerita seorang alim alamah yang mampu berjalan diatas air, mampu pergi ke menunaikan ibadah haji ke tanah suci melalui jalan yang ada di goa Safarwadi Pamijahan. Kalau dibaca secara logika kita manusia pasti tak akan masuk diakal. Tapi dalam konteks mistisisme tertentu hal tersebut bisa jadi benar adanya. Dan boleh jadi memang ada orang yang memiliki kemampuan yang sifatnya "khoaqiqul "Adat" tersebut.

Dalam era modern, ada banyak orang yang melakukan hal-hal yang aneh, yang tidak biasa. Gus Dur salah satunya. dibaca sebagai orang yang mbeling, ucapan, pemikiran dan langkah-langkahnya dianggap aneh oleh keumuman masyarakat Indonesia yang awam, atau yang tidak tidak senang pada dirinya.

Seorang pejabat publik yang merakyat, yang tidak mau rigid dan kaku dengan urusan protokoler, yang mengendarai sendiri kendaraannya, yang tidak mau mengambil gajinya sebagai Gubernur, atau Walikota, yang tidurnya beralas tikar atau karpet semata, yang hidupnya sangat sederhana, sebagaimana sosok Ahmadinejad, Dahlan Iskan, Dan Joko Widodo pasti akan dianggap Aneh. Dan meerka sudah melakukan praktek "mengencingi sumur zamzam" dalam pengertian positif.

Beda misalnya dengan apa yang dilakukan Haris Suwandi yang berjalan kaki dari Porong Sidoarjo ke Jakarta, dengan membaluri wajah dan tubuhnya dengan lumpur, dia sudah mengencingi sumur zamzam tapi dengan makna sesuai definisi awal pepatah aslinya.

Semoga kita mampu "mengencingi sumur zamzam" atau melakukan sesuatu yang dianggap "khoariqul 'Adat" dalam pengertian yang positif. yang memberi inspirasi bagi terciptanya perubahan nilai dan kebiasaan bangsa kita yang cenderung sudah jenuh dan rigid ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun